Catatan Drs. G.F. Didinong Say, Sahabat dan rekan seperjuangan mendiang
Mikael Umbu Zasa dikenal sebagai sosok yang sangat terbuka dengan berbagai kalangan diaspora Flobamora dari berbagai lapisan. Ia ringan tangan dan rendah hati. Berbekal pengalaman hidup di Ende saat mengikuti pendidikan di SMA Syuradikara, Umbu mulai membangun keakraban dengan rekan-rekan dari Flores. Umbu cukup mengerti bahasa Ende. Pendidikan selanjutnya di Jogya memperluas wawasan pergaulannya di antara sesama Flobamora yang sedang kuliah di kota itu. Ia misalnya karib dengan Ali dan Talib dari Sabu, dengan Eman Bili dari Ngada dan lain lain. Banyak suka duka semasa kuliah yang dialami bersama mulai membentuk semangat persaudaraan Flobamora dalam dirinya.
Di Jakarta pada tahun 2000, Umbu mewakili Sumba dalam forum kegiatan Go East yang dicanangkan oleh Ignas Kleden, Iriyanto Jou dan lain lain.
Dalam beberapa perhelatan turnamen sepakbola antar diaspora per kabupaten NTT di Jakarta, misalnya turnamen Copa Florette yang digawangi oleh Marsel Ado Wawo tahun 2008, Umbu selalu menjadi pendorong utama partisipasi Sumba.
Tahun 2012, Umbu bersama Marsel Muja, Mikael Kleden, Pieter Sambut, Nita Therik, Polce Ruing, Frans Watu, Marsel Ado Wawo, Paskalis Baut, Edu Nabunome, Andreas Kaba, dan lain-lain mulai menggagas sebuah organisasi sosial budaya Flobamora berbasis komunitas ikatan keluarga besar diaspora setiap kabupaten di NTT. Sesungguhnya tidak mudah dan menjadi tantangan besar untuk menyatukan orang NTT di perantauan. Alhasil dengan semangat persaudaraan Flobamora yang kuat dan didukung sepenuhnya para sesepuh NTT di Jakarta seperti Anton Tifaona, Blasius Bapa, Vincent Siboe, ECW Neloe, Toebe, Gories Mere, dan lain lain serta difasilitasi sepenuhnya oleh Berto Lalo, Kepala Kantor Badan Penghubung Provinsi NTT di Jakarta akhirnya dapat terbentuklah Forum Komunikasi Masyarakat (FKM) Flobamora Jakarta. Sebagai starting point organisasi, disepakati bersama sebuah giat akbar seni budaya NTT. Giat ini bertajuk NTT MEMANGGIL dan dilaksanakan dalam rangka memeriahkan HUT NTT ke-54. Pentas seni budaya NTT bertujuan untuk membangun ikatan emosional basodara Flobamora Jabodetabek, mempromosikan seni budaya NTT di Ibu kota, sekaligus menjadi mediasi bagi peluang investasi di NTT.
Sesuai dengan kemampuannya, Umbu Zasa ditugaskan untuk merancang keseluruhan konsep dan rancang acara. Belakangan, oleh karena perbedaan visi dan komitmen, Umbu mengundurkan diri dari posisi yang ditugaskan. Namun secara bertanggungjawab ia meminta saya untuk dapat mewujudkan gagasan event yang telah dirancangnya. Acara NTT MEMANGGIL akhirnya terlaksana pada bulan Februari 2013 di JIEXPO Kemayoran Jakarta. Menghadirkan sekitar 20.000 warga diaspora Flobamora Jabodetabek. Hadir para tokoh dan sesepuh NTT di Jakarta serta Gubernur NTT Frans Lebu Raya dan Wakil Gubernur Eston Funay. Pentas Seni Budaya yang sangat meriah, belum ada keduanya sampai saat ini. Acara ini juga menghasilkan catatan rekor MURI untuk tarian Ja’i massal.
Ikatan Keluarga Besar Sumba (IKBS):
Dalam upaya membangun semangat persaudaraan di antara basodara diaspora Flobamora Jabodetabek, Mikael Umbu Zasa tidak pernah melupakan komunitas basis kulturalnya, yaitu IKBS di wilayah Jabodetabek. Umbu Zasa bersama rekan-rekan pemuda Sumba lain seperti Samuel Lobo, Gustaf Tamo Bapa, Gerardus Maliti, Celestinus Reda, dan lain lain dengan penuh semangat dan kerja keras mendukung kepemimpinan IKBS Jabodetabek yang saat itu berada pada pundak Markus Dairo Talo (MDT).
IKBS Jabodetabek ternyata tidak hanya menjadi organisasi wadah kegiatan sosial budaya bagi warga diaspora Sumba di Ibukota. Secara aktif IKBS menjadi corong aspirasi dan pembangunan pulau Sumba. IKBS ikut berperan dalam upaya pemekaran wilayah administratif di Sumba.
BACA JUGA: https://www.tempusdei.id/wp-admin/post.php?post=1364&action=edit
Selanjutnya, didukung sesepuh Sumba seperti Manasye Malo, Cornelis DJakababa, Yulius Bobo, Sylvy Mehang Kunda dan lain lain, Umbu dan kawan-kawan mulai mendorong “Semangat Satu Sumba”. Di masa kepemimpinan Umbu Zasa sebagai Ketua IKBS Jabodetabek menggantikan MDT yang menjadi bupati Sumba Barat Daya, semboyan dan semangat Satu Sumba semakin mengerucut menjadi spirit bersama untuk mendukung perjuangan pembentukan provinsi Sumba.
IKBS dalam kepemimpinan Umbu Zasa juga bergiat dalam memfasilitasi dan memediasi minat investasi di Sumba. Umbu Zasa diketahui telah mendorong investasi perkebunan ‘jarak pagar’ di Sumba sebagai bahan baku biofuel. (bersambung)