Aksen namanya. Dia baru kelas III sebuah SD di Jakarta. Selama stay di rumah, ia sesekali mengisi waktunya dengan menonton TV dan video-video di youtube. Dengan itu, selain menjadi tahu banyak korban sudah banyak berjatuhan akibat virus korona dan menyisahkan kesedihan mendalam bagi keluarga, dia pun mendengar dan melihat banyak informasi tentang tumbuhnya semangat berbagi dari di antara masyarakat.
Salah satu video yang dia nonton di youtube adalah kegiatan Romo Josep Sutanto dan teman-teman yang berbagi nasi bungkus di jalan-jalan kepada para tukang ojek, supir bajaj, dll. Aksen pun sangat kagum dan terharu melihat kepeduliaan tersebut, dan secara diam-diam menganyam rencana tersendiri.
Setelah mencari no kontak Romo Josep yang ahli Kitab Suci Perjanjian lama itu, Aksen pun menghubunginya untuk menyerahkan sumbangannya. Ia memecahkan celengannya yang ternyata berisi Rp. 300 ribu. Uang inilah yang hendak ia serahkan kepada romo yang popular di youtube melalui program Bible Learning with Father Josep ini.
Dia mau memberikan uang tersebut kepada Romo Josep untuk dibelikan nasi bungkus dan dibagikan kepada pemulung seperti yang dia lihat di Youtube.
Mendengar keinginan Aksen, Romo Josep menyatakan tidak bersedia menerima, tetapi menganjurkan Aksen menggunakan uang tabungannya itu untuk membuat atau membeli nasi bungkus lalu berkeliling (ditemani ortunya) untuk memberikan langsung kepada mereka yang membutuhkan. Tujuan Romo Josep agar Aksen memberi dari tangannya sendiri kepada mereka yang sangat membutuhkan.
Ide Romo Josep tersebut betul-betul dia jalankan. Oma dari Aksen melaporkan kepada Romo Josep, “Aksen sudah merealisasi niatnya.”
Sebenarnya orang tua dan opa omanya sudah menyarankan cara mudah lain untuk Aksen lakukan. Tetapi dia tetap keukeuh untuk melakukan seperti yang Romo Josep sarankan. “Aku maunya seperti yang Romo Josep bilang: bagi masker dan makanan,” ujarnya kepada orang tuanya.
Hari pertama orang tuanya mengantar dia ke penjaga pintu Kereta Api, tukang sapu, keluarga gerobak yang anaknya banyak. Dalam menjalankan niatnya, Aksen dan orang tuanya tidak abai dengan social distancing, dan tetap pakai masker.
Hari kedua, Aksen bertambah semangat karena mendapat sumbangan dari Opa dan Bude-nya. Orang tuanya kembali mengantarnya ke Jl. Pramuka di kawasan Rawamangun untuk membagikan nasi bungkus seperti sebelumnya.
“Terimakasih telah menginspirasi dan memotivasi Aksen. Mohon doakan supaya Aksen tetap suka berbagi, dan supaya kepeduliannya terus bertumbuh,” mohon orang tua Aksesn kepada Romo Josep.
Terharu dengan niat dan kepedulian Aksen yang memberi dengan dan dari tangannya sendiri oleh karena digerakkan oleh hatinya yang peduli, air mata Romo Josep sontak jatuh, bahkan menangis sesenggukan. Ya, bagi Aksen, peduli atau kepedulian itu bukan untuk dibicarakan, apalagi diseminarkan. Untuk Aksen, peduli berarti memberi dengan tangannya sediri. Dengan begitu, ia mengikuti bisikan nurani pedulinnya. Tentu saat memberi, ia merasakan detak nadi syukur dari setiap orang yang menerima uluran tangan kecilnya. (tD)