Fri. Nov 22nd, 2024

Ini Pastor Kembar, Beruntung Dulu Sang Ibu Bertahan dan Tidak Digugurkan

Pastor Paulo dan Pastor Filipe bersama Ibu mereka Rosa. aleteia.org
Pastor Filipe dan Pastor Paulo

Apa yang akan Anda lakukan jika diberi tahu bahwa Anda hamil dengan anak dengan dua kepala dan anggota tubuh ekstra? Bagaimana jika dokter memberi tahu bahwa Anda harus melakukan aborsi karena kehamilan yang sulit dan dapat membahayakan jiwa Anda?

Rosa Silva menghadapi situasi ini di Chili pada tahun 1984. Dia ditawari agar anak dalam kandunganya digugurkan. Roda bergeming, dia memutuskan menolak aborsi dan menerima “apa pun yang Tuhan kehendaki baginya.”

Rosa menjalani pemeriksaan setelah mengetahui dirinya hamil. Dokter melakukan USG dan mengira bahwa yang mereka lihat di layar adalah anak cacat dengan kondisi parah (menurut perkiraan, yang Rosa kandung adalah kembar siam yang tidak dapat hidup). Jika benar, ini adalah kehamilan yang dapat menyebabkan penderitaan pada  Rosa. Hidup penuh berisiko! Dokter merekomendasikan aborsi “terapeutik” sebagai solusinya.

“Mereka menyuruh Mama saya melakukan aborsi, tapi Mama tidak mau. Dia memilih ‘kehidupan’ meskipun saat itu dia bisa melakukan aborsi, karena alasan risiko,”kata Paulo kepada Religión en Libertad (ReL). (Aborsi “terapeutik” legal di Chili pada saat itu. Aborsi diilegalkan pada tahun 1989, tetapi disahkan lagi pada tahun 2017).

Entah terjadi salah diagnosa atau bagaimana, Felipe dan Paulo lahir dengan sehat pada 10 September 1984. Felipe lahir lebih dulu lalu disusul Pailo 17 menit kemudian. Mereka juga memiliki seorang saudara perempuan, Paola, yang berusia 4 tahun lebih tua.

Meskipun Felipe dan Paulo tumbuh dalam keluarga Katolik, mereka jarang menghadiri Misa karena semangat mereka berlatih dan bermain sepak bola. Mereka sering alpa menghadiri Misa hari Minggu. Kemudian, ketika berusia 14 tahun, Felipe dan Paulo mulai meluangkan lebih banyak waktu untuk terlibat dengan Gereja.

Penggemar Sepak Bola

Saat pentahbisan

Pada saat mereka berusia 16 tahun, mereka telah berhenti bermain sepak bola dan lebih terlibat di Gereja (meskipun bahkan hingga hari ini mereka terus menjadi penggemar berat olahraga). Mereka masuk seminari pada usia 18 tahun.

Orang mungkin mengira bahwa keputusan untuk menjadi imam adalah keputusan kompak mereka. Namun, mereka mengatakan bahwa mereka berdua saling merahasiakan panggilan masing-masing, karena mereka tidak ingin memengaruhi keputusan satu sama lain. Masing-masing tertarik pada imamat dengan cara sendiri-sendiri.

Paulo mengatakan kepada media Aciprensa, “Saya tidak tahu siapa di antara kami yang merasakan panggilan lebih dulu. Saya pikir Tuhan melakukan banyak hal dengan sangat baik. ”

Pastor Paulo, pada hari mereka ditahbiskan berkata, “Kami berbagi pengalaman yang sama dan panggilan yang sama dari Yesus untuk mewartakan Dia kepada orang lain.”

Tentang panggilan imamat, Pastor Felipe mengatakan, juga kepada Aciprensa, “Tuhan tidak bermain-main dengan kita. Dia ingin kita bahagia, dan imamat adalah panggilan indah yang membuat kami bahagia sepenuhnya.”

Gereja Butuh Orang Muda

Kata Pastor Paulo, “Yesus, Gereja dan Dunia membutuhkan kami dan orang muda lain yang mau bekerja bagi kebenaran Tuhan, sedemikian rupa sehingga kehidupan mereka memancarkan kehidupan, senyum mereka menunjukkan harapan, pandangan mereka menunjukkan iman, dan tindakan mereka menunjukkan cinta.”

Setelah 10 tahun belajar dan melalui berbagai fase persiapan, mereka ditahbiskan menjadi imam bersama pada 28 April 2012 di katedral Valparaíso.

Keuskupan Valparaíso, Chili, sangat bersyukur memiliki imam saudara kembar Pastor Paulo dan Pastor Felipe Lizama.

Kisah hidup keduanya yang langka tersebut menjadi berita di tahun 2013, setahun setelah mereka ditahbiskan, dan diliput oleh media Katolik Aciprensa dan Religión en Libertad (ReL), dan sejumlah situs web lainnya.

Saat ini, delapan tahun menjadi imamat, mereka antusias dengan pelayanan merekamelalui media sosial untuk menginjili.

Orang tua mereka, Rosa dan Humberto, tidak dapat membayangkan 36 tahun yang lalu. Hari ini mereka memiliki putra pastor kembar yang identik dengan Misa live streaming langsung di Facebook. Kepada Aciprensa Filipe mengatakan, mereka tidak yakin apakah dokter salah menafsirkan USG, atau Tuhan campur tangan dalam kehamilan tersebut sehingga mereka lahir dengan sehat.

Apa pun masalahnya, Pastor Paulo berkata, “Saya selalu merasakan kasih sayang dan kelembutan yang istimewa setiap kali saya memikirkan atau merenungkan mulianya hati ibu saya, yang bersedia memberikan hidupnya untuk kami.”

Dalam refleksi mereka pada tahun keenam di seminari, mereka memahami peristiwa-peristiwa awal itu sebagai “takdir”: Tuhan telah memanggil mereka dari segala kekekalan, dan kasih serta kemurahan hati ibu mereka.

Paulo berkata, “Bagaimana mungkin kita tidak mempertahankan hidup? Bagaimana mungkin kita tidak memberitakan Tuhan kehidupan? Saya yakin tentang apa yang saya yakini, tentang apa yang saya ucapkan, jelas oleh kasih karunia Tuhan. ”

Sebagai pastor kembar, kadang-kadang mereka juga ngerjain orang memanfaatkan kemiripan mereka. “Orang-orang sering bingung. Saya sering berpura-pura menjadi saudara laki-laki saya. Hal yang paling lucu adalah cara orang bereaksi,” ujar Pastor Filipe sembari tersenyum. (Diterjemahkan dan disadur oleh EDL dari artikel berjudul Woman told to abort refuses; gives birth to twins who become priests di aleteia.org)

BACA JUGA: https://www.tempusdei.id/2020/09/2178/20-tahun-kemudian-wanita-ini-berjumpa-sosok-yang-ditolongnya-yang-dikubur-hidup-hidup-ketika-bayi.php

Related Post

Leave a Reply