Masa kecil pengacara Amos Cadu Hina di Lewa, Sumba Timur, NTT, sangat lekat dengan dunia gembala. Tugasnya adalah menggembalakan ternak sapi, kuda dan kerbau milik keluarganya yang berjumlah ratusan ekor.
Tenggelam dalam rutinitas ini, sekolah bukan sesuatu yang penting bagi alumnus Universitas Kristen Artha Wacana Kupang ini.
Dia pun ke sekolah “suka-suka” saja. Bahkan, Amos sudah membuat jadwal bolos sendiri. “Pokoknya, saya sudah jadwalkan hari bolos saya,” katanya. Beruntunglah ayah dan pamannya sudah mengerti arti penting dari bersekolah.
Mereka selalu mendesak, bahkan memaksa Amos kecil untuk tetap sekolah. Pamannya bahkan pernah mengejarnya dengan tombak agar ke sekolah.
“Saya lari lebih cepat, mungkin 100 atau 200 meter, jadi tidak kena tombak. Meski begitu, tetap saja tidak ke sekolah,” kenang Amos dalam wawancara dengan channel youtube LAPIERO TV (12/11) sambil tertawa.
Dalam pengawalan ketat orang tua dan pamannya, akhirnya Amos bisa tamat SD dan kemudian melanjutkan ke SMP dan SMA lalu melanjutkan kuliah bangku kuliah.
Ketika kuliah, sangat terasa bahwa ternak keluarganya menjadi andalan utama untuk membiayai kuliah dan hidupnya di Kota Kupang.
Namun, menjelang masa-masa akhir studinya, keluarganya mengalami musibah. Ternak ayahnya yang ratusan ekor itu dicuri orang melalui aksi perampokan. Aksi kekerasan ini mengakibatkan seorang Kakaknya terbunuh.
Peristiwa ini membuat ayah tiga anak ini sangat terpukul. “Saya sungguh tidak tega membiarkan keluarga berjuang sendiri. Akhirnya saya cuti untuk pulang kampung dan jadi gembala selama 6 bulan, walau sudah skripsi,” ujar pria hitam manis ini
Dengan segala situasi yang membalut perasaan dan jiwanya, setelah 6 bulan, Amos kembali ke Kupang menyelesaikan skripsinya sampai akhirnya tamat.
Setelah tamat, untuk membiayai hidupnya, dia sempat menjadi tukang bangunan, kemudian menjadi wartawan sebelum akhirnya menjadi pengacara.
Amos mengaku bersyukur atas jalan hidup yang pernah ia tempuh. Dia pun mendorong orang-orang muda untuk tidak mudah menyerah dengan situasi.
“Jalani atau hadapi tantangan itu, akan tiba saatnya kerja keras itu berubah menjadi nikmat dan berkat. Saya sudah alami itu,” katanya memberi semangat. (tD/EDL)
Ikuti kisah Amos selengkapnya: https://www.youtube.com/watch?v=EGj9_MpgJFA
Klik juga bagian kedua: https://www.youtube.com/watch?v=1D3x52GnNTM&t=12s