Oleh Eleine Magdalena, Penulis buku-buku renungan best seller
Ketika diminta mengisi retret atau memberi renungan saya sering khawatir bila penampilan saya tidak sempurna. Saya juga cemas kalau-kalau tidak menyampaikan hal yang bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhan pendengar.
Saat persiapan adalah saat yang menegangkan bagi saya. Hingga suatu saat dalam doa saya menjadi sadar betul bahwa umat yang hadir dalam setiap acara itu tidak datang untuk mendengarkan saya. Mereka datang untuk mendengarkan Tuhan. Bukan apa yang diinginkan saya tapi apa yang ingin dikatakan Tuhan itulah yang penting.
Bergantung pada Roh Kudus
Sejak itu saya menjadi lebih lega karena merasa tugas saya menjadi lebih ringan. Saya hanya perlu semakin bersatu dengan-Nya dan mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Selebihnya saya membiarkan Tuhan melakukan apa yang ingin Ia lakukan lewat saya bagi orang lain. Itu berarti saya perlu lebih taat dan peka terhadap bimbingan-Nya termasuk juga intervensi-Nya. Itu dapat berarti mengubah rencana saya untuk membiarkan Tuhan melakukan apa yang menjadi kehendak-Nya. Hasilnya selalu yang terbaik. Saya semakin menyadari betapa saya bergantung penuh pada-Nya dalam melaksanakan tugas-tugas pelayanan.
Tuhan Sanggup
Sering saya berkata kepada Tuhan: “Kalau umat-Mu datang hanya untuk mendengarkan saya, tentu percumalah mereka hadir disini ya Tuhan kecuali jika Engkau sendiri yang menyapa mereka”. Saya yakin hanya kehadiran Tuhanlah yang dapat menyentuh dan mengubah hati mereka menjadi seperti yang Tuhan kehendaki.
Menjelang berbicara di depan umat saya sering berkata kepada Tuhan: “Kalau Engkau tidak hadir di tengah-tengah kami ya Tuhan, tentu percumalah saya berbicara. Daripada menyampaikan kata-kata kosong yang tidak sesuai dengan kehendak-Nya, lebih baik saya tidak berbicara” begitu pikir saya. Saya membawakan Sabda-Nya dan hanya Dialah yang dapat menyampaikan pikiran dan maksud-Nya dengan tepat kepada setiap orang. Menyadari hal ini saya sungguh-sungguh sepenuhnya bergantung pada-Nya.
Tanpa pertolongan Tuhan mustahil saya dapat melaksanakan tugas yang di luar kemampuan. Saya tidak mampu membuka dan mengubah hati orang. Hanya Roh Kudus yang dapat melakukannya. Setiap kali menyampaikan renungan saya berdoa agar Tuhan sendiri yang memberi makan umat-Nya dan mengenyangkan rohani mereka. Saya tidak mengerti kebutuhan setiap umat yang hadir namun Tuhan mengerti dan sanggup memenuhi kebutuhan dan kerinduan terdalam yang tidak terucapkan.
Diutus dan Diperlengkapi
Saya bersyukur bahwa Tuhan tidak melepaskan saya ‘berjuang’ sendiri. Ia memperlengkapi saya dengan pengertian yang saya butuhkan. Ia tidak segan-segan melimpahkan rahmat dan karunia-Nya jika kita mau mewartakan Injil. Apabila Ia mengutus maka Ia pun akan memperlengkapi dengan kekuatan dan rahmat yang kita butuhkan.
Pengenalan Akan Tuhan
Dalam suatu Misa pagi Tuhan menyadarkanku betapa singkat waktu untuk melakukan pekerjaan yang Tuhan berikan ini. Benar kata Yesus untuk tidak membawa apa-apa ketika melayani. Kita tidak punya banyak waktu untuk meributkan soal-soal lain di luar tugas yang penting ini.
Saya pernah merasa iri karena orang lain seusia saya sudah sukses berkarier, berhasil dalam bisnis, tapi saya ‘hanya’ melayani dan belajar hal-hal rohani. Namun, akhirnya saya sadar bahwa pengenalan akan Tuhan itulah yang terutama dan terpenting dalam hidup. Seumur hidup pun tidak pernah cukup untuk dapat mengenal-Nya dan mengerti Firman-Nya.
Begitu dalam, luas dan kayanya Tuhan kita sehingga seluruh dunia ini pun tidak akan cukup untuk dapat memahami-Nya. Mengapakah lagi saya mau menggunakan waktu untuk sesuatu yang tidak ‘mengenyangkan’? (bdk. Yes 55:2). Mengapakah saya mau dilelahkan untuk sesuatu yang tidak berarti bagi-Nya. Sungguh sayang jika saya memakai hidup yang sangat berharga untuk hal-hal yang tidak menyenangkan-Nya.