TEMPUSDEI.ID (28/10) – Sebagai anak daerah yang datang “bertarung” di Jakarta, James tidak menemui kesulitan berarti. Hidupnya tergolong lempang-lempang saja. Dalam dan dengan jalan hidup yang lempang itu, James mengangkat hati menyampaikan rasa syukur pada Allah penyelengara kehidupan.
Kariernya yang lancar-lancar saja, ia sebut sebagai berkat yang ia terima dari Tuhan. Betapa ia tidak mengatakan begitu? Baru satu bulan ia tiba di Jakarta pada tahun 1995. Dia mendapat panggilan untuk mengikuti ujian calon pegawai dan dipenuhinya dengan antusias. Dia tidak datang dengan prestasi belajar yang sangat luar biasa. Dia juga bukan lulusan dari kampus elit papan atas di negeri ini atau luar negeri. Sementara para peserta testing lainnya datang dari berbagai kampus terpandang di Indonesia dan luar negeri, bahkan ada yang menyandang gelar S2. Para petinggi di perusahaan pun berasal dari kampus yang sama dengan sejumlah peserta. “Tapi apa yang terjadi? Dari 800-an yang diuji, hanya 5 orang yang diterima, termasuk saya. Apa namanya ini kalau bukan karena Tuhan?” tanya pria asal Manado, Sulawesi Utara ini retoris.
Menyadari bahwa kesempatan tersebut adalah berkat Tuhan, James berusaha bekerja dengan penuh antusias, sungguh-sungguh sambil menebarkan prinsip kerja yang sehat. Ya, James tidak sekadar bekerja. Dia berusaha melakukan yang terbaik sambil tetap membuka diri untuk belajar. “Kalau orang lain bisa, saya pun harus bisa,” begitu tekad ayah dari Cici dan Kevin ini. Dia berusaha belajar dari siapa pun dan dari situasi apa pun.
Keinginan untuk belajar ini merupakan terjemahannya atas nasihat orangtuanya untuk menghormati yang lebih tua atau senior. “Tua” di sini dia pahami lebih tua atau senior dalam hal umur dan ilmu serta pengalaman.
Setelah bekerja selama 2,5 tahun di PT Altrak, James pindah ke PT Bauma Handani Perkasa, lalu sempat pindah lagi, kemudian bekerja di PT Maxi Utama Energy, tempat ia mengalami peningkatan karier sampai menduduki jabatan tinggi sebagai Direktur Operasional dan Teknik hingga saat ini. Perusahaan yang terakhir ini bergerak di bidang penjualan engine dengan brand Deutz. Engine di sini bermacam-macam antara lain engine genset, engine penggerak tractor, engine penggerak utama kapal, engine penggerak excavator, dan lain-lain.
Selama berpindah-pindah tempat kerja ia selalu membawa serta prinsip untuk tidak mengambil yang bukan haknya. Dia juga menekankan kepada bawahannya untuk bekerja dengan jujur. “Prinsip saya, tak mau curi dari perusahaan. Sebab kalau saya curi, perusahaan akan bermasalah. Saya pun akan bermasalah,” jelasnya.
Dia juga menekankan kepada bawahannya untuk bekerja dengan jujur. “Saya tak mau sesuatu yang ingin saya berikan ke sulplier diambil anak buah saya. Kalau ketahuan ambil, saya pecat. Kalau owner yang lakukan, saya yang keluar dari perusahaan sebab tidak mungkin saya pecat owner. Ini prinsip! Kita sendirilah yang bikin bangkrut jika kita curi dari perusahaan,” ungkapnya. Dia konsisten. Saat menjumpai anak buahnya yang melanggar, dia langsung terbitkan SP3 atau memecat karyawan tersebut. “Saya bilang ikan busuk dibungkus dengan aluminium foil pun akan tercium baunya,” kata anak keempat dari lima bersaudara ini.
Sikap dan prinspi semacam ini bisa jadi bahan cemoohan, tapi James tidak peduli. Dia selalu berusaha bekerja dengan jujur. Dia pun menanamkan prinsip dalam dirinya, bahwa buah kesuksesan yang dia peroleh, bukan hanya haknya sendiri, tapi juga adalah hak Allah dan sesama. Dan hal inilah yang membuat hidupnya penuh rasa syukur. (tD/EDL)