Fri. Nov 22nd, 2024

Imam Katolik Ini Mengaku Mencintai Islam dalam Surat Terbukanya kepada MUI, Apa Alasannya?

Pater Tuan Kopong, MSF. Foto: Dokumen Tuan Kopong.

DARI Philipina, pada 1 September 2020, imam Katolik bernama Pater Tuan Kopong, MSF menulis sebuah Surat Terbuka kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI) berisi permintaan agar MUI menertibkan sejumlah mualaf (dan yang mengaku mualaf) yang melalukan pembohongan kepada publik sambil menebar ujaran kebencian.

Pada judul suratnya, dia sudah mengaku mencintai Islam sebagai alasan utama menulis surat. Lalu dalam isi suratnya, dia berkali-kali menyatakan ihwal kecintaannya itu. Ia pun menjuduli suratnya Saya Mencintai Agama Islam, Mohon Tertibkan Mualaf Yang Suka Bohong!

Tersua empat alasan yang mendorongnya menulis surat terbuka tersebut, yakni:

Pertama, karena sebagai umat Katolik dan seorang pastor, dia mencintai agama Islam sebagai salah satu agama besar di Indonesia yang mengajarkan kebaikan dan kebenaran untuk kebaikan bersama. Kedua, karena agama Islam menurutnya adalah agama yang Rahmatan Lil’Alamin yang membimbing setiap umatnya untuk mengikuti jalan kebaikan dan ajaran-ajaran suci Nabi Muhammad. Ketiga, karena sebagai umat Katolik dan seorang pastor, dia sangat menghargai dan mencintai para kiai yang selalu mengajarkan kebaikan dan kebenaran, dan sangat menghormati ajaran-ajaran mereka yang membawa kedamaian dan kesejukan. Keempat, karena sebagai umat Katolik dan seorang pastor, dia menyadari bahwa tugas MUI adalah memberikan penilaian moral terhadap tutur kata, sikap dan tindak tanduk umat Islam berdasarkan ajaran suci Al-Quran.

Karena pertimbangan tersebut, Tuan Kopong meminta MUI menertibkan para mualaf untuk menghayati dan menghidupi iman serta ajaran agama Islam mereka secara benar demi kebaikan dan kedamaian bersama.

“Saya tidak membenci mereka yang mualaf. Saya juga tidak melarang mereka untuk mualaf. Menjadi penganut agama apa pun itu adalah hak asasi. Saya sendiri pun memahami dan setuju bahwa seseorang yang berpindah ke agama yang baru itu adalah panggilan Allah sendiri dan merupakan jawaban pribadi yang didasari pada kehendak dan kebebasan pribadi. Tentunya ada pengalaman imanen dan transenden yang dialami dan bukan karena paksaan atau materi,” kata Tuan Kopong.

Merasa Sedih Islam Dinodai

Karena mencintai Islam, maka aku Tuan Kopong, dia merasa sedih, kasihan dan tidak menerima begitu saja agama Islam dinodai dan dinista oleh kebohongan para mualaf yang mengaku mantan pastor, lulusan terbaik Universitas Vatikan, mantan pastor yang mengurus administrasi di KWI, mantan misionaris lulusan Sekolah Injil di Vatikan yang bapaknya seorang kardinal, mantan biarawati, mantan misionaris (perempuan) yang mengaku sekolah di seminari.

Mereka yang mengaku “mantan” itu, kata Tuan Kopong, ketika ditelusuri dan dicheck kebenaran jejaknya di dalam dokumen Gereja Indonesia ataupun schematismus kongregasi maupun Keuskupan, ternyata tidak ada dan tidak pernah ditahbiskan menjadi imam atau pastor, serta tidak pernah menjadi suster dan misionaris. Bahkan di Vatikan sendiri tidak ada universitas maupun sekolah injil.

Lanjutnya, yang mengaku mantan pastor dan lulusan terbaik Universitas Vatikan, ternyata tidak menyelesaikan pendidikannya di seminari. Yang mengaku mantan pastor Jesuit (SJ) juga tidak terdaftar dalam dokumen para imam Jesuit, bahkan tidak dikenal.

Yang mengaku mantan biarawati atau suster juga tidak pernah menjadi anggota kongregasi yang disebutkan, tetapi hanya menjalani masa persiapan, yaitu aspiran sehingga masih calon dalam tahap pembinaan. Yang mengaku sekolah di seminari juga menggelikan, karena seminari dalam Gereja Katolik tidak pernah menerima kaum perempuan. Yang diterima adalah laki-laki normal dan belum pernah menikah.

Artinya, jelas Tuan Kopong, yang mengaku-ngaku mantan pastor, biarawati, misionaris, bapaknya kardinal dan perempuan yang pernah sekolah di seminari hanya memertontonkan kebohongan yang dengan jelas menodai ajaran suci agama Islam.

Pada pengujung suratnya, dia kembali menegaskan pemahamannya bahwa menjadi mualaf adalah hak dan kebebasan mereka. Namun ia mempertanyakan alasan mereka selalu mengaku sebagai mantan ini dan itu. “Untuk apa dan demi tujuan apa?” tanyanya.

Lantas, apa alasan Pater Tuan Kopong berkali-kali mengaku mencintai Islam? Ternyata, dia benar-benar memiliki alasan yang sangat pribadi, bahkan mendaging dan mendarah dalam dirinya. Apa dan bagaimana itu? Tunggu tulisan berikut….!

BACA INI: https://www.tempusdei.id/2020/09/2128/ini-alasan-pastor-tuan-kopong-msf-sangat-mencintai-islam.php

Related Post

Leave a Reply