Oleh Eleine Magdalena, Penulis buku-buku best seller tentang keluarga
Ada kalimat begini, “Iman seperti Wi Fi tidak terlihat tetapi mempunyai kekuatan untuk menghubungkan kita dengan apa yang kita butuhkan”. Kalimat lain mengatakan, “Iman adalah melihat dengan hati ketika mata kita hanya melihat kegelapan”.
Dua orang buta datang pada Yesus dengan berseru, “Kasihanilah kami, hai Anak Daud”.
Orang Yahudi sering memakai sebutan Anak Daud. Mereka menantikan kedatangan Mesias yang mempunyai kekuasaan politik dan militer untuk menaklukkan penjajah Romawi. Bagi Yesus, pandangan ini kurang tepat karena terlalu manusiawi. Kedua orang buta dalam Mat 9:27 ini datang pada Yesus dengan pemahaman yang tidak tepat. Walaupun demikian, Yesus tetap menolong mereka (ay. 29-30a). Seringkali kita juga mendekati Tuhan dengan pikiran yang keliru dan kemampuan kita untuk mengerti yang sangat terbatas. Kita kurang memahami Allah yang sebenarnya.
Namun, ternyata Tuhan tidak mempersoalkan cara kita datang kepadaNya. Kita mungkin bodoh, lemah, banyak kekurangan, tetapi Tuhan bersedia menerima kita. Untuk meminta tolong kepada Tuhan, kita tidak harus menunggu sampai sempurna. Justru kita datang kepadaNya agar kita disempurnakan dan disembuhkan. Demikian pula, kita tidak berhak mencegah orang lain datang kepada Yesus bagaimanapun keadaan atau cara mereka. Kasih Tuhan menutupi kekurangan maupun kelemahan kita. Ia punya 1001 cara untuk meluruskan dan mengasihi karena Ia mengenal hati setiap orang. Tuhan tidak hanya melihat bagaimana keadaan kita saat ini tetapi bagaimana keadaan kita kelak. Yang Ia minta dari kita adalah iman. Apakah kita percaya bahwa Yesus mampu dan mau melakukan apa yang tidak dapat kita lakukan.
Mungkin kita tidak tahu apa yang akan terjadi esok hari, namun yang penting kita percaya bahwa Tuhan selalu menyertai kita. Dengan demikian kita mempunyai keberanian mengambil satu langkah walaupun kita belum melihat keseluruhan jalan yang ada di depan kita. Iman melenyapkan ketakutan. Segala kekhawatiran akan lenyap jika kita mempunyai cukup iman. Hasilnya adalah kita menerima apa yang kita minta dari Tuhan. Santo Agustinus mengatakan, “Iman adalah percaya apa yang tidak kita lihat, dan hasilnya adalah kita melihat apa yang kita percayai”. Marilah kita datang kepada Tuhan dengan iman agar Tuhan memberikan apa yang kita minta. (dari buku “Mata Iman” – 2017)