Wed. Oct 30th, 2024
Hermawan Karatajaya, pakar marketing

Jakarta (TEMPUSDEI.ID) Pandemi COVID-19 memberikan dampak yang variatif bagi industri infrastruktur dan utilitas. Dampak buruk dirasakan oleh industri aviasi sebagai industri paling terpuruk setelah sektor hospitality namun menjadi peluang bagi perusahaan penyedia barang seperti Petrokimia dalam meningkatkan profit dan market share pupuk. Tidak hanya itu, PT Pembangkitan Jawa-Bali (PJB) juga berhasil membalikan keadaan dengan inovasi dan berada dalam posisi yang menguntungkan.

Hal tersebut terkatakan dalam Industry Roundtable yang digelar oleh MarkPlus, Inc. dan Jakarta Chief Marketing Officer (CMO) pada 12/4. Diskusi kali ini membahas sektor infrastruktur dan utilitas dengan tema Infrastructure & Utilities Industry Perspective. Dihadiri lebih dari 500 partisipan yang bergabung melalui aplikasi Zoom. “Ada dua macam company, ada yang growing ada yang declining. Best guess saya kuartal satu atau  kuartal dua kita surviving untuk industri yang declining. Dan servicing untuk yang growing. Pupuk ini growing karena mendapat tugas menyalurkan utilities jadi harus servicing lebih baik. Utilities itu bukan cuma listrik dan air,” ujar Founder & Chairman MarkPlus, Inc. Hermawan Kartajaya.

Direktur Utama Petrokimia Gresik Rahmad Pribadi. Foto: Ist

Petrokimia Gresik mampu menjadi bisnis yang tumbuh karena berhasil melihat peluang untuk melakukan inovasi dan mengatur produk pupuk agar lebih kompetitif hingga meningkatkan market share. Bahkan Petrokimia Gresik berhasil mebuat rekor ekspor yang terpecahkan di kuartal awal 2020. “Salah satu bahan baku di Petrokimia Gresik itu asam sulfat yang bahan bakunya dari sulfur. Harga asam sulfat itu nol atau bahkan kalau sampe Indonesia itu gratis seperti halnya minyak, tapi anehnya harga sulfur terus tinggi. Kita akhirnya melakukan rekonfigurasi produksi dengan mematikan satu pabrik sulfuric acid, menutup kekurangannya dengan mengimpor sulfuric acid yang bisa kita dapatkan secara gratis, sehingga produk kita menjadi lebih kompetitif, profit lebih besar,” papar Direktur Utama Petrokimia Gresik Rahmad Pribadi.

Direktur Utama PT Angkasa Pura I Faik Fahmi.

Ketergantungan terhadap suatu aspek bisnis memang perlu dihindari dan harus segera mencari peluang lain demi berjalannya bisnis. Hal itu pula yang dirasakan oleh Direktur Utama PT Angkasa Pura I Faik Fahmi. Ia mengakui penurunan yang signifikan pada industri aviasi sejak adanya COVID-19 karena tidak adanya penerbangan untuk penumpang. Sumber pemasukan bagi bandara saat ini hanya bersumber pada aktivitas logistik yang hanya memberikan kontribusi sangat kecil. “Kalau kita melihat number of traffic saat ini penurunannya di bulan mei hingga 95%, lima persen hanya untuk melayani angkutan logistik. Pembangunan infrastruktur bandara di masa pandemi dampaknya juga cukup signifikan. Beberapa proyek dari tujuh bandara kita tunda namun proyek yang mendukung pariwisata terkait destinasi pariwisata super proritas tetap berjalan, ” ujar Faik.

Menanggapi permasalahan tertundanya pembangunan infrastruktur, Mantan Deputi Kementerian BUMN Ahmad Bambang menilai pembangunan infrastruktur memang menjadi salah satu prioritas utama kebijakan yang diterapkan oleh Presiden Jokowi untuk mendukung konektivitas.

Sebagai negara berkembang, ada lima tantangan utama yang dihadapi Indonesia salah satunya infrastruktur yang berimbas pada faktor logistik. Infrastruktur yang buruk akan mempengaruhi harga barang sehingga mempengaruhi daya saing. Pemerataan infrastruktur dinilai bisa menjadi hal yang positif untuk mendukung sektor pariwisata dan UMKM setelah pandemi berakhir.

“Sektor pariwisata menjadi prioritas untuk mendongkrak ekonomi, sayangnya saat ini terkena dampak paling besar dari covid. Konektivitas dari sisi data juga penting. Makanya Palapa Ring menjadi prioritas utama untuk mendorong akses bagi UKM. Bagaimana UKM kita bisa masuk pasar dunia kalau internet saja tidak ada,” jelas Ahmad.

Dalam survei yang dilakukan oleh MarkPlus selama sekitar satu minggu terakhir lewat 165 responden, kondisi infrastruktur di Indonesia dinilai sudah terbangun cukup baik meskipun masih ditemukan adanya kerusakaan seperti kondisi jalan berlubang dan tidak rata. Kerusakan yang terjadi juga belum diimbangi dengan sistem pelaporan yang mumpuni sehingga perlu adanya peningkatan sistem pelaporan dengan pemanfaat teknologi. Selain itu pemeliharaan dan pengawasan infrastruktur dan utilitas masih membutuhkan peningkatan dengan pengadaan cctv di titik-titik fasilitas umum tertentu. (tD)

 

Related Post

Leave a Reply