Jakarta, TEMPUSDEI.ID – MarkPlus, Inc. dan Jakarta Chief Marketing Officer (CMO) kembali menghadirkan Industry Roundtable yang membahas sektor otomotif pada Jumat (15/5) 2020 yang sukses dihadiri 1.000 partisipan yang bergabung melalui aplikasi Zoom. Ini merupakan diskusi yang ke-sembilan.
Sektor otomotif baik roda empat dan roda dua sudah bukan rahasia lagi terpukul oleh COVID-19. Seperti yang diutarakan oleh Ketua Umum Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) Yohannes Nangoi, terjadi penurunan penjualan mobil cukup signifikan selama COVID-19.
“Periode Maret-April turun sampai 90%, per bulannya ridak sampai 8.000 unit. Diprediksi lebih kecil lagi ketika PSBB dikenakan di daerah-daerah. Harapannya Juni dan Juli mulai membaik, sehingga Agustus kembali normal. Dan prediksi penjualan di 2020 hanya berkisar 600.000 unit saja, dibanding 1.050.000 tahun 2019,” ujar Yohannes dalam acara bertajuk lengkap MarkPlus Industry Roundtable Automotive Industry Perspective tersebut.
Penjualan mobil diprediksi tidak akan menembus satu juta sampai tahun depan. Nangoi memperkirakan baru akan menyentuh 800.000. Begitu juga dengan sektor otomotif roda dua alias motor.
Ketua Asosiasi Sepeda Motor Indonesia (AISI) Johannes Loman menyatakan, penjualan pada Maret-April 2020 menurun 60 sampai 70 persen. Awalnya diperkirakan penjualan selama 2020 mencapai 6,4 juta. Dengan COVID-19 ini diprediksi hanya mencapai 50 persen saja. “Di Indonesia orang beli motor digunakan sebagai faktor produksi. Untuk usaha atau dipakai bekerja. COVID-19 menghambat banyak sektor usaha, otomatis penjualan motor juga terdampak,” ungkap Loman.
Menurut Founder dan Chairman MarkPlus, Inc. Hermawan Kartajaya, sektor otomotif termasuk yang terkena storming. Yang dilakukan sekarang, bagaimana untuk survival. Mengingat juga ada sekitar 1,5 juta orang yang berkarya di sektor ini.
Digitalisasi menjadi salah satu solusi. “Harus ada service lebih agar penjualan mobil dan motor tidak terlalu jatuh. Beli mobil bisa booking dari sekarang lewat online, nanti setelah selesai COVID-19 konsumen diberi berbagai macam bonus. Selain survival, harus ada servicing juga agar konsumen tidak pergi,” ungkap pakar marketing dunia tersebut.
Masih Atraktif
Selain pasar otomotif dalam negeri, pasar ekspor juga menjadi sorotan. Indonesia ditargetkan menjadi basis ekspor, dengan target 1.000.000 unit mobil pada 2025. Walau sekarang dilanda COVID-19, Yohannes Nangoi cukup optimistis angka tersebut bisa dikejar pada waktunya.
Pasalnya basis produksi di Indonesia bisa mencapai 2,5 juta unit per tahun, di mana 200 ribu disumbangkan Hyundai yang berencana membuka pabrik di Indonesia dalam waktu dekat.
Belum lagi mobil produksi Indonesia rupanya cukup diminati di berbagai negara, terutama Vietnam. Menurut Deputy Chief of Mission Kedubes Indonesia di Tokyo Tri Purnajaya, Vietnam sangat meminati mobil produksi Indonesia walau ada Thailand di dekat mereka. “Mobil dengan cc kecil terutama. Yang agak besar seperti SUV juga. Selain modelnya bagus, harganya bersaing,” ungkap Tri.
Untuk mengembalikan industri otomotif seperti sedia kala, baik Nangoi maupun Loman berharap ada keringangan pemerintah. Semisal Nangoi dan rekan-rekan otomotif roda empat sedang membahas relaksasi terutama pajak, yang bisa diturunkan sampai 50% melihat kondisi seperti sekarang.
Dan jika melihat potensi, sektor otomotif selain menarik banyak sumber daya manusia di dalamnya, juga sangat besar dilihat dari potensi pasar. Henry Tanoto, Vice President Director Toyota-Astra Motor melihat pasar Indonesia masih atraktif dibanding negara tetangga. “Di Malaysia rasio kepemilikan mobil mencapai lebih dari 200 per 1.000 populasi. Begitu juga dengan Thailand. Di Indonesia baru 90 per 1.000 populasi. Jadi pasarnya masih sangat atraktif. Kalau kita semua preparing dengan serius, saya yakin sektor ini akan bangkit kembali,” tutup Henry. (tD)