Fri. Nov 22nd, 2024
Pater Remmy Sila, CSsR

Oleh Pater Remmy Sila, CSsR, Superior Misi Samoa Kongregasi Redemptoris Provinsi Oceania

Para pembaca TempusDei.Id yang terkasih, Santo Paulus dalam Suratnya kepada jemaat di Filipi memberikan peneguhan demikian: “Janganlah kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” (Flp 4: 6). Sedangkan dua bacaan yang lain, yaitu bacaan pertama dari Yesaya 5: 1-7 dan bacaan Injil dari Matius 21: 33-43 berbicara tentang kasih Tuhan yang begitu kuat kepada kita. Kasih ini diungkapkan dalam bentuk kiasan dan perumpamaan tentang kehancuran bagi mereka yang tidak mau mendengarkan dan menggapi cinta Tuhan.

Tentunya kita harus hati-hati dan perlu bijaksana memahami bahwa Kitab Suci biasanya menggunakan bahasa kiasan dan perumpamaan untuk menyampaikan pesan dan kehendak Tuhan bagi manusia. Maka bahasa Kitab Suci hendaknya tidak dimengerti secara harafiah. Yang jelas, Tuhan kita yang Pengasih dan Penyayang tidak pernah berkehendak menyakiti kita atau bahkan menghancurkan kita dengan cara apa pun. Ia ingin menyelamatkan kita dari kehancuran dan kebinasaan yang lebih besar.

Kita harus menyadari  bahwa kiasan dan perumpamaan yang dipakai untuk menyampaikan pesan Tuhan yang digambarkan sedang  marah sebenarnya menggambarkan  perasaan kita sendiri ketika ada sesuatu yang tidak beres atau berjalan tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Dengan pemahaman yang demikian, maka kita akhirnya akan sadar bahwa bukan Tuhan yang menghukum kita, tetapi kita sendirilah yang menyiksa, menghukum dan bahkan menghancurkan diri kita melalui jalan atau sikap yang kita pilih. Kita  harus menyadari bahwa pilihan yang salah atau perbuatan buruk kita sendiri akan membawa hasil buruk dalam hidup kita. Sesuatu yang buruk terjadi pada kita, bukan karena Tuhan ingin melakukan sesuatu yang buruk kepada kita. Misalnya, jika kita memilih untuk  hidup tidak jujur,  pada akhirnya pilihan kita itu akan menghancurkan hubungan mendalam apa pun yang pernah kita bangun dan miliki. Jika kita hidup hanya menurut keinginan daging kita, itu juga pada akhirnya akan menghancurkan kita. Demikian juga jika kita hidup hanya untuk mencari kekuasaan dan menyalahkangunakannya untuk kepentingan pribadi atau kelompok, pada akhirnya  kekuasaan itu sendiri yang menghancurkan kita.

Tindakan kita sendiri yang akhirnya mengutuk kita dan membuat hidup kita menjadi berantakan. Bukan Tuhan. Begitu banyak guru spiritual dan orang kudus ternama yang mengatakan dalam tulisan-tulisan rohani  mereka bahwa Tuhan tidak pernah mengutuk siapa pun. Sebaliknya, kita kita sendiri yang mengutuk dan menyengsarakan hidup kita dengan pilihan bebas yang kita buat.

Kiasan dan perumpamaan  dalam Yesaya 5: 1-7 dan Injil Matius 21: 33-43 berbicara tentang hal-hal yang manusia lakukan dengan hidupnya, baik secara pribadi maupun secara bersama sebagai  komunitas atau sebagai umat. Hidup manusia menjadi kacau dan berantakan karena  manusia menolak Tuhan dan jalan hidup kekal yang Tuhan tawarkan. Tuhan tidak pernah memaksa untuk mengubah kita kecuali kita memilih untuk membiarkan Tuhan mengubah kita.

Bahkan ketika kita tidak mampu mengubah atau memperbarui hidup kita, kita perlu berdoa memohon kepada Tuhan agar Ia sendiri yang mengubah hidup kita. Kita hanya perlu berseru: “Tolonglah aku Tuhan, ubahlah hidupku”. Sayanya, yang seringkali terjadi adalah kita cenderung menyalahkan Tuhan dan sesama. Oleh karena itu, ingatlah pesan Santo Paulus: “Janganlah kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” (Flp 4: 6). Dengan demikian, damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiran kita dalam Kristus Yesus.

Maka marilah kita senantiasa  memilih Tuhan dan menjadikan kehendakNya sebagai pedoman hidup kita. Mari bertekun dalam doa kepadaNya dengan penuh keyakinan iman. Jika kita memilih menolak Tuhan  dan Jalan Kehidupan yang ditawarkan kepada kita, maka Dia pun tidak bisa memaksa kita karena Ia sendiri telah menganugerahkan kehendak bebas kepada kita. Kehendak  Tuhan selalu untuk mencintai dan menyelamatkan manusia. Tetapi manusia tetap mempunyai kebebasan untuk menolak atau menerima kehendak Tuhan tersebut. Selamat memilih. Tuhan memberkati

 

Related Post

Leave a Reply