Oleh Pater Kimy Ndelo, CSsR, Provinsial Redemptoris Provinsi Indonesia
TEMPUSDEI.ID (8/11/20) – SOPHIA adalah istilah bahasa Yunani yang berarti “kebijaksanaan”. Hal ini terdapat dalam Septuaginta-terjemahan Yunani dari Kitab Suci berbahasa Ibrani.
Pada saat yang sama Sophia dipersonifikasikan sebagai seorang wanita. Dalam arti ini “kebijaksanaan” diidentikkan dengan wanita. Apakah wanita selalu bijaksana atau tidak, itu persoalan lain.
“Barangsiapa pagi-pagi bangun demi kebijaksanaan tak perlu bersusah payah, sebab ditemukannya duduk di dekat pintu” (Keb 6,14). Kebijaksanaan di sini dipersonifikasi sebagai seorang wanita yang menanti di depan pintu bagi yang membutuhkannya.
Ketika Yesus menggunakan perumpamaan tentang gadis-gadis yang bijaksana dan gadis-gadis yang bodoh, (Mat 25,1-13), hal ini tidak terasa mengejutkan. Yesus mempunyai alasan kuat untuk memperlihatkan wujud “sophia” yang sesungguhnya dalam diri wanita.
Sophia dalam diri kelima gadis pertama nampak dari kesiap-sediaan mereka untuk masuk ke ruang pesta pernikahan. Mereka tahu bahwa mereka akan menunggu lama dalam ketidakpastian sehingga mereka mempersiapkan cadangan minyak untuk lampu mereka.
Sebaliknya kelima gadis lain, walau sesungguhnya sudah tahu kebiasaan pernikahan di tempat mereka, namun lalai mempersiapkan diri. Mereka acuh tak acuh dengan kemungkinan terburuk di depan mata mereka. Mereka tidak siap sehingga ketika pengantin datang tengah malam mereka panik. Buru-buru mereka pergi membeli minyak. Tapi nasi sudah jadi bubur. Terlambat. Ketika mereka datang lagi, pintu sudah ditutup dan mereka tidak diizinkan masuk ke ruangan pesta.
Sikap bijaksana terlihat dari kesiap-sediaan mengantisipasi situasi sulit di masa depan. Banyak kegagalan terjadi karena orang menunggu sampai “last minutes” (detik-detik terakhir).
Menghadapi saat akhir, yang kita tidak tahu kapan terjadinya, kita membutuhkan persiapan sepanjang hidup. Minyak untuk pelita para gadis merupakan simbol nilai kristiani atau karakter kepribadian yang harus dihidupi, tak bisa dipinjam atau dibeli, apalagi pada saat-saat terakhir dalam hidup. Setiap hari kita dikuatkan dan diingatkan oleh Roh Kudus untuk menghidupinya.
Selama hidup jangan pernah membiarkan lampu penantian kita kehabisan minyak; minyak kesabaran, minyak cinta kasih, minyak pengampunan, minyak keadilan dan segala jenis minyak keutamaan hidup.
Sekelompok turis dibawa naik ke gedung tinggi sampai lantai 102. Tiba-tiba seorang wanita nyeletuk: “Seandainya kabel elevator ini putus tiba-tiba, apakah kita akan ke bawah atau ke atas?”. Sambil tersenyum guide mereka menjawab: “Tergantung bagaimana kita hidup selama ini”.
Salam hangat dan salam sehat dari Biara Santo Alfonsus-Konventu Redemptoris Weetebula, Sumba (tanpa Wa)