Kami mau ada tugas belajar selama masa belajar di rumah, tapi tolong mengerti, kami juga stress sepanjang hari di rumah hanya kerjakan tugas.
Bersamaan dengan merebaknya virus korona atau yang dikenal dengan Covid-19, banyak hal yang berubah total, termasuk dalam metode pembelajaran siswa. Mereka harus belajar di rumah. Cara belajar pun berubah total dan menuntut kedisiplinan diri yang baik. Mereka berhadapan dengan tugas dari semua guru pengampuh mata pelajaran.
Berhadapan dengan cara belajar dan pembelajaran yang serta-merta muncul ini, baik guru maupun siswa bingung.
Sejumlah siswa mengeluh dengan sangat banyaknya tugas yang diberikan oleh semua guru mata pelajaran. Mereka pun mengaku mengerti dengan kondisi darurat akibat Covid-19, namun mereka juga meminta pengertian agar tidak dibuat stress. “Kami sih tidak keberatan dengan adanya tugas, tapi jangan terlalu banyak dan membosankan. Apalagi hanya suruh ngeringkas dari buku pelajaran dari bab ke bab,” ujar seorang siswi sebuah SMAN di Kabupaten Bekasi.
Lanjut siswa ini, “Bayangkan semua guru kasih tugas dan kami harus kerjakan di rumah di tengah kebosanan kami di dalam rumah saja. “Ini kan bikin stress juga,” tambahnya lagi.
Teman-temannya yang lain menyampaikan curhat melalui tempusdei.id. Berikut curhat mereka:
Siswa A: Yang kasih tugas kan semua guru, jadi jangan terlalu banyak kasih tugas. Jadinya, waktu di rumah hanya untuk kerjakan tugas. Stress kale…
Siswa B: Gimana ya, kadang tugas yang diberikan bapak dan ibu guru sering bertumpuk dan tidak terjadwal. Misalkan hari ini kami sudah menerima tugas mata pelajaran A lalu setelah itu guru mata pelajaran B juga memberi tugas. Dan sering sekali memiliki batas tenggak pengumpulan yang sama. Kadang satu guru dalam seminggu juga bisa memberi lebih dari satu tugas dan itu sangat membuat kami pelajar merasa kelabakan. Dan tugas yang diberikan online juga tidak semua bisa mengerjakannya. Karena tidak semua anak memiliki akses internet setiap saat. Apalagi jika ada tugas yang harus memerlukan fasilitas tertentu seperti laptop atau semacam nya. Belum tentu setiap anak bisa memilikinya. Maka dari itu saya rasa pemberian tugas online ini sangat tak efisien. Dan memberikan tekanan.
Siswa C: Menurut saya tugas online lumayan baik dan bagus tetapi saya memikirkan orang lain yang tak memiliki handphone karena masalah ekonomi misalkan ada yang bapak nya tukang becak, kuli bangunan ,dan lain”
Dan satu lagi jika ada tugas online dan saya berhalangan, karena pulsa internet saya habis dan saya harus beli keluar tetapi dalam ke adaan seperti ini apakah baik kalau keluar jika sedang ada virus covid-19 dan kita kan sebagai pelajar harus karantina di rumah tidak boleh keluar.
Siswa D: Usul saya, para guru juga harus saling berkoordinasi agar tidak memberi tugas bersamaan dengan deadline yang menumpuk. Ingat lho, tidak semua kami bisa pegang hp selama 24 jam dan tidak 24 jam juga tersedia quota internet di hp kami.
Siswa E: Menurut saya, pasokan beban yang ditanggung siswa harusnya diperhatikan. Kalau memang belajar online deperlukan, seharusnya guru kasih tugas sesuai jadwal dan tidak berlebihan. Ini berdampak pada kesehatan siswa di tengah pandemi seperti saat ini.
Dan kalaupun mengadakan ujian online, apa iya kejujuran siswa bisa depercaya, karena tidak ada. Diawasi saja masih nyontek, apalagi tanpa pengawasan. Andalkan orang tua yang awasi? Orang tua saja tidak tahu jadwal ujian online kami? Dan kalau pun mereka tahu, mereka akan awasi seperti saat guru mengawasi? Bukannya kebanyakan orang tua mau anaknya dapat nilai bagus, ya?
Siswa F: Menurut saya, tugas online banyak dikasih hanya untuk dapat, tidak penting anak itu benar-benar belajar atau tidak, benar benar ngerti atau tidak, dan tugas dari guru terlalu banyak bikin pusing. Intinya pinter kagak stress iya…
Fasilitas Terbatas
Siswa G: Menurut saya, kebijakan pemerintah dalam melakukan belajar di rumah dapat menimbulkan dampak positif dan negatif. Positifnya, para pelajar mungkin saja bisa melakukan pembelajaran dengan santai tanpa ada paksaan. Negatifnya, para guru dari sekolah yang bersangkutan malah menerapkan belajar di rumah seperti belajar di sekolah bahkan yang nyatanya masih saja banyak para pelajar yang kurang memiliki fasilitas dan pengetahuan dalam mengerjakan tugas yang diberikan.
Para guru masih saja menganggap semua anak muridnya bisa mengerjakan tugas yang telah diberikan, toh menggunakan fasilitas internet harus ada ajaran dan pembelajaran. Yang saya maksudkan, banyak sekali guru yang memberikan tugas bahkan yang sama sekali tidak pernah diberikan di sekolah.
Pembelajaran tanpa penjelasan itu bagaikan hidup tanpa keimanan dan kepercayaan (tidak ada gunanya). Mungkin murid akan menyelesaikan tugasnya, tapi apakah murid akan paham secara mendalam terhadap tugas yang diberikan?
Pemberian waktu dalam menuntaskan tugas masih saja menjadi permasalahan, sebab pada dasarnya kami di sekolah tidak hanya belajar satu sampai tiga pelajaran. Kami belajar lebih dari lima mata pelajaran dan kami diberikan tugas dalam waktu yang singkat secara bersamaan. Hal ini dapat mengganggu waktu istirahat secara fisik dan waktu istirahat pemikiran.
Siswa H: saya malah yakin, para guru hanya kasih tugas saja. Mareka malah tidak membaca yang kita kerjakan capek-capek. Jangan-jangan seperti pengalaman waktu pemberian tugas saat tatap muka, disuruh buat tugas dengan mencari di internet, ujung-ujungnya hanya ditumpung tanpa ada penilaian atau pembahasan.
Siswa I: Kami hanya minta para guru juga mau mengerti kondisi kejiwaan kami saat ini yang terkungkung di rumah. Jangn kira kami tidak stress hanya tinggal di rumah dan hanya mengerjakan tugas. Meski begitu, salam hormat untuk para guru kami.
tD