Catatan Drs. G.F. Didinong Say, Sahabat dan rekan seperjuangan mendiang
Bagai petir di siang bolong, Mikael Umbu Zasa, SE dikabarkan telah mengembuskan nafas terakhir di usia 53 tahun. Secara tak terduga ia mengalami serangan jantung di rumahnya di kawasan Ujung Aspal, Pondok Cibubur pada hari Selasa siang, 23 Juni 2020. Berita ini segera viral ke berbagai kalangan diaspora Sumba maupun Flobamora Jabodetabek. Betapa tidak? Almarhum sangat dikenal sebagai representasi Sumba dalam berbagai kegiatan sosial, seni, budaya, dan lain sebagainya di Ibukota.
Almarhum pergi meninggalkan istri (Lenny Pareira), dua puteri (Gichella dan Dachira), dan seorang putera (Chabany), serta seluruh sahabat, teman, kerabat, kenalan dan handai taulan yang sangat bersedih.
Karena kehilangan dan rasa sayang, kendati masih dalam suasana pandemi Covids-19, rumah duka dan tempat menyemayamkan jenazah penuh sesak oleh mereka yang sangat mengasihi lelaki Sumba yang akrab disapa Umbu itu. Ungkapan duka cita mendalam mengalir di berbagai media sosial dari berbagai lapisan masyarakat diaspora Flobamora.
Diiring rangkaian doa dan derai air mata, serta seremoni adat Sumba yang heroik nan magis, jenazah almarhum diantar dengan penuh cinta dan hormat oleh warga diaspora Flobamora Jabodetabek yang membludak pada acara pelepasan jenazah di “Lembah Cibubur” untuk diterbangkankan pada hari Kamis, 25 Juni 2020, menuju Sumba NTT tanah kelahiran tercintanya. Direncanakan jenazahnya dimakamkan pada hari Minggu, 28 Juni 2020 di pekuburan keluarga di Kampung Obalaingo, Wewewa Barat, Sumba Barat Daya, tepat pada hari kelahirannya.
Banyak predikat melekat pada pria yang selalu bangga mengenakan kapouta di kepalanya ini. Sebagai sahabat, saya mencatat aneka jejak hidup dan keterlibatan Umbu. Berikut beberapa catatan saya:
Aktivitas Kemanusiaan
Pada masa awal kiprah di Ibukota tahun 1990, Mikael Umbu Zasa dikenal sangat sensitif dan prihatin atas nasib tenaga kerja wanita (TKW) asal Flobamora yang sering mendapat perlakuan tidak manusiawi di tempat penampungan kerja PJTKI. Berkali-kali Umbu datang menggerebeg penampungan PJTKI untuk membebaskan TKW yang mengeluh disiksa. TKW yang telah diamankan akan ditampung dan disalurkan ke tempat kerja yang aman di Jakarta setelah diberi pendidikan secukupnya. Pada kasus-kasus TKW asal Sumba yang kembali dari luar negeri dalam peti mati, Umbu bersama beberapa rekan selalu berjuang sekuatnya agar proses pemulangan jenazah dapat terlaksana selayaknya dan mendapatkan hak-hak sepenuhnya.
Kader Nasionalis
Mikael Umbu Zasa juga memiliki ketertarikan akan dunia politik. Haluan politik Umbu adalah nasionalis. Ia pengagum Bung Karno. Ketika Megawati mulai tampil di panggung politik nasional sekitar tahun 1995, Umbu bersama beberapa rekan Flobamora bergabung paling awal dalam garda terdepan pendukung Megawati Soekarnoputri. Risikonya tidak kecil di masa yang penuh tekanan kepada lawan politik ketika itu. Mikael Umbu Zasa yang semula belajar politik pada senior asal Sumba Lambert Gaina Dara langsung ikut terlibat aktif dalam aksi Mimbar Bebas di kantor DPP PDI. Umbu bergabung dalam kelompok pemuda Indonesia Timur yang dikoordiniir oleh Konradus Wawo. Dalam Peristiwa Kudatuli 1996, Umbu ikut menjadi korban dalam upaya mempertahankan Kantor DPP PDI Diponegoro 88 dari serbuan lawan politik yang didukung rezim Soeharto.
Kala itu, para pemuda Flobamora di bawah kendali Jacob Nuwa Wea memang selalu kompak dan siap sedia berjuang membela Megawati dari tekanan berbagai pihak. Dalam tekanan rezim orba saat itu, pemuda Flobamora di ibukota mempertaruhkan nasib dan jiwa raganya tanpa ambisi dan pretensi pribadi apa pun. Karena idealisme semata.
Saat pemilu 1999, setelah reformasi, Umbu didorong para senior Flobamora di Jakarta untuk ikut mencalonkan diri di provinsi NTT sebagai caleg PDIP dari Sumba. Tugas utamanya adalah menyosialisasikan sekaligus memenangkan PDIP di bumi Marapu. Kala itu dengan berbagai pengorbanan pribadi yang tidak kecil, Umbu tidak berhasil mendapat suara yang cukup. Namun PDIP menang di Sumba. Bahkan Yulius S. Bobo dari Sumba bisa melenggang ke Senayan sebagai anggota DPR RI periode 1999 – 2004.
Tahun 2018 saat dilaksanakan Pilgub NTT, semangat perjuangan politik Umbu Zasa tak lekang. Dengan percaya diri, Umbu datang ke Kupang untuk mendaftarkan diri sebagai calon wakil gubernur. Tujuannya adalah tekad menghadirkan representasi Sumba dalam panggung politik NTT. Umbu berkeyakinan bahwa dengan aktif dalam momentum politik, ia dapat membentuk suatu bargaining position untuk berbagai agenda perjuangan politik lainnya. Dalam proses selanjutnya, Umbu Zasa tidak jadi mencalonkan diri demi mendukung saudara Sumba lainnya, yaitu Daniel Tagudedo yang maju sebagai calon gubernur NTT. (bersambung)