Oleh Celestino Reda, entrepreneur, tinggal di Jakarta
Dalam ilmu pertanian kita belajar bahwa sebuah benih harus mati dulu (istilah ilmiahnya dorman) baru sesudah itu dalam penyemaian akan tumbuh tunas baru yang lebih segar, lebih kuat, dengan jumlah produksi yang lebih banyak.
Dalam hidup, kita pun mengalami saat saat “kematian”, yaitu ketika kita terlempar atau terpuruk dari zona nyaman kita.
Wabah virus corona yang sedang melanda dunia saat ini dapat dimaknai sebagai kematian bagi kenyamanan manusia. Tapi wabah ini akan selalu menjadi kebangkitan di mana manusia menerima prespektif baru dalam hidupnya.
Serta-merta korona membawa serta semacam “rahmat terselubung” atau blessing in disguise. Lihatlah!
Wabah korona telah mengusir sekian banyak polusi dari bumi, dan meningkatkan kandungan oksigen. Oksigen itu sendiri memberi kehidupan dan kesegaran kepada semua ciptaan.
Kesombongan dan individualisme manusia dihancurkan karena dengan wabah ini, AS harus bekerjasama dengan China dan Rusia yang selama ini menjadi musuh bebuyutannya.
Orang tanpa melihat latar belakang suku, agama, dll, bahu membahu mengatasi wabah ini.
Ilmu pengetahuan mengalami penyegaran karena para ilmuwan ditantang untuk menemukan obat atau cara terbaik mengatasi wabah ini.
Nah yang kita belajar dari Via Dolorosa Kristus adalah: dalam menjalani jalan penderitaan ini Dia tidak pernah menyalahkan siapa pun. Tak menyalahkan para imam agung yang membenci Dia, para prajurit yang menyiksa dia.
Karena sikap Kristus itu, maka suasana menjadi lebih tenang. Hanya Dia seorang yang menanggung penderitaan itu.
Jika Ia mengambil jalan melawan, maka pengikutnya tentu akan ikut memberontak. Akibat jatuh banyak korban. Kondisi keamanan dan ekonomi negara menjadi kacau balau.
Dalam wabah korona itu kita dituntut untuk tidak saling menyalahkan, karena akan makin memperburuk keadaan. Lebih baik kita.
Salah satu tokoh dalam Jalan Salib Yesus adalah Simon dari Kirene. Kita perlu belajat dari tokoh ini. Ia mengambil bagian dalam meringankan beban Yesus. Dia hadir memberi harapan dan rasa optimism bahwa Yesus tidak sendirian menanggung penderitaanNya, menyelesaikan misiNya menyelamatkan manusia.
Kita sebaiknya mengambil sikap seperti Simon dari Kirene ini, membantu Pemerintah mulai dari cara yang paling sederhana sampai cara yang luar biasa, agar bangsa ini segera terbebas dari virus korona ini.
Sungguh! Saat ini sungguh tidak tepat untuk saling menyalahkan, berdebat menunjukkan kehebatan, apalagi untuk mengambil keuntungan pribadi, bahkan keuntungan politis.
Justru inilah saatnya kita menunjukkan dengan sungguh-sungguh sikap cinta kita pada negara ini dan warganya, termasuk diri kita sendiri; agar masa depan kita, ekonomi negara tetap terjaga dan kita semua kembali tersenyum. Mari kita lakukan yang kita bisa, sekarang dan di sini.