Sat. Nov 23rd, 2024

Merasa Disakiti, Dikhianati, Tim Guenard Pernah Ingin Membunuh Ayahnya Sendiri

Tim Guénard (foto: google)

Philippe Guénard atau yang  lebih dikenal sebagai Tim Guénard, adalah seorang aktivis Kristen Prancis, penulis, pendidik (dan peternak lebah). Hari ini dia adalah pria bahagia bersama istri dan anak-anaknya.

Di masa kecilnya ia mengalami hidup yang sangat getir, justru dari kedua orang tuanya sendiri. Pengalaman pahit tersebut membuatnya sangat membenci ayahnya, bahkan ingin membunuh sang ayah.

Usia Tim Guénard masih sangat belia ketika ibunya meninggalkan dirinya. Tempusdei.id tidak menemukan alasan ibunya pergi dalam artikel asli berjudul I wanted to kill my father, but then I discovered God’s love di aleteia.org. Hanya dikatakan dalam artikel tersebut bahwa Tim Guénard ditinggalkan ibunya ketika dia baru berusia dua tahun. Ayahnya, seorang pecandu alkohol, seringkali kehilangan kendali dan memukulinya. Ia pernah dikurung di ranjang rumah sakit selama dua setengah tahun. Keadaan menjadi lebih buruk ketika dia pindah ke panti asuhan. Direktur panti berkata, “Apa yang akan kita lakukan dengan anak ini? Like father like son.” Di sini dia semakin terpuruk dan merasa terhakimi.

Tim tumbuh dengan penuh kebencian dan kekerasan. Ia bahkan ingin membunuh ayahnya sendiri. Dia berkata, “Kebencian memenuhi hidup saya.” Dia berhasil melarikan diri, dan akhirnya tinggal di jalanan Paris. Di jalanan itu dia bertemu seseorang yang mengajarinya membaca, serta seseorang yang mengajarinya mencuri dan memanfaatkannya.

Hidup Tim sepertinya ditakdirkan untuk gagal total, sampai dia bertemu seseorang yang memandangnya dengan cinta. Seorang hakim menawarinya kesempatan untuk melakukan pertobatan. Kemudian, dia bertemu dengan penyandang disabilitas. Dia menaruh simpatik, dan inilah “pemicu” yang mengubah hidupnya. Vianney, adalah orang pertama yang menjinakkan kekerasannya dan memperkenalkannya kepada Yesus, “Bos Besar”. Seorang Pastor menunjukkan kasih dan pengampunan Tuhan. Sejak saat itu kehidupan Tim berubah dan naik seperti balon udara.

Dia terbebas dari beban kekerasan, memaafkan dirinya sendiri, dan dia belajar untuk mencintai. Ia menikah dengan Martine, dan menjadi ayah dari empat anak. Dia bahkan memaafkan ayahnya sendiri. “Hari ini, saya mengatakan bahwa Tuhan tidak membuat kesalahan. Mengapa? Karena saya orang yang bahagia, “katanya. (tD)

Related Post

Leave a Reply