Fri. Nov 22nd, 2024
Penyair Ajip Rosidi. Foto: ist
Salah satu karyanya. Ia sosok yang mengakar pada budayanya. Foto: ist.

Ajip Rosidi adalah sastrawan senior dan terkemuka milik Indonesia. Dia juga penulis produktif, budayawan, dosen, pendiri, dan redaktur beberapa penerbit, pendiri serta ketua Yayasan Kebudayaan Rancage. Ajip lahir di Majalengka pada 31 Januari 1938.

Sastrawan yang sangat produktif dan penerima setumpuk penghargaan itu menempuh pendidikan di Sekolah Rakyat Jatiwangi (1950), lalu melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri VIII Jakarta (1953) dan terakhir, Taman Madya, Taman Siswa Jakarta (1956).

Ajip memang tak tamat SMA, tapi berkat hasil bacaan yang sangat luas dan karya-karyanya yang berlimpah, pada tahun 1967-1970, ia dipandang pantas untuk menjadi dosen luar biasa di Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran, Bandung. Kemudian pada 1981, berkat peranannya dalam bidang kesusastraan dan kebudayaan, Ajip diangkat sebagai guru besar tamu di Osaka Gaikokugo Daigaku (Universitas Bahasa Asing Osaka). Sejak itu, ia juga ditugasi mengajar di Tenri Daigaku (1982-1994) dan Kyoto Sangyo Daigaku (1982-1996).

Pada Rabu, 29 Juli 2020, pukul 22.20 WIB di Rumah Sakit Tidar, Magelang, Ajip meninggal dunia setelah menjalani perawatan sejak 23 perawatan akibat terjatuh di rumah anaknya di Pabelan, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang. Selamat jalan, Maestro.

Penyair asal NTT Agust G. Thuru yang bermukim di Bali menulis sebuah puisi untuk  untuk penulis buku Puisi Indonesia Modern itu.

Pada Jejakmu Putih
(Kepada Penyair Ajib Rosidi)
Oleh Agust G. Thuru

Engkau menabur kata sepanjang ruas jalan
Pada jejakmu putih
Menoreh pesona
Meluap decak
Memesona

Begitupun waktumu
Yang terus mengalir
Pada nadimu
Pengabdian pada ikrar
Pengorbanan pada pilihan
Pada kata yang kau cinta

Pada waktunya
Seperti air mengalir
Mendekat  pada muara
Bertemu di bibir pantai
Begitu akhir perjalananmu
Berseduh pada laut biru

Lalu engkau  pulang
Tanpa membawa apapun
Bahkan harta termahal
Adalah kata kearifan
Telah kau pahatkan
Pada  dinding nisanmu

Pulang ke keabadian
Tanpa kau bawa apa-apa
Tapi yang pernah kau tanam
Akan tetap tumbuh kekal
Berbuah di ladang sastra
Menjadi harta semesta

Denpasar, 30 Juli 2020

Related Post

Leave a Reply