Sehari sebelum peringatan 10 tahun pelayanannya sebagai Uskup Agung Jakarta, Mgr. Ignatius Kardinal Suharyo memimpin Misa Kudus di Gereja Katedral Jakarta pada Minggu, 28/6/20 bersama konselebran pendamping Romo Letkol Yos Bintoro dan Romo David Lelebulan, Pr. Kardinal Suharyo sendiri adalah Uskup untuk Keuskupan Khusus Militer dan Kepolisian Republik Indonesia. Para petugas dalam Misa yang disiarkan secara langsung oleh TVRI dan liverstreaming oleh HIDUPTV tersebut dari TNI AD, AL, AU dan Kepolisian.
Dalam Misa tersebut Kardinal berkhotbah tentang jalan kesucian menuju kesempurnaan hidup kristiani. Berikut ini, kami sajikan khotbah Sang Kardinal dengan editan minor:
Saudari/ saudara, Rasul Paulus dalam bacaan hari ini mengingatkan bahwa kita telah mati bagi dosa tetapi hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus. Pesan ini bagi Gereja Katolik dipahami sebagai panggilan kesempurnaan kasih, panggilan menuju kesempurnaan kesucian.
Ajaran resmi Gereja Katolik menyatakan begini: seluruh umat kristiani bagaimana pun stasus corak hidup mereka, dipanggil untuk mencapai kepenuhan hidup kristiani, kepenuhan kasih menuju kesucian yang sempurna seperti Bapa sendiri sempurna, masing-masing melalui jalannya sendiri.
Paus Fransiskus menjelaskan panggilan ini dengan cerita yang sangat sederhana di dalam anjuran apostolik yang berjudul Bergembira dan Bersukacitalah. Beiau mengingatkan, kita semua sering kali tergoda berpikir bahwa untuk menjadi suci dan sempurna di dalam kasih, kita mesti melakukan hal-hal besar yang luar biasa. Sebaliknya, beliau menyatakan: Kita bertumbuh dalam kesucian melalui hal-hal kecil sehari-hari.
Dia kasih contoh: seorang ibu pergi berbelanja. Di pasar dia bertemu dengan seorang tetangga, lalu mulailah mereka berbicara seru, tetapi akhirnya mereka mulai bergosip. Gosip adalah bicara jelek tentang orang lain. Tapi ibu itu berkata dalam hatinya, “Saya tidak mau berbicara jelek tentang orang lain”. Paus mengatakan, ini adalah langkah maju menuju kesucian.
Selanjutnya ibu itu pulang ke rumah. Salah satu putranya ingin berbicara dengannya mengenai mimpi-mimpi dan harapannya. Meski lelah, ibu itu duduk dan mendengarkan dengan sabar, penuh perhatian dan penuh kasih. Paus mengatakan lagi, ini adalah pengorbanan lain yang mendatangkan kesucian. Hari berikutnya, ibu itu pergi ke luar rumah lalu berjumpa dengan seorang pengemis dan menyapa pengemis itu dengan kata-kata yang bersahabat. Paus katakan, ini satu langkah maju lagi di dalam kesucian.
Sebelum memberikan contoh ini, Paus Fransiskus memberikan nasihat yang lebih umum dengan mengatakan: Yang berkeluarga, jadilah suci dengan mencintai keluarga seperti Kristus mencintai GerejaNya. Apakah Anda memilih jalan hidup bakti (imam, bruder, suster)? Jadilah suci dengan menghayati panggilan hidup Anda dengan gembira. Apakah Anda seorang profesional? Paus mengatakan, jadilah suci dengan menjalankan profesi Anda dengan keahlian dan integritas tinggi bagi kebaikan bersama.
Seperti saudari saudara lihat, para petugas liturgi hari ini (menggunakan seragam TNI dan polisi), mereka adalah anggota TNI dan Polri. Saudari saudara kita ini adalah pribadi-pribadi yang menuju kesempurnaan kasih dan kesucian dengan memilih profesi militer dan kepolisian. Mereka adalah warga dari Keuskupan Militer Indonesia yang disebut Keuskupan Umat Katolik di TNI dan Polri.
Orang Katolik di Indonesia perlu tahu bahwa selain 37 Keuskupan teritorial, ada satu keuskupan khusus yang bukan teritorial, yakni Keuskupan untuk Umat Katolik di lingkungan TNI dan Polri. Keukupan khusus ini didirikan pada 25 Desember 1949 untuk mendukung prakarsa Menteri Pertahanan RI pada waktu itu, yakni Sultan Hamengkubuwono IX yang membentuk staf khusus untuk mengurusi kebutuhan rohani anggota angkatan perang RI yang waktu itu masih berjuang untuk melawan penjajah Belanda. Singkat kata, pembentukan Keuskupan Militer Indonesia adalah tanda yang sangat jelas bahwa seluruh umat Katolik sungguh-sungguh mendukung kemerdekaan bangsa Indonesia.
Sekarang ini di Asia hanya ada tiga keuskupan yang seperti itu: Indonesia, Philipina dan Korea Selatan. Yang sangat menarik bahwa dalam profesi sebagai anggota TNI dan Polri, ada pahlawan-pahlawan nasional beriman Katolik dalam setiap matra. Di Angatakan Darat kita kenal Ignatius Slamet Riyadi, di Angkatan Laut ada Yosafat Sudarso, di Angkatan Udara ada Agustinus Adisucipto dan di Kepolisian Karel S. Tubun. Mereka semua membela NKRI.
Dalam Bahasa Gereja, mereka adalah pribadi-pribadi yang memilih profesi tersebut sebagai jalan menuju kesempurnaan kasih dan kesucian menuju kesempurnaan hidup kristiani.
Marilah kita saling mendoakan agar profesi dan status hidup yang kita pilih, kita yakini sungguh-sungguh sebagai jalan menuju kepenuhan hidup kristiani. Marilah kita juga berdoa secara khusus bagi TNI dan Polri, khususnya yang ditugaskan di wilayah-wilayah terluar, sulit bahkan berbahaya. Semoga berkat keyakinan bahwa profesi yang mereka pilih adalah jalan menuju kesucian seperti dikatakan oleh paus Fransiskus, saudari saudara kita di lingkungan TNI dan Polri sungguh menjalankan tanggung jawab dengan keunggulan keahlian dan integritas. Semoga dengan demikian, kemuliaan Tuhan semakin nyata dan kebaikan masyarakat, kebaikan bersama, kebaikan kita semua sungguh diperjuangkan lewat keyakinan bahwa profesi dan jalan hidup yang kita pilih adalah jalan menuju kesempurnaan kasih. Amin