Fri. Nov 22nd, 2024

Sushi, Makanan Jepang yang Estetis dan Berkelas

Sushi, makanan khas Jepang. Foto: InBene

Oleh InBene, langsung dari Jepang

InBene (penulis) bersama teman-temannya, sesama Duta Pariwisata Jepang sedang menikmati sushi di Kagoshima, Jepang.

Siapa yang tidak kenal sushi, makanan khas Jepang yang sangat terkenal? Selain karena tingkat kesulitan dalam pembuatan, juga karena harganya yang mahal. Maka tak heran jika sushi dianggap makanan “kelas atas”. Di Jakarta banyak inovasi dalam pembuatan sushi sehingga dapat dijual dengan harga yang lebih terjangkau. Nah, berikut ini saya akan membahas sejarah sushi dan tingkat kesulitan pembuatannya.

 

Muasal Sushi

Pada awalnya, sushi merupakan makanan yang terbuat dari ikan dan kerang yang diawetkan dengan cara digarami dan difermentasi. Pada akhir abad ke-16, mulailah orang Jepang menyertakan nasi dalam pembuatan sushi untuk mempercepat proses fermentasi. Metode fermentasi merupakan cara asli pembuatan sushi. Berkembang lagi di abad ke-17, orang Jepang mulai membubuhi cuka untuk membuat “hayazushi”. Pada pertengahan era Edo (1603-1868), seorang ahli kuliner (chef) Jepang, Hanaya Yohei menemukan inovasi hand-rolled sushi, yaitu cara pembuatan sushi dengan metode “gulung”. Ukuran sushi semula adalah dua kali lebih besar daripada ukuran sushi yang sering kita temui sekarang. Perubahan ukuran ini terjadi dengan maksud mempermudah orang dalam mengonsumsi sushi.

Training Sebagai Chef Sushi

Siapa sangka ternyata tidak sembarang orang dapat menjadi chef sushi. Dibutuhkan pelatihan khusus hingga 3 tahun untuk belajar memasak sushi, bahkan 8 tahun untuk dapat membuat sushi yang berkualitas. Wow…!

Wasabi

Makan sushi belum lengkap tanpa wasabi. Ya, meskipun pedasnya “ajaib” sampai terasa menusuk hidung, bagi orang Jepang wasabi merupakan “barang mahal” dan “wajib” dikonsumsi saat makan sushi. Dan ternyata… Si imut hijau pedas ini juga sulit pembuatannya. Wasabi dibudidayakan di sepanjang aliran sungai yang jernih di sekitar pegunungan. Wasabi yang paling enak dan berkelas terbuat dari kulit ikan hiu.

Bahan Dasar Sushi

Edomae-zushi merupakan sushi yang dibuat dari berbagai jenis ikan yang berasal dari laut Tokyo. Umumnya yang digunakan adalah jenis ikan “mackerel” dan “halfback” yang dikenal dengan istilah “hikari-mono” atau ikan dengan cahaya kulit biru keperak-perakan. Yang termasuk jenis hikari-mono adalah mackerel, horse mackerel, halfbeak, gizzard shad, young yellowtail, sea bream, tuna, squid, ark shell, conger eel, squid, prawn, sea urchin, octopus, squilla.

Bahan lainnya yang umum juga dijadikan bahan pembuatan sushi di antaranya timun, tuna, telur ayam dan telur salmon.

Jenis-jenis Sushi

Mushi-zushi, merupakan sushi kukus khas Kyoto. Nato-zushi, merupakan sushi khas Ehima yang menggunakan toping bubur kedelai, atau biasa disebut nato. Sake-zushi, sushi khas Kagoshima yang dibuat dengan menggunakan sake, bukan cuka. Nara-zushi, sushi khas Nara yang dibungkus daun persik. Koochi, sushi dibentuk dengan menggunakan batang bambu.

Istilah-istilah di Restoran Sushi (Sushi Bar)

Jangan heran kalau kita masuk ke restoran sushi, apalagi di Jepang, akan banyak ditemukan istilah-istilah khusus. Di antaranya: shari untuk menyebut gohan (nasi); gari untuk menyebut ginger (jahe); agari untuk menyebut ocha (teh hijau), murasaki untuk menyebut soy sauce (kecap khusus untuk sushi); otemoto untuk menyebut hashi (sumpit); namida untuk menyebut wasabi.

Kuru-kuru Sushi (Running Sushi)

Sushi makanan berkelas. Foto: InBene

Kuru-kuru sushi atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan running sushi, merupakan cara penyajian sushi dengan cara menampatkan sushi pada suatu rel atau conveyor belt dan pengunjung dapat mengambil sendiri sesuai selera. Tahukah bahwa kuru-kuru sushi juga ada aturannya? Ya, kecepatan running sushi adalah 4,8meter/menit. Setiap nomor dan motif piring memiliki harga yang berbeda. Apabila sushi yang kita inginkan tidak tersedia di rel, kita dapat memesannya langsung kepada chef.

Cara Makan Sushi

Makan sushi menggunakan sumpit atau dapat juga dengan tangan. Celupkan toping sushi sedikit ke dalam sausnya dan makan dengan sekali gigitan.

Dari uraian di atas, maka tidak heran kalau sushi memang dianggap makanan kelas atas dengan harga yang mahal. Sesekali bolehlah makan sushi untuk suatu perayaan.

InBene, Alumni STF Driyarkara, pernah tinggal di Jepang dan sampai sekarang masih menjadi Duta Pariwisata Jepang. Kini berdomilisi di Austria.

Related Post

Leave a Reply