Fri. Nov 22nd, 2024
Anthony Dio Martin, penulis buku best seller

Oleh Anthony Dio Martin

ilustrasi depresi

Bagaimana perasaan Anda di tengah kondisi krisis saat ini? Apakah Anda termasuk yang marah, yang merasa jengkel, bingung, kesal ataukah stress? Banyak lho yang saking bingungnya, sampai mengalami depresi berat, dan merasa ini adalah cobaan terberat dalam kehidupan mereka.

Tapi, ada sebuah kisah menarik tentang seekor burung layang-layang. Ceritanya, si burung ini terlambat pergi meninggalkan wilayahnya yang memasuki musim dingin. Ia terlalu lama bersenang-senang sehingga tidak memperhatikan saat teman-temannya mulai terbang ke wilayah yang lebih hangat. Dan akhirnya, tibalah musim dingin yang menyengat. Bahkan, suatu pagi, burung layang-layang yang kebetulan tinggalnya di atas atap sebuah peternakan itu, menemukan kalau sayapnya pun jadi sulit terbang karena ada lapisan es. Waktu ia mencoba terbang, malahan ia jatuh, dekat sekali tempat ada banyak sapi. Dengan berusaha keras, ia tidak tahu lagi harus bagaimana, dan ia membayangkan nasib sialnya dan setelah berjuang mati-matian dan tak lepas, ia pun membayangkan itu adalah akhir dari hidupnya. Menariknya. Saat  itu, di saatsi burung laying-layang ini tengah berjuang membebaskan dirinya, tiba-tiba ada seekor sapi besar yang sudah kenyang, lalu mulai membuang kotorannya. Dan ternyata, kotoran sapi itu jatuh tepat ke arah burung yang sudah tak bisa terbang itu. Awalnya, si butung itu pikir, di situlah riwayatnya akan tamat. Tapi sesuatu yang menarik, tiba-tiba terjadi. Ternyata, dari kotoran tersebut ada suhu panas. Dan perlahan-lahan panas dari kotoran sapi itu mulai melelehkan lapisan es pada burung layang-layang tersebut. Dan perlahan-lahan si burung itu, bisa menggerakkan sayapnya. Tak lama kemudian, burung layang-layang itu pun bisa kembali bebas.

Nah, ini tentu saja hanya sebuah kisah. Dan bahkan, ada yang melanjutkan lagi kisah burung layang-layang ini dengan berbagai versi lainnya. Tapi, buat pembelajaran kita kali ini, mari kita cukupkan kisah kita pada bagian ini saja. Dan yang terpenting adalah sebuah pembelajaran menarik yang bisa kita petik dari secuil kisah tersebut. Pembelajaran soal apa? Pembelajaran soal hikmah di balik sebuah bencana.

Merasa Terjebak dalam Bencana

Stress berat. iluistrasi

Bayangkanlah, dalam berbagai situasi, kadang kita merasa diri kita terjebak dalam bencana. Merasa itu adalah akhir dari kehidupan kita. Tapi, ternyata, di balik sebuah peristiwa bencana, ada hikmah dan keuntungannya bagi kita. Bayangkanlah, saat kotoran sapi itu menimpa si burung kecil yang sudah tidak berdaya. Betapa celakanya. Tapi, justru kotoran itulah yang membebaskan dirinya. Dari sesuatu yang dianggap paling buruk, paling nista dan paling kotor, ternyata justru menyelamatkan.

Tentu saja, di tengah kondisi pandemi corona ini, ada banyak kisah sedih dan tragis yang kita baca setiap hari. Tapi, di balik itu, ada banyak pula kisah kepahlawanan, kisah memgharukan yang juga kita bisa baca dan kita dengar setiap hari. Ada banyak orang, yang di tengah kondisi krisis, masih tetap memberikan kita harapan.

Sekarang kembali kepada diri kita sendiri. Di balik wabah virus korona telah merenggut banyak nyawa ini, juga terdapat benih-benih pembelajaran buat kita. Dari pada menjadi stress, bingung atau pun panik menyaksikan dan merasakan wabah ini dialami dalam kehidupan kita.

Kita pun bisa melihat dari sisi lain. Sisi hikmah dan pembelajaran yang berbeda-beda bagi setiap dari kita, yang mau membuka mata dan pikiran kita. Ada yang justru melihat ini sebagai momen berharga bagi keluarganya. Ada yang menjadikan ini sebagai momen untuk belajar. Ada yang menjadikan ini sebagai momentum untuk mengasah keterampilan bisnis yang baru. Bahkan, ada yang menjadikan ini sebagai momentum untuk berbagi dan menolong.

Tentunya, wabah virus korona ini akan berlalu. Hanya saja, setelah virus ini berlalu, apakah kita menjadi orang yang berkeluh kesah, mengutuk dan tidak mendapatkan manfaat dan hikmah apa pun dari peristiwa pandemik ini. Atau, setelah keluar hidup-hidup dari peristiwa ini, kita mengenang dan mengatakan dengan mantap, “Pada saat wabah pandemik virus korona lalu, ada juga hikhmahnya dalam kehidupan saya, yakni (titik-titik), yang silakan Anda isikan sendiri”.

So ayo, tetaplah kelola emosi kita dengan cerdas, di tengah kondisi ini. Sekali lagi, ini soal pilihan mau menjadi si orang yang terus berkeluh kesah ataukah yang selalu bisa bersyukur, dalam situasi apa pun!

Anthony Dio Martin: Writer, inspirator, speaker, entrepreneur (WISE). CEO Excellency dan penulis 18 buku best seller penerima MURI Award. Narasumber tetap acara “Smart Emotion” di radio smartfm. Executive coach, yang oleh media dijuluki “The Best EQ Trainer Indonesia”. IG @anthonydiomartin; youtube channel: Anthony Dio Martin Official

 

 

Related Post

Leave a Reply