Fri. Nov 22nd, 2024
Eleine Magdalena

Oleh Eleine Magdalena, Penulis buku-buku best seller, sedang menempuh studi doktoral teologi

Kerendahan hati merupakan kebajikan yang utama. Santo Hieronimus berkata, “Kerendahan hati adalah dasar dan perlindungan dari semua kebajikan”.

Umum dikatakan bahwa lawan dari kerendahan hati adalah kesombongan. Kalau kesombongan bisa kita katakan sebagai nafsu untuk menonjol dengan tujuan mencari pujian dan kemuliaan diri sendiri dengan merendahkan orang lain, maka dapat kita katakan bahwa kerendahan hati adalah sikap batin yang tidak memusatkan segalanya pada diri sendiri, tetapi pada Tuhan. Orang yang rendah hati berani melihat keterbatasannya, namun juga mengakui karunia-karunia yang diterima dari Allah.

Sungguh penting selalu bersikap rendah hati dalam melayani sesama. Sebagai apa pun kita dipanggil, kerendahan hati haruslah menjadi jubah pelayanan kita. Orang yang rendah hati tidak akan mudah disakiti oleh segala penghinaan dan fitnah yang ada di tengah perjalanan pelayanan kita. Orang rendah hati dapat dengan tenang selalu bersukacita menanggung semua itu.

Jubah kerendahan hati melapisi dan melindungi kita dari sakit hati dan kekecewaan yang berlarut-larut. Alangkah menyedihkan jika kita harus berhenti di tengah jalan pelayanan karena kehabisan semangat, kehilangan sukacita karena cercaan yang niscaya ditanggung setiap orang beriman. Bukankah murid tidak lebih besar daripada Gurunya? Kalau kita mengakui Yesus sebagai Guru kita, maka jalan salib, hinaan, dan penderitaan juga menjadi jalan yang kita lalui. Kita bisa mengatakan bahwa jalan sesak, penuh becek, terjal dan berliku menanti kita di depan, sebagaimana Via Dolorosa menuju Kalvari yang sempit, berliku, dan menanjak. Pada puncak Kalvari, kita menyalibkan segalanya untuk bangkit bersama Yesus. Dapatkah seorang pelayan yang tidak rendah hati menanggung semua itu di tengah perjalanan menuju puncak Kalvari? Tuduhan, cercaan, dan ludahan orang-orang yang ditemuinya di sepanjang perjalanan itu terlalu menyakitkan bagi orang yang mencari pujian bagi diri sendiri. Kenakanlah jubah kerendahan hati maka kita akan sampai pada puncak penyaliban diri dan kedagingan untuk menerima kebangkitan rohani dan kemuliaan.

Orang rendah hati harus selalu melewati penyaliban dan kematian berulang kali, namun pada akhirnya makin lama makin bersinar oleh cahaya rohani yang murni. Kekuatan orang yang rendah hati tidak tergoyahkan. Tidak ada yang dapat menyakitinya lagi. Tidak ada yang mampu menggoyang dan menjatuhkannya karena ia menempatkan diri pada posisi yang benar dengan merendahkan diri di hadapan Tuhan. Ia menyerahkan segala pujian dan kemuliaan bagi Tuhan. Tiada lagi yang dapat direbut darinya karena memang dia tak menggenggam apa pun juga. Kepadanya, Tuhan hanya dapat menambahkan terus rahmatNya karena dia selalu kosong.

RahmatNya mengalir menuju kepada orang yang rendah hati, yang duduk di tempat yang rendah. Orang rendah hati memilih tempat yang tepat baginya. Yesus mengajarkan agar kita menempatkan diri sebagai hamba yang tidak berguna yang mengerjakan apa yang sudah seharusnya kita lakukan (bdk. Luk 17:10). Tidak membangga-banggakan diri setelah selesai melakukan suatu pelayanan. Allahlah yang mengerjakan di dalam diri kita baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaanNya (bdk Flp. 2:13). Masih patutkah kita berbangga-bangga atas apa yang tidak kita miliki? Segalanya berasal dari Allah dan oleh sebab itu, segalanya harus kita kembalikan kepada Allah.

Tentu Allah akan memberkati dan memercayakan lebih banyak berkat dan karuniaNya bagi orang yang rendah hati. Allah percaya ia mampu membawanya tanpa menjadi celaka oleh semuanya itu. Ada orang yang menerima sedikit berkat atau talenta namun, menjadi amat sombong dan gegabah menggunakannya. Akibatnya, ia harus menanggung kejatuhannya sendiri. Sungguh menyakitkan dan menyedihkan kalau semut mati karena manisan. Demikianlah, kita semua yang dipercaya olehNya membawa talenta apa pun juga bentuknya -entah itu bakat-bakat, kepandaian, kekayaan, ketampanan dan lain sebagainya- hendaklah tetap membawanya dalam semangat kerendahan hati agar kita dapat menampung semakin banyak berkat untuk disampaikan kepada orang lain yang kemudian memuliakan Bapa di surga.

Sebagaimana hukum alam selalu mengalirkan air ke tempat yang lebih rendah, demikian juga rahmatNya mengalir kepada orang-orang yang mau mengambil tempat terendah pada situasi apa pun. Bersedia mendapat giliran terbelakang, mau mengharapkan bagian paling sedikit dan tidak menonjol, rela menanggung penderitaan yang paling besar dan lain sebagainya. Banyak hal kecil yang dapat kita perjuangkan untuk bertumbuh dalam kerendahan hati. Perlu penyangkalan diri terus-menerus untuk semakin berkembang dalam kerendahan hati. Orang yang rendah hati akan makin bersinar di tengah dunia yang berlomba-lomba menonjolkan diri sendiri.

Walaupun kecil dan sederhana, perbuatan-perbuatan yang dilandasi semangat kerendahan hati selalu menggelombangkan perubahan dan menumbuhkan motivasi dan semangat melayani yang semakin murni. (Mata Iman, 2017)

 

Related Post

Leave a Reply