Fri. Nov 22nd, 2024

Mata Air Santo Fransiskus Xaverius di Pantai Utara Flores

Theofilus Bela

TEMPUSDEI.ID (3/12) – Pada sebuah liburan besar di akhir tahun 1950-an saya (Theo Bela) mengunjungi ayah saya Guru Bernardus Bela (alm) di Koja Bewa, di pantai utara Flores.

Untuk mengisi hari-hari libur itu, pada satu hari Minggu, ayah mengajak saya jalan-jalan ke Mata Air Santo Fransiskus Xaverius . Dari Kampung Koja Bewa kami berdua jalan kaki ke pantai Nanga Rasong. Dari sana kami jalan terus ke arah barat menuju mata air tersebut.

Sesampai di mata air kami menyaksikan bahwa mata air tersebut terletak persis di pantai, benar-benar di pinggir air laut yang asin itu. Namun saat kami mengambil air yang keluar dari mata air dan mencoba meminumnya, rasanya persis seperti air tawar biasa. Sama sekali tidak asin.

Wair Nokerua (air imam) St. Fransiskus Xaverius ini terletak di Desa Kolisia, Kecamatan Magepanda, Kabupaten Sikka. Letaknya sekitar 15 kilometer arah utara dari Kota Maumere.

Dewasa ini para pengantin baru dari Kota Maumere, pada hari keempat setelah pernikahan berziarah ke Mata Air Santo Fransiskus Xaverius untuk mandi dan minum air tersebut. Mereka percaya mendapat banyak rahmat.

Kisah Mata Air FX

Menurut ceritera rakyat di Flores, dalam pelayaran dengan perahu dari Malaka menuju Ambon Maluku, Santo Fransiskus Xaverius melewati Laut Flores. Saat melewati Laut Flores, perahu yang Fransiskus Xaverius tumpangi kehabisan air minum.

Karena perjalanan masih jauh, perahu harus berhenti agar anak buah perahu mencari air. Anak buah perahu segera turun ke pinggir pantai untuk mencari air minum. Setelah mencari beberapa lama, mereka tidak menemukan sumur air minum. Lalu mereka kembali ke perahu dan melaporkan kepada juragan (pemilik) perahu bahwa mereka tidak berhasil menemukan air di pantai Pulau Flores itu. Juragan dan anak buah perahu gelisah.

Melihat situasi yang gawat itu Santo Fransiskus Xaverius pun menawarkan diri untuk ikut bersama para anak buah perahu turun ke pantai. Sesampai di pantai, masih di Pulau Flores yang kering kerontang itu, Santo Fransiskus mengambil sebatang  dahan kayu lalu memukulkannya ke sebuah batu dan langsung keluarlah air segar dari batu tersebut yang bisa di minum. Anak buah perahupun mengisi air sebanyak-banyaknya.

Bersama Santo Fransiskus Xaverius, mereka semua melanjutkan pelayaran mereka ke Ambon Maluku. Air dari batu itu terus mengalir sampai dewasa ini.

Masyarakat setempat percaya dari air ini mengalir banyak berkat bagi kehidupan mereka. Mereka meyakini bahwa air ini bisa memberikan berkat bagi kesuburan tanam-tanaman. Mereka mengambil air dari tempat itu untuk mereciki benih tanaman, khususnya padi dan jagung, agar bisa tumbuh dengan subur. (tD/ Seperti dikisahkan Theo Bela)

Caption: Mata Air Fransiskus Xeverius (Ist)

Related Post

Leave a Reply