Sudah tujuh tahun, Eduardus Putra Larto (34), perawat muda asal Manggarai Barat, Flores, NTT bekerja di RS Dian Harapan Waena, fasilitas kesehatan milik Keuskupan Jayapura itu. Ketika virus korona melanda Papua dan jumlah kasus bertambah dari hari ke hari, RS Dian Harapan akhirnya menerima dan melayani pasien Covid.
Edu paham betul bahwa pekerjaan ini berat dan penuh risiko, namun ia teguh pada sumpah profesi yang sudah diambilnya. Apalagi, rumah sakit Katolik tempat ia bekerja, sangat mengutamakan kemanusiaan. Motto rumah sakit tersebut Salus Aegroti Suprema Lex Est: Keselamatan Pasien Adalah Hukum Tertinggi.
Sudah dua bulan ini Edu tidak pulang ke rumah. “Ini yang berat. Ada rasa rindu untuk ketemu anak istri,” ujar Edu. Untuk mengobati kerinduan dengan anak-anaknya yang masih kecil (umur 3 dan 1 tahun) ia selalu melakukan video call sebelum dan sesudah kerja. Tanggal 28 April lalu istri Edu berulang tahun ke-34. Demi tugas dan kemanusiaan, momen berharga itu pun tak dihadirinya.
Pengakuan yang sama datang dari Yosep Jalong, Amd.AK. Yosep dipercayakan sebagai Ketua Tim Sampel Pasien Covid-19. Dia memiliki punya dua anggota, Iforia Rensa, AMK dan Ika Wahyuningsih Iriani Amd.Kes. Tugas mereka mengambil sampel darah dan swab pasien dan mengantarnya ke Litbangkes Papua untuk diperiksa dengan menggunakan Polymerase Chain Reaction (PCR). “Kami juga sudah tiga minggu tidak pulang. Pas istri saya ulang tahun 4 Mei, hari itu kami masuk karantina di Hotel Metta Star. Sebelumnya kami memang pulang, karena Guest House rumah sakit penuh dengan perawat. Tapi sebenarnya kami juga kuatir pulang saat itu. Karena kami tim sample paling berisiko. Pasien bersin atau batuk kan dia keluarkan aerosol, kami kena,” kata Yosep.
Yosep mengaku, sistem shift atau tugas bergantian, kadang kacau tak sesuai jadwal, ketika ada pasien baru yang harus diambil sampelnya. Waktu off atau libur pun kebanyakan hilang. Tetapi ia mengaku tetap semangat untuk bekerja. “Yang paling tidak mengenakan ialah menggunakan APD baju hazmat yang begitu panas itu. Kami bernafas saja susah, oksigen kurang,” ujar Yosep.
Iforia Rensa, anggota Tim Sampel mengisahkan hal yang sama. Sudah tiga minggu juga ia tidak pulang. Sebagai ibu dan istri, ia juga rindu dengan kedua anaknya dan sang suami. “Kemarin tanggal 9 Mei, anak yang bungsu ulang tahun ke-11. Saya hanya bisa ucapkan ulang tahun lewat video call. Tentu saja ditambah dengan doa dari jauh untuknya,” kata Iforia.
Iforia berharap masa sulit ini segera berlalu. Ia pun meminta kesadaran masyarakat untuk ikut menanggulangi virus ini. “Satu harapan semoga masyarakat juga sayang dengan kami, baik perawat dokter, dan petugas laboratorium. Kami sudah berkorban demi selamatkan pasien, kami berharap masyarakat bisa kooperatif ikut imbauan pemerintah. Kalau ada keluhan sakit, segera datang berobat ke fasilitas kesehatan. Jangan tunggu sakit sudah berat baru datang berobat,” katanya.
Direktur RS Dian Harapan dr. Ance Situmorang mengatakan, pihaknya siap dan setia mendukung Pemerintah dalam menangani pasien Covid, baik yang positif maupun Pasien Dalam Pengawasan (PDP). “Untuk RS Dian Harapan, mulai 2 April 2020 kami sudah membuka 30 tempat tidur di ruang Isolasi Covid,” kata Ance.
Ance mengaku, untuk mendukung pelayanan dan operasional mereka, Pemerintah Provinsi Papua membantu rumah sakit yang dipimpinnya dengan sejumlah bantuan. Ada Alat Pelindung Diri (APD) berupa masker dan hamzat bagi tenaga medis, alat kesehatan dan juga bantuan uang tunai sebesar Rp 500 juta.
Jumlah Pasien Semakin Banyak
Jumlah pasien Covid-19 di Provinsi Papua dari hari ke hari terus bertambah. Juru Bicara Satuan Tugas Pencegahan dan Penanganan Covid-19 Provinsi Papua, dr. Silwanus Sumule, Sp.OG (K) mengungkapkan, berdasarkan data per 21 Mei 2020, terdapat 538 orang yang positif terinfeksi virus ini; 394 pasien sedang dalam perawatan medis, 134 orang dinyatakan sembuh, dan 10 orang meninggal dunia.
Lonjakan besar penambahan jumlah pasien Covid terjadi sepekan terakhir di Kota Jayapura. Berdasarkan data, dalam rentang 16-21 Mei 2020, tercatat 130 pasien baru yang terkonfirmasi positif terpapar virus corona di Bumi Port Numbay. “Total kasus di Kota Jayapura per 21 Mei 2020 sebanyak 215 kasus, di mana 176 pasien sedang dirawat, 34 orang dinyatakan sembuh, 5 orang meninggal. Sementara ODP ada 765 orang dan PDP 64 orang,” kata Sumule yang juga Sekretaris Dinas Kesehatan Papua ini.
Jelasnya lebih lanjut, saat ini terdapat 1.000-an pasien terkait Covid yang sedang dirawat di 16 rumah sakit rujukan di Provinsi Papua. Jumlah ini membuat rumah sakit dan petugas medis kewalahan menerima dan melayani pasien. “Selain positif, yang hasil rapid test reaktif kita rawat, PDP kita rawat. Jadi saat ini ada 1.000 lebih pasien. Kalau saja kita bisa rawat secara isolasi mandiri bagi yang tanpa gejala, tentu lebih baik. Puji Tuhan, pasien positif kita di Papua itu 70-an persen pasien sakit ringan, bahkan ada yang tak bergejala,” jelasnya.
Untuk memaksimalkan penanganan jelas Sumule lagi, Satgas Covid Papua telah menyediakan beberapa skenario. Pertama, menjadikan RSUD Abepura menjadi RS Khusus Covid-19. Kedua, meminta kepada semua rumah sakit milik pemerintah untuk menyiapkan kapasitas ruangan dan tempat tidur yang besar untuk pasien Covid. Ketiga, meminta rumah sakit mitra menyediakan minimal 30 bed bagi pasien Covid. Keempat, memanfaatkan fasilitas lain seperti Diklat Provinsi, Balatkes Papua dan beberapa hotel sebagai tempat karantina. “Kami sadar bahwa rumah sakit sudah kewalahan menerima pasien. Kami dorong petugas kesehatan untuk tetap semangat kerja dengan profesionalitas tinggi. Jaga kekompakan agar pasien yang sedang ditangani bisa sembuh. Kami percaya Tuhan memberi kekuatan,” harapnya. (tD/GMR)