TEMPUSDEI.ID (28/22) – Tindakan teror kembali terjadi di Tanah Air. Kali ini menimpa umat dan masyarakat di Dusun Lewonu, Desa Lembah Tongoa, Sulawesi pada 27/11. Peristiwa pembunuhan secara sadis memakan korban 4 orang. Para pelaku juga membakar 6 buah rumah warga dan 1 buah rumah ibadah milik Gereja Bala Keselamatan. Pembunuhan dilakukan dengan cara memenggal kepala.
Untuk mendapatkan gambaran tentang kejadian yang diduga dilakukan oleh DPO Kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso tersebut, berikut TEMPUSDEI.ID mewawancarai Stanis Riyanto, seorang pengamat terorisme, doktor lulusan UI:
Tentang kasus pembunuhan sadis di Sulteng, apa yang bisa dikatakan?
Akhir-akhir ini memang kelompok teroris mulai bergeliat lagi, bahkan kelompok JI yang sudah sekian lama menjadi sleeper cell pasca Osama Bin Laden tewas juga mulai eksis. Di daerah Sulteng yang paling dominan adalah kelompok MIT pimpinan Ali Kalora dan ada juga JAD. Kalau dilihat dari caranya melakukan terror, itu ciri khas kelompok yang berafiliasi dengan ISIS dan dilihat dari lokasinya menjadi daerah bercokolnya MIT, aksi itu sangat kuat dugaan dilakukan oleh MIT yang berafiliasi dengan ISIS.
Artinya, kelompok ini masih eksis ya. Apa yang sebabkan mereka eksis lagi?
Iya masih ada. Mereka sedikit, tetapi bisa bersembuyi di hutan dan menakut-nakuti masyarakat. Selama mereka masih belum tertangkap mereka akan tetap eksis.
Momentum semacam apa yang membuat mereka eksis atau berani bertindak brutal?
Kelompok ideologis seperti ini bisa melakukan hal brutal kepada orang yang dianggap musuh, bahkan ke masyarakat biasa misalnya jika masyarakat melaporkan ke aparat terkait keberadaan mereka. Dengan kelompok agama lain apalagi, konsep aksi mereka memang seperti itu, melakukan aksi brutal untuk menakut-nakuti masyarakat sekaligus memenuhi kebutuhan eksistensi.
Mereka sulit terdeteksi atau gimana?
Mereka melakukan gerilya di hutan dan aksi hit and run, masyarakat juga ketakutan melaporkan keberadaan mereka karena diancam dan yang sudah terjadi masyarakat juga menjadi korban kebrutalan mereka, termasuk masyarakat dipaksa memenuhi kebutuhan logistik mereka.
Dengan aksi brutal ini, apa yang mesti dilakukan pihak keamanan untuk selamatkan warga?
Negara harus hadir untuk memastikan keselamatan masyarakat. Negara tidak boleh kalah dan membiarkan adanya ruang-ruang yang dimanfaatkan oleh kelompok teroris untuk menunjukkan eksistensinya. Aksi teror di Sulteng tidak bisa dianggap sepele, perlu kakuatan yang fokus untuk menanggulangi mereka.
Belum lama Rizieq sebut penggal kepala, ini adakah hubungan?
Saya kira tidak ada hubungan langsung. Hanya bisa saja kalau mereka satu ide.
Bagaimana BIN, ini kecolongan, atau bagaimana?
Setiap terjadi gangguan keamanan dan menimbulkan korban di masyarakat pasti ada celah yang luput dari intelijen, ini karena geograsif di Sulteng yang sangat sulit dan kelompok teroris di sana yang juga memiliki kemampuan untuk bersembunyi dari pantauan aparat. Intelijen memang harus bekerja lebih keras dan cermat. (tD/EDL)