Baru-baru ini, sebuah survei baru di AS menunjukkan, para imam bahagia dalam panggilan, tetapi mereka berjuang dengan kelelahan. Puji Tuhan, mayoritas dari mereka bahagia dalam panggilan mereka.
Penelitian yang menyurvei 3.516 imam dari 191 keuskupan Katolik AS itu juga menunjukkan, para imam mengaku mendapat dukungan yang signifikan dari teman-teman awam mereka.
Pengakuan atas dukungan tersebut semestinya mendorong kita untuk menjadi sahabat yang baik bagi para imam yang kita kenal dan cintai.
Berikut beberapa cara praktis yang bisa dipertimbangkan untuk mendukung Pastor kita:
Ngobrol dengannya Setelah Misa
Alih-alih bergegas keluar pintu setelah Misa, berhenti dan bicaralah sejenak dengan imam Anda. Misalnya, ajukan pertanyaan kepadanya tentang sesuatu. Kasih komentar positif tentang homilinya, atau bagikan lelucon yang bagus. Sesekali, sampaikan juga keberatan tentang khotbahnya jika kurang sreg, tentu dengan cara yang baik.
Bawa Pastormu dalam Doa-doamu
Doa atau aktifitas berdoa adalah kesempatan istimewa mengetuk hati Tuhan terlibat dalam berbagai pengalaman dan peristiwa hidup manusia. Jangan lupa menyertakan pastormu dan para imam dalam doa-doa kita.
Ajak Ngopi atau Ngeteh
Ya, ajak ngopi atau ngeteh.Tidak perlu banyak waktu untuk minum kopi dan mengobrol bersama. Namun, pertimbangkan baik-baik waktu yang dipakai untuk ngopi agar tidak menyita waktu kerja atau pelayanannya. Hal ini dilakukan sesekali saja.
Sesekali Lakukan Hobi Bersama
Jangan bayangkan hobi yang dimaksud di sini adalah hobi yang wah dan mahal. Bisa saja hobi bersama itu adalah olah raga ringan seperti bermain pingpong atau bulu tangkis di kompleks gereja atau di lokasi dekat gereja. Bisa juga lakukan hobi menanam sambil ngobrol-ngobrol.
Jangan Sungkan Menegur
Sebagai “public figure” di gereja, pastor Anda tentu saja harus bergaul dan melayani seluruh umat secara sehat dan gembira. Jika mulai kelihatan ada umat yang menginginkan pelayanan berbeda nan khusus, dengan sopan dan “mengena”, ingatkan Pastor Anda untuk tidak salah langkah.
Ingat, teman yang baik adalah orang yang mau mengatakan sesuatu yang bisa “mencelakainya”. Yang paling penting, tahu kapan, di mana dan bagaimana cara menyampaikannya.
Ajak Sharing tentang Tantangannya
Bisa saja Pastormu sedang ada masalah dalam pelayanannya, atau masalah dengan tarekat atau komunitasnya. Ajak dia berbagi atau sharing tentang hal ini. Tentu saja dia bisa sharing kalau sudah terbangun pertemanan yang terpercaya.
Namun ingat! Kita jangan sampai mengumbar hasil sharing-nya ke mana-mana.
Sedapat mungkin bersikaplah sebagai sahabat yang mendengarkan. Jangan lalu bertindak sebgai penasihat atau pengadil. Sesekali, bolelah memberi nasihat. Namun, harap dicatat juga, seorang Pastor memiliki kompetensi dalam menasihati atau menggembalakan. Maka berhati-hati dalam memberi nasihat.
Jangan Suguhi Hidangan Tidak Sehat
Bisa makan atau minum enak, boleh-boleh saja. Tapi kalau terus-terusan dan dalam porsi berlebihan, ini bisa mendatangkan masalah. Untuk Pastor, hidangkan atau siapkan makanan yang sehat dan bersih.
Jika mengonsumsi makanan yang mengandung kolesterol tinggi, lalu tidak diimbangi dengan olahraga karena terhalang oleh kesibukan tertentu, ini bisa mendatangkan penyakit.
Semua hal yang dikatakan di atas bukan hanya dilakukan oleh satu dua orang atau orang-orang tertentu.
Lalu, jangan mengira karena sudah melakukan sesuatu bersama dan untuk sang pastor, maka sang pastor adalah “milik” sendiri. Kalau sampai ada perasaan semacam ini, ini tidak sehat. Coba atur jarak lagi. Kasih kesempatan kepada orang lain memberi perhatian kepada sang pastor.
Bisa Jatuh Cinta
Sadari, atau ingatlah sejak awal bahwa pastor itu adalah manusia biasa yang bisa jatuh cinta. Betul, dan kita yakini bahwa sang imam melalui keputusan untuk berkaul kekal dan menerima tahbisan, dia telah mematrikan niatnya untuk memfokuskan cintanya hanya kepada Kristus dan Gereja-Nya.
Namun, sebagai manusia biasa, akibat berbagai hal dan kondisi, bisa saja tekad sang imam itu bergeser atau goyah. Di sinilah tugas umat untuk membantu sang imam menjaga tekad atau janji atau kaul, bahkan imamatnya. Batasi diri. Jangan mencari atau menciptakan waktu khusus untuk bertemu sang imam secara terus menerus. Ingat pepatah Jawa mengatakan witting tresno jalaran soko kulino—cinta itu timbul karena keseringan bertemu.
Imam itu Milik Seluruh Umat
Ingat juga! Sang imam itu adalah milik seluruh umat. Jangan pernah menyita perhatiannya apalagi seluruh dirinya untuk diri sendiri. Jika mulai terasa ada feeling yang “tidak pada tempatnya”, kendalikan diri. Kembalikan ingatan pada konsep bahwa dia adalah imam seluruh umat.
Seorang teman wanita saya mengatakan, “Kamu terkagum-kagum dan malah jatuh cinta pada seorang imam, itu karena Kristus yang secara istimewa hadir dalam dirinya. Ketika nanti, dia telah menjadi awam seperti dirimu, rasa kagummu itu akan tergerus secara drastis.”
Lanjut wanita tersebut, jika karena suatu kondisi tertentu muncul rasa cinta pada sang imam, olah rasa itu menjadi keinginan untuk menjaga dia dan imamatnya. Bukan untuk memiliki atau menyita untuk diri sendiri.
Mari bersama-sama merawat, menyiangi dan menyirami imamat para imam kita, agar mereka tetap mencintai dan melayani Tuhan dan Gereja dengan Cinta Kristus.
Beberapa hal di atas untuk mengajak kita memikirkan atau merefleksikan hal-hal yang kita bisa lakukan untuk ikut merawat imamat para imam kita. Masing-masing dari kita bisa memikirkan cara-cara yang lain dan tepat untuk tujuan tersebut. (EDL)