Jakarta, TEMPUSDEI.ID (6/11) – Pers kristiani harus menjadi pembawa kabar gembira bagi dunia yang acap kali nyaris kehilangan rasa ini. Dalam dunia yang semacam ini, manusia seringkali tidak lagi menjadi homo sacra res homini (manusia sebagai makhluk yang suci bagi sesamanya), tapi telah bersalin rupa dan hati menjadi homo homini lupus, manusia menjadi serigala bagi sesamanya.
Hal tersebut tersua dalam Catatan Editor buku Pers Kristen dan Makna Kehadirannya yang diterbitkan dalam rangka HUT ke-17 Perkumpulan Wartawan Media Kristiani Indonedia (Perwamki) yang jatuh pada 28 Oktober 2020. Buku tersebut akan diluncurkan pada 10 November 2020 pada puncak peringatan HUT Perwamki di Hotel Aston, Pondok Indah, Jakarta Selatan.
Lebih jauh tulis editor, wajah dan kelakuan buas manusia hari ini antara lain bisa tampak dan terasa dari kecenderungan masyarakat memainkan berita-berita bohong atau hoax. “Jika tidak hati-hati, akibat menjamurnya hoax, masyarakat akan terjerembab dalam ketidaksalingpercayaan, bahkan saling curiga tingkat tinggi. Ini menyebabkan jalinan persaudaraan kering dan hambar tak bermakna,” tulis editor yang terdiri tiga orang. Mereka adalah Emanuel Dapa Loka, Paul Maku Goru dan Roy Agusta.
Mengajak dan menempatkan peran para wartawan Kristen di tengah dunia yang meminta kepedulian, editor mengutip dokumen Gaudium et Spes artikel 1 dari Konsili Vatikan II (1962-1965) yang mengatakan: Kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan dunia ini terutama kaum miskin dan siapa saja yang menderita, adalah kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan murid-murid Kristus juga.
Dalam semangat peduli dan solidaritas tersebut, wartawan Kristen dengan spiritualitas kristianinya diajak mengambil bagian dalam dunia ini. “Di mana-mana masih ‘terserak’ orang-orang yang miskin dan menderita, penuh duka dan kecemasan. Kepada mereka inilah kita diminta untuk hadir, menyenasib dan melakukan sesuatu untuk menyirami, menyiangi serta membiakkan kegembiraan dan harapan’” tulis editor lagi.
Ketika virus korona merebak, tunjuk editor memberi contoh, dunia sungguh teringkus dalam ketidakberdayaan. Di mana-mana korban berjatuhan, bayang-bayang maut siap menelan korban kapan dan di mana pun, tanpa memandang siapa. “Dalam dunia serupa inilah Pers Kristen ada dan bergumul melalui karyanya untuk memelihara iman dan harapan umat manusia,” harap editor.
Menurut editor, Pers Kristen harus menjadi pers yang membawa kabar gembira bagi dunia yang acap kali nyaris kehilangan rasa ini. Sering kali manusia tidak lagi menjadi homo sacra res homini (manusia menjadi makhluk yang suci bagi sesamanya), tapi telah bersalin rupa dan hati menjadi homo homini lupus, manusia menjadi serigala bagi sesamanya.
Tersua 10 buah naskah elaboratif seputar kehadiran dan peran yang bisa dilakukan Pers Kristen dalam membangun gereja dan bangsa ini. 10 penulis menyumbang gagasan dalam buku ini. Mereka adalah Celestino Reda (Pers Kristiani antara Industri dan Pelayanan), Jonro I. Munthe (Fenomena Media Kristen Dan Wartawan Masa Kini), Roy Agusta (Peran Media dan Wartawan Kristiani di Era Digital), Paul Maku Goru (Pers Kristiani Menghadirkan Harapan di Tengah Pandemi), Stevano Margianto (Makna Kehadiran Organisasi Kewartawan Kristiani), Antonius Natan (Apa dan Bagaimana Pers Kristiani Itu), Agus R. Panjaitan (Pers Kristen Menjawab Tantangan Zaman), Emanuel Dapa Loka (Tantangan dan Harapan Pers Kristiani di Era Post Truth), Boy Israel Siahaan (Bermedia Online dengan Taktis dan Cerdas), dan Mayjend. TNI AD Jan Pieter Ate (Pers Kristiani Penjaga Iman dan Rasa Cinta Tanah Air).
Selain tulisan-tulisan tersebut, buku ini juga berisi 22 profil singkat tokoh yang Perwamki nilai telah berkontribusi bagi pembangunan Gereja dan Tanah Air melalui peran masing-masing. Karena penilaian itu, pada malam puncak peringatan HUTnya yang ke-17 bertajuk Malam Cinta Bagi Negeri itu, Perwamki menganugerahkan penghargaan sebagai “Tokoh 2020” kepada mereka. (tD)