Fri. Nov 22nd, 2024
Patung Maria Assumpta. Ist

Oleh Pater  Kimy R. Ndelo, CSsR, Provinsial Redemptoris Provinsi Indonesia

Kata “Assumpta” atau “Assumption” berasal dari bahasa Latin “Assumere”. Artinya “membawa kepada dirinya sendiri”. Dalam pengertian ini, Maria diambil dan dibawa oleh Yesus kepada diriNya di tempat Dia tinggal, yakni Surga. Sederhananya, Yesus membawa pulang ibuNya ke rumah surgawi.

Bahasa populer Gereja Katolik menggunakan istilah “Maria diangkat ke Surga”. Ini adalah dogma atau ajaran resmi Gereja yang dikeluarkan oleh Paus Pius XII melalui Konstitusi Apostolik berjudul Munificentimus Deus. Deklarasi resmi ini dikeluarkan pada tanggal 1 Nopember 1950.

Pernyataan Gereja ini tidak muncul begitu saja. Ada tradisi sangat panjang yang sudah dihidupi sejak abad kedua atau ketiga. Salah satunya adalah tulisan Apokrif yang berjudul Transitus Mariae.

Dalam tulisan ini dikisahkan bagaimana peristiwa kematian Bunda Maria terjadi. Menjelang ajalnya di Yerusalem, Maria mengundang semua rasul untuk berkumpul di sekelilingnya. Rasul Thomas saat itu ada di wilayah India. Marian meninggal tanpa kehadiran Thomas.

Akan tetapi Rasul Thomas tiba secara ajaib dari India dan meminta supaya makam dibuka untuk melihat jenazah Maria. Semua terkejut ketika mendapati makam kosong. Jenazah Maria tak ada lagi, kecuali pakaiannya.

Tempat makam Maria inilah yang sekarang ada di Yerusalem di bawah kaki gunung zaitun dan menjadi salah satu tempat ziarah. Di situ ada gereja yang bernama Gereja Makam Maria.

Keyakinan akan kebenaran kisah ini merupakan konsekwensi logis dari keyakinan tentang pribadi Maria yang dikandung tanpa noda dosa asal. Hancurnya tubuh setelah kematian adalah akibat dosa asal. Maka tidak selayaknya Maria mengalami nasib seperti itu. Tubuhnya pasti tidak ikut hancur oleh kematian.

Jika nabi Elia saja bisa diangkat ke surga dengan jiwa raga (2 Raj 2,11), maka sangat pantas Maria mengalami kehormatan yang sama. Dia yang bersatu dengan Puteranya sejak warta malaikat Gabriel, dia yang bersatu dengan Puteranya selama karya misinya di dunia, dia yang bersatu dengan Puteranya selama penderitaan dan kematian-Nya, dia pasti bersatu pula dengan Puteranya dalam kemuliaan jiwa dan raga.

Surga adalah tempat yang paling layak bagi Maria Bunda Yesus yang tak berdosa karena kepenuhan rahmat Allah.

Status dan nasib Maria ini memberi peneguhan kepada kita juga bahwa kesatuan dengan Yesus selama hidup akan membawa kita pada kesatuan setelah kematian.

Selama hidup kita boleh yakin bahwa kita mempunyai Ibu di surga yang mendoakan dan mengingatkan kita agar selalu melakukan kehendak Yesus. Dialah yang membawa ke hadapan Yesus semua persoalan hidup dan harapan kita seperti dibuatnya dalam peristiwa pernikahan di Kana.

Bernadette Soubirous yang melihat penampakan Maria di Lourdes pada abad ke-19, didatangi para seniman terkenal. Dia diminta untuk mendeskripsikan seperti apa wajah Maria yang dia lihat. Kepadanya dibawa lukisan-lukisan Maria yang dibuat oleh para pelukis terkenal di dunia seperti Murillo, Da Vinci, Raphael, Botticelli, El Greco dan lain-lain. Terhadap setiap lukisan Maria yang diperlihatkan, dia mengatakan: “Tak ada satupun lukisan ini yang menyerupai Maria”.

Sambil menggumam Bernadette berkata: “Bundaku, mengapa mereka selalu mengurangi kecantikanmu?”. Ya, tak ada patung atau lukisan yang menyerupai kecantikan Maria yang sesungguhnya. Tapi kita bisa senasib dengan dia.

Ditulis di Biara Santo Alfonsus-Konventu Redemptoris Weetebula, Sumba tanpa Wa.

Related Post

Leave a Reply