Delapan tokoh agama, yakni H . Helmy Faishal Zaini (PBNU), Abdul Mukti (PP Muhammadyah), KH. Muhyiddin Junaidi (MUI), Pdt. Gomar Gultom (PGI), Ignatius Kardinal Suharyo (KWI), Wisnu Tenaya (PHDI), Arief Harsono (Permabudhi) dan Xs Budi Santoso Tanuwibowo (Matakin) bertemu Presiden Jokowi pada 2/6 di Istana negara.
Pada kesempatan tersebut Presiden menyampaikan sejumlah hal menyangkut penanganan Covid-19. “Kita sangat bersyukur bahwa masyarakat tidak panik dalam menghadapi pandemi covid-19 ini”, demikian Presiden mengawali percakapan dengan delapan tokoh lintas agama sore ini (2/6) di Istana Negara.
Menurut Presiden, pawal pandemi ini, Pemerintah sangat berhati-hati dan mengumumkannya secara soft kepada masyarakat atas saran dari para pakar. Menurut para pakar, kepanikan masyarakat akan menurunkan 50% imunitas. “Jadi bukan pemerintah tidak serius, tapi lebih karena kehati-hatian itu. Lihat saja, bahkan negara besar seperti USA pun mengalami kerusuhan berkepanjangan”, lanjut Presiden.
Presiden juga menyampaikan bahwa kini alat-alat kesehatan menghadapi covid ini sudah dapat diatasi. “Dalam masa sulit pandemi ini, ternyata akhirnya kita bisa memproduksi sendiri APD, PCR dan ventilator. Semuanya kini sudah dapat diproduksi dalam negeri”, kata Presiden.
Lebih lanjut Presiden mengatakan pada awalnya memang Indonesia kesulitan karena harus mengimpor, sementara berbagai negara berebut untuk memilikinya.
Presiden juga menyampaikan rasa syukur seputar prediksi lembaga-lembaga keuangan dunia bahwa di tengah perlambatan ekonomi dan berbagai negara mengalami minus dalam pertumbuhan ekonomi, Indonesia termasuk di antara tiga negara yang pertumbuhan ekonominya positif, yakni India (1,9), China (1,2) dan Indonesia (0,5 yang sebelumnya 5 persen). “Kini kita sedang mempersiapkan masyarakat untuk membuka kembali aktifitas perokonomian dan ibadah secara bertahap. Ada 120 kabupaten kota yang tidak ada kasus sama sekali. Di daerah ini bisa berlangsung kehidupan yang normal”, lanjut Presiden.
Sementara untuk pembukaan kembali sekolah dan pesantren, kita belum ada keputusan. “Kita harus hati-hati akan nasib 54 juta siswa kita”, demikian Presiden.
Tidak Berangkatkan Haji
Presiden juga menyebutkan bahwa tahun ini Indonesia tidak akan memberangkatkan haji. Otoritas Saudi Arabia belum memberikan signal apakah akan menyelenggarakan haji tahun ini, dan berhubung hal ini membutuhkan persiapan, dan waktu untuk itu sudah tidak memadai, maka kita putuskan tidak akan memberangkatkan haji tahun ini.
Para pimpinan agama tersebut pada umumnya mengapresiasi langkah-langkah yang ditempuh oleh pemerintah di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi. “Namun kita berharap agar komunikasi para pejabat kepada masyarakat kiranya satu irama dan tidak bertentangan satu sama lain. Kita di lapangan mengalami kesulitan menghadapi masyarakat kalau hal ini berlangsung terus menerus”, demikian disampaikan Abdul Mukti, Sekum PP Muhammadyah. Lebih lanjut Mukti mengatakan perlunya juga counter narasi dari pemerintah menghadapi banyaknya penyesatan informasi di berbagai media selama pandemi ini, baik menyangkut isu konspirasi, china dll.
Sementara Pdt Gomar Gultom, Ketum PGI, menyatakan perlunya semua elemen masyarakat membangun dan mengembangkan disiplin dalam mematuhi protokol kesehatan dan berbagai habitus baru dalam memasuki masa kenormalan baru. “Tanpa disiplin, apa pun yang dikerjakan oleh pemerintah, akan sia-sia, dan masyarakat akan terus berada dalam bayang-bayang penularan covid ini.”
Presiden menyambut baik ajakan untuk meningkatkan disiplin nasional di tengah kondisi masyarakat yang menurutnya memang masih kurang rasa disiplin. (tD)