Jakarta, tempusdei.id – Seleksi calon Dirjen Bimas Katolik yang berlangsung sejak Maret 2020 itu, kini menyisahkan 6 nama. Keenam nama tersebut adalah Prof. Adrianus Meliala, Ph.D, Dr. Agustinus Wisnu Dewantara, SS, M.Hum (dosen Sekolah Kateketik Madiun), Suparman (Eselon II pada Kementerian Kemaritiman), Yohanes Bayu Samoedro, M.Pd. (dosen pada sebuah sekolah tinggi), Dr. Jelamu Ardu Marius, M.Si (Kepala Biro Humas dan Protokol Setda NTT) dan Drs. Ignasius, IK, M.Si (Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Kalimantan Barat).
Dari keenam putra terbaik tersebut, sejumlah pihak mengharapkan salah satu dari Adrianus Meliala dan Dr. Jelamu Ardu Marius, M.Si yang terpilih. Alasan mereka, keduanya dikenal luas baik ke dalam Gereja Katolik maupun secara nasional dan memiliki rekam jejak yang baik.
Saat ini Adrianus menjabat sebagai anggota Ombudsman, pernah menjadi anggota Kompolnas. Dia juga adalah dosen dan Ketua Dewan Etik Guru Besar Universitas Indonesia, anggota Komisi Kerasulan Awam KWI, Ketua Umum LP3KN, Ketua Paguyuban Dosen Katolik UI.
Beberapa rekam jejak tersebut menunjukkan bahwa kriminolog UI itu paham birokrasi, sebab dalam tugas-tugasnya tersebut, ia ikut memimpin pejabat tinggi eselon 2. Selain itu, dengan keaktifannya di lingkungan KWI antara lain melalui Komisi Kerasulan Awam KWI), dia mengenal organ-organ Gereja Katolik Indonesia. Dia pun sudah banyak berinteraksi dengan pihak Bimas terutama ketika menjadi Ketua Umum LP3KN (penyelenggara Pesparani) itu.
Sedangkan Dr. Jelamu Ardu Marius, M.Si, lulusan Penyuluhan Pembangunan Institut Pertanian Bogor saat ini menjabat sebagai Kepala Biro Humas dan Protokol Setda NTT. Dalam perbincangan dengan tempusdei.id, Marius mengatakan, hal pertama yang dia pikirkan jika terpilih sebagai Dirjen adalah melakukan pengembangan kemampuan sosial ekonomi dan pendidikan umat. “Sangat baik jika umat itu religius, tapi harus diimbangi dengan kemajuan di bidang sosial ekonomi mereka. Saya akan mengusahakan pengembangan bidang ini melalui kerjasama dengan berbagai pihak dan lembaga,” ujar alumni Sekolah Tinggi Filsafat Katolik Ledalero ini.
Marius juga memandang, selama ini Bimas Katolik sudah melakukan banyak hal, namun karena publikasi lemah, maka orang tidak mengetahui semua itu. Karena itu, jika terpilih, dia akan mengomunikasikan berbagai hal kepada publik melalui radio streaming dan televisi streaming yang akan ia dirikan. Ia juga akan membawa pengalaman dari daerah dan menghidupkan komunikasi internasional. “Seorang Dirjen harus menjadi komunikator yang baik bagi negaranya. Ini supaya bisa mengimbangai kemajuan intelektual masyarakat Katolik,” tambahnya.
Atas berbagai pengalaman dan latar belakang pendidikannya, Jack Bouk, salah satu tokoh NTT di Jakarta menilai Marius sangat cocok menduduki kursi Dirjen. “Dia paham tentang Gereja Katolik karena latar belakang pendidikan dan pengalamannya bergumul dengan kehidupan masyarakat Katolik di NTT. Wawasan internasionalnya juga luas,” ujarnya. Tambah Jack, Marius memiliki kepemimpinan yang baik. “Kita butuh pemimpin yang kuat dan pandai memimpin,” pungkas Jack.
Jembatan Komunikasi
Siapa pun yang terpilih diharapkan menjadi jembatan penghubung antara Gereja dan Pemerintah. Rasnius Pasaribu, anggota DPRD Kota Bekasi menyebut Adrianus sangat cocok dengan jabatan tersebut karena yang bersangkutan paham situasi Gereja Katolik Indonesia dari dalam dan bisa mengomunikasikannya kepada Pemerintah. “Beliau akan jadi jembatan komunikasi yang baik dan melakukan pembenahan yang diperlukan di lingkungan Bimas,” kata umat Paroki Santa Clara ini.
Jack Bouk meyakini Marius akan mengemban peran strategis dalam menciptakan kondisi harmonis dan membangun kerjasama yang baik antara gereja dan Pemerintah. “saya yakin dengan kemampuan Marius,” ujarnya kepada tempusdei.id.
Aloysius Lele Madja, mantan Duta Besar RI untuk Chili mengatakan bahwa Adrianus Meliala salah satu tokoh Katolik yang mumpuni dan cocok untuk jabatan politis di mana saja. “Ini dilihat dari kapasitas dan integritasnya,” kata Aloysius yang juga umat Paroki Kranji.
Namun demikian, Aloysius menyarankan agar Adrianus tetap dengan jabatan publik sekarang dan memberikan kesempatan kepada orang lain untuk menduduki kursi Dirjen Bimas Katolik. “Bila beliau masih menjabat di tempat lain, maka sebaiknya ada kesempatan untuk orang kita yang lain,” saran Aloysius.
Sementara itu mantan Ketua ISKA Muliawan Margadana menilai Adrianus memiliki integritas, profesionalisme, dan nilai-nilai Kristianitas yang bagus. Selain itu berpengalaman dengan birokrasi pemerintah melalui Kompolnas dan Ombudsman.
Agustinus Tamo Mbapa, mantan Ketua PMKRI Cabang Kupang menaruh harapan pada Adrianus dalam melayani kepentingan umat Katolik. “Harapan saya, nanti Bang Adrianus prioritaskan kegiatan orang muda Katolik dan memerhatikan kesejahteraan pelayan umat baik tingkat Paroki maupun Stasi,” ujar pria asal Sumba, NTT ini.
Lantas, apa yang membuat Adrianus sendiri ikut serta dalam seleksi tersebut? Dalam kapasitasnya sebagai Ketua Umum LP3KN Adrianus mengaku telah mengenal komunitas Bimas dan dari sana muncul keinginannya untuk membantu. Namun dalam hubungan dengan tugasnya sebagai Ketum LP3KN pula, dia mengaku kecewa terkait dukungan Ditjen Bimas. “Padahal LP3KN adalah anak dari Ditjen Bimas,” ujarnya.
Sebagai orang Katolik lanjutnya, ia ingin membaktikan diri lebih banyak untuk Gereja. “Saya memiliki pangkat, jabatan dan pengalaman yang memungkinkan. Maka, saya percaya diri,” ujar pria yang jabatannya di Ombusman akan berakhir pada Februari 2020 ini.
Sementara itu, sejumlah pihak mempertanyakan proses seleksi yang tidak kunjung selesai. “Seleksi sudah sejak maret, sampai sekarang belum selesai juga, ada apa?” tanya seorang pegawai Bimas Katolik. (tD/EDL)
Saya melihat sosok Adrianus Meliala adalah sosok yang tepat untuk memimpin Dirjen Bimas Katolik. Bimas Katolik perlu orang yang kuat, berwawasan luas dan berintegritas tinggi. Pak Adrianus merupakan tokoh yang cocok saat ini untuk menakhodai Bimas Kaolik.
Semoga dalam waktu dekat sudah ada yang memimpin bimas Katolik. Siapa pun yg terpilih harus meningkatkan hidup jasmani umat.
Kalau saya boleh komen, jabatan dirjen bimkat cocoknya pak Adrianus karena beliau sudah masuk dalam kelompok kerja para uskup di tingkat KWI sehingga jika beliau sebagai dirjen bimkat segala urusan yang berkaitan dengan negara beliau lebih mudah untuk mendekati para uskup dan programnya bisa diterima oleh para uskup
Saya kira bagi yg sudah memiliki jabatan strategis nasional… Memberikan kesempatan kepada yang lainnya untuk berkiprah di tingkat nasional.. Kita harus eksplorw tokoh tokoh Katolik dari berbagai pelosok untuk berkiprah di tingkat nasional… Bang Adrianus bagus cuman sayang jika harus pindah Post karena posisi beliau sangat strategis di Ombudsmen. Kalau kita hanya pindah di Ombudsmen juga perlu orang Katolik, kalau di Bimas Katolik siapapun dia sudah pasti Katolik…
Bpk Adrianus memiliki kapasitas dan integritas yang mumpuni untuk menduduki jabatan Dirjen Bimas Katolik. Selama ini dia menduduki jabatan strategis di tkt nasional, baik di lingkungan pemerintah maupun di lingkungan gereja Katolik. Beberapa jabatan yang pernah digelutinya, seperti anggota kompolnas, ombudsman, ketua dewan etik guru besar UI, dsb hampir tidak ada orang Katolik lain bisa masuk ke sana. Karena itu, bagi bpk Adrianus, menjadi Dirjen itu justru “turun kelas” baginya.