Fri. Nov 22nd, 2024

Eleine Magdalena, Penulis Buku-buku Best Seller

Sakramen Krisma memberikan kita rahmat untuk melaksanakan tugas perutusan sebagai umat Allah untuk menghasilkan buah-buah bagi kerajaan-Nya.

TEMPUSDEI.ID (9/11) – Setiap orang Kristiani yang telah dibaptis dipanggil pada kekudusan. Apa kekudusan itu? Suatu penyerahan diri kepada Allah untuk dikhususkan bagi-Nya. Kita bukan lagi milik dunia, tetapi milik Tuhan karena kita telah dipindahkan dari maut ke dalam hidup (Yoh 5:24). Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam kerajaan Putra-Nya yang terkasih. Di dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan dosa (Kol 1:13-14).

Setelah dibaptis kita dipanggil untuk hidup dalam kekudusan yang artinya:

  1. Mati bagi dosa…supaya sama seperti Kristus telah dibangkitkan…demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru (Rm 6:2-4).
  2. Mengasihi Tuhan Allah kita dengan segenap hati, segenap jiwa dan dengan segenap akal budi dan dengan segenap kekuatan (Mrk 12:30). Inilah tujuan hidup Kristiani bagi setiap orang yang telah dibaptis.
  3. Menuruti segala perintah-Nya. “Jika seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku…” (Yoh 14:23). Kita yang telah dibaptis dipersatukan dengan umat-Nya. Sebagai umat Allah kita menjadikan kehendak dan perintah Allah sebagai pilihan dan landasan hidup kita.
  4. Menjadi hamba kebenaran. “…demikian hal kamu sekarang harus menyerahkan anggota-anggota tubuhmu menjadi hamba kebenaran yang membawa kamu kepada pengudusan” (Roma 6:19).
Setiap orang terbaptis adalah misionaris

Perjalanan Kekudusan

Perjalanan kita sebagai orang yang sudah dibaptis adalah perjalanan menjawab panggilan pada kekudusan ini. Allah memanggil kita untuk mengalami kebahagiaan yang melampaui akal budi dan daya-daya manusia (KGK 1722). Jika kita bersatu dengan Allah secara erat dengan menghayati janji-janji baptis, terus-menerus memperdalam relasi dengan Tuhan dan bersatu dengan-Nya, maka kita mengalami kebahagiaan ini. Dengan tinggal dan tetap melekat pada Yesus, kita dapat menghasilkan buah-buah yang lebat. (Yoh 15:5). Kita membutuhkan Roh Kudus yang kita terima lewat pembaptisan untuk dapat menanggapi panggilan ini sebagaimana dikatakan Paulus bahwa Allahlah yang mengerjakan di dalam kita segala kemauan dan pekerjaan menurut kerelaan-Nya (Flp 2:13). Kita perlu diperbarui di dalam Roh dan pikiran, dan mengenakan manusia baru  (Ef 4-23-24) dan dilahirkan kembali untuk dapat melihat kerajaan Allah (Yoh 3:3). Kita membutuhkan pembaruan dalam roh dan budi kita agar kita menjadi selaras dengan kehendak dan rencana-Nya.

Keselamatan yang kita terima tidak pernah ditujukan bagi diri kita saja, tetapi juga bagi orang lain. Ini adalah tugas perutusan kita, amanat agung Kristus yang disampaikan-Nya sebelum Ia naik ke surga:  “….pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka…ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu….” (Mat 28:18-20).

Sakramen Krisma memberikan kita rahmat untuk melaksanakan tugas perutusan sebagai umat Allah untuk menghasilkan buah-buah bagi kerajaan-Nya.

Menjawab panggilan berarti melaksanakan apa yang Tuhan kehendaki dari kita. Panggilan kita sebagai orang yang sudah dibaptis adalah membawa orang lain juga sampai pada Kristus, Sang Penyelamat. Kita yang telah mengalami kasih dan keselamatan Kristus tentu ingin membagikan anugerah terindah dan terbesar ini juga kepada orang lain

Kita melihat dalam keempat Injil kisah tentang pembaptisan Yesus yang ditempatkan mendahului pelayanan-Nya. Setelah pembaptisan-Nya, Yesus kemudian tampil di Galilea memulai pelayanan-Nya di hadapan publik.

Pembaptisan Yesus mendahului pelayanan-Nya. Demikian juga kita yang dibaptis menerima tugas sebagai hamba Allah yang siap menyerahkan diri untuk melaksanakan kehendak Bapa kita. Kita menerima baptisan untuk melayani sesama sebagai rekan sekerja Allah untuk meluaskan kerajaan-Nya. Dibaptis menjadi Kristiani bukan akhir dari perjalanan kita sebagai anak Allah melainkan awal perjalanan relasi kita dengan Tuhan dalam menjawab panggilan-Nya untuk mencintai dan melayani-Nya.

Melayani tidak selalu dengan jalan yang mulus, mudah atau menyenangkan tapi seringkali melewati jalan yang memangkas keegoan kita sehingga sering dirasakan sebagai sesuatu yang tidak mudah dan menyakitkan. Namun, seiring dengan tugas perutusan ini kita juga diberi-Nya rahmat.

Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan seorang Kristiani tidak menjalankan tugas perutusan antara lain: ia tidak tahu tugasnya sebagai seorang Kristiani, menilai diri sendiri tidak mampu, belum siap karena kesibukan lain, menghitung untung rugi, tidak mau berkorban, tidak rela kehilangan kesenangan atau kebebasannya.

Diperlukan langkah iman untuk menjawab panggilan Tuhan dalam keputusan, komitmen dan tindakan serta pilihan-pilihan hidup kita. Ada harga yang harus dibayar. Ada kesenangan yang perlu dilepaskan karena tidak berfaedah bagi pertumbuhan rohani kita. Sebagaimana orang yang menjual segala miliknya untuk membeli mutiara yang sangat indah (Mat.13:45). Kita perlu melepaskan kelekatan-kelekatan akan ciptaan atau barang untuk dapat bebas mencintai Tuhan dan melayani sesama.

Tantangan dalam mengikuti Tuhan pasti ada, namun kita tidak perlu takut karena Tuhan sendiri berjanji menyertai kita sampai akhir zaman.

Apabila Tuhan memanggil dan mengutus, maka Ia menyertai dan mengurapi. Seperti janji-Nya kepada Yeremia supaya tidak takut kepada musuh-musuh dan penentangnya karena Allah yang Mahakuasa menyertainya. Ini adalah janji Tuhan.

Tuhan menanggapi keraguan nabi Yeremia ketika Yeremia merasa  ragu apakah dia mampu menerima panggilan dan tugas dari Allah. Tuhan menjawab dalam Yer 1:7-8:  “Janganlah katakan aku ini masih muda, tetapi kepada siapa pun engkau Kuutus, haruslah engkau pergi dan apa pun yang Kuperintahkan kepadamu, haruslah kau sampaikan. Janganlah takut kepada mereka, sebab Aku menyertai engkau untuk melepaskan engkau“.

Bahkan Tuhan memperlengkapi Yeremia dengan kekuasaan untuk mencabut dan merobohkan, untuk membinasakan dan meruntuhkan, untuk membangun dan menanam (ay 9-10).

Janganlah memandang kepada kemampuan kita untuk melaksanakan tugas pelayanan melainkan hanya kepada rahmat Allah. Hendaknya kita menujukan pandangan dan hati kepada Allah yang memberikan kepada kita segala kemauan dan kemampuan untuk melaksanakan kehendak-Nya (bdk. Flp 2:13). Bagian kita adalah tetap setia menjalankan tugas perutusan kita, percaya dan bersandar kepada-Nya. (Mata Iman, 2017)

 

 

 

 

Related Post

Leave a Reply