Sun. Nov 24th, 2024
Tuan Kopong, MSF

Oleh Pastor Tuan Kopong, MSF, Misionaris Kongregasi MSF di Philipina

Bulan berakhiran Ber adalah bulan-bulan untuk menyongsong hari raya Natal di Philipina

Saya dilantik menjadi Pastor Paroki Christ The King (Kristus Raja)-Keuskupan Novaliches-Pilipina pada tanggal 03 Juli 2016. Meskipun sudah dilantik menjadi pastor paroki, saya masih tetap belajar bahasa Tagalog, budaya, kebiasaan dan tradisi dalam kehidupan beriman umat Katolik di Pilipina pada umumnya dan di paroki yang saya layani pada khususnya.

Satu hal yang mengagetkan saya adalah ketika memasuki bulan Agustus banyak permintaan dari seksi (Tim Kerja Paroki) dan kelompok-kelompok kategorial untuk menghadiri Natal Bersama mereka pada bulan September hingga sehari sebelum memasuki tanggal 16 Desember.

Mendapat permintaan demikian, saya awalnya menentang dan menolak karena menurut saya dan pedoman Gereja, natal bersama hanya bisa dilakukan setelah Hari Raya Natal, yaitu setelah tanggal 25 Desember. Namun mereka kemudian memberikan penjelasan kepada saya bahwa ini sudah menjadi tradisi kami umat Katolik di Philipina yang dihidupi sejak lama.

Mereka mengatakan bahwa bagi umat Katolik di Philipina, ketika memasuki bulan yang berkahiran Ber (SeptemBer, OktoBer, NovemBer, DesemBer) itu berarti sudah memasuki masa dan sukacita Natal.

Penjelasan mereka ini menarik bagi saya untuk bertanya lebih lanjut mengapa bulan yang berakhirn Ber, bagi mereka sudah memasuki masa dan sukacita Natal? Mereka menjawab, sejak bulan Januari-Mei, mereka memasuki musim panas. Dan mulai bulan Juni-Agustus memasuki musim hujan yang disertai badai topan (baguio). Dan ketika memasuki bulan September-Desember memasuki musim semi dan musim dingin.

Maka seperti kelahiran Yesus yang membawa kedamain dan sukacita bagi semua orang, bulan yang berakhiran Ber, mereka yakini sebagai kelahiran musim baru dari musim panas dan baguio menuju musim semi. “Bulan yang berakhiran Ber bagi kami adalah bulan-bulan yang memberikan pesan dan tanda bahwa kelahiran Yesus sudah dekat, maka perlu disongsong dan diterima dalam perayaan sukacita,” jelas mereka.

Pemahaman ini juga berdampak pada pemahaman dan penghayatan akan masa Advent. Masa Advent adalah masa di mana sukacita dibagikan kepada mereka atau sesama yang berkekurangan sebagai bentuk solidaritas. Maka tidak heran bahwa di samping perayaan Natal Bersama, banyak aksi sosial juga yang dilakukan oleh paroki-paroki maupun setiap seksi dan kelompok kategorial.

Baru ketika memasuki tanggal 16 Desember masa tenang dimulai. Ini masa refleksi hingga tanggal 24 Desember pagi hingga sore menjelang misa malam Natal sebagai persiapan untuk membangun pertobatan menuju kelahiran baru bersama Yesus yang dirayakan secara simbolis di rumah mereka masing-masing pada malam setelah misa.

Masa tenang pada 16-24 Desember ini yang disebut sebagai tradisi Simbang Gabi.

 

Related Post

Leave a Reply