Fri. Nov 22nd, 2024

Oleh Simply da Flores

Tahun 2020 sudah di penghujung, beberapa jam lagi berakhir. Tahun 2021 segera tiba. Masing-masing pribadi, keluarga, kelompok, organisasi, bangsa memberikan tanggapan sesuai dengan keyakinan, cara berpikir, penghayatan, kepentingan serta kesanggupannya. Ada juga yang sibuk dan tidak mau peduli dengan soal pergantian kalender dan perayaan akhir tahun serta tahun baru tersebut.

Satu aspek penting sehubungan dengan penanggalan atau kalender tersebut, apapun kalendernya, adalah soal konteks “waktu dan tempat”. Kenyataan alamiah setiap pribadi, keluarga dan kelompok manusia adalah sangat tergantung dengan waktu dan tempat. Kita mengalami kehidupan dalam waktu dan ruang-tempat, dimana kita berada dan kapan saatnya. Ada yang bisa direncanakan, ada yang di luar kemampuan perencanaan kita; entah secara pribadi, keluarga atau berkelompok lainnya. Prinsip dan misterinya adalah kenyataan bahwa tidak ada seorangpun “meminta – mengusul – merencakanan” kelahiran dirinya di dunia ini; masuk dalam kehidupan, dalam ruang dan waktu. Inilah salah satu alasan alamiah kodrati, kenapa ada tradisi dan kebiasaan untuk merayakan peristiwa, merayakan makna ruang dan waktu. Salah satunya adalah menyadari dan merayakan akhir tahun dan tahun yang baru, di samping berbagai perayaan peristiwa lainnya dalam kehidupan.

Sejatinya perayaan tentang waktu dan ruang adalah penegasan tentang hakekat kehidupan setiap pribadi. Hidup adalah ziaran setiap pribadi dalam ruang dan waktu. Dalam proses itulah, setiap pribadi, keluarga dan kelompok memberi makna atas pengalaman melalui ruang dan waktu tersebut. Maka hidup ini sejatinya adalah perjalanan memberi makna terhadap ruang dan waktu yang kita terima secara kodrati dan cuma-cuma. Termasuk yang memilih masa bodoh dan tidak peduli dengan segala bentuk perayaan syukur, juga adalah bentuk tanggapan terhadap ruang dan waktu. Alasannya, setiap pribadi memiliki hak dan kehendak bebas untuk memilih, mensikapi dan memberi makna terhadap ruang dan waktu yang mutlak dialami serta diterima dari Sang Pemberi dan Pemilik kehidupan.

Ada doa, ritual, upacara, ucapan, musik, hiasan warna-warni, aneka makanan, atraksi dan berbagai bentuk ekspresi terhadap ruang dan waktu, peristiwa yang dialami. Semuanya menjadi ungkapan makna dari dalam setiap pribadi, keluarga dan kelompok manusia, agar dapat memperoleh makna baru dan kekuatan melanjutkan ziarah kehidupan dalam ruang dan waktu ke depannya. Perbedaannya adalah alasan, cara dan tujuan yang dipilih oleh masing-masing pribadi, keluarga dan kelompok untuk setiap waktu dan ruang – tempat dalam kehidupan ini. Inilah kenyataan yang disebut ‘cronos – Tempus – time – waktu’ dan Locus – ruang – tempat; yang memungkinkan manusia sudah melahirkan sejarah kehidupan dan peradaban, serta peluang untuk menulis – membuat sejarah budaya saat ini, serta kemungkinan demi menggapai masa depan. Kita manusia menyebutnya dengan ‘kemarin, hari ini – saat ini, dan esok’. Kemarin adalah kenangan, hari ini kenyataan dan besok adalah harapan.

Karena kehidupan adalah ziarah dalam waktu dan ruang untuk memberi makna bagi diri masing-masing di tengah relasi mutlak dengan sesama, alam lingkungan, semesta di hadapan Sang Pemilik ruang dan waktu; maka marilah kita saling mendoakan, agar kita mau dan mampu bersyukur dan hidup kita masing-masing bisa menjadi berkat – Berkah sampai ajal menjemput jiwa kita keluar dari waktu dan ruang kehidupan.
Kita telah terima dengan cuma-cuma berkat – berkah kehidupan ini dengan cuma-cuma, maka kewajiban kodratinya adalah mau kasih – memberi juga dengan cuma-cuma kepada sesama dan alam lingkungan kehidupan ini; dimana hakekatnya setiap pribadi kita adalah bagian kecil dari sesama dan alam lingkungan semesta ini, untuk satu tujuan: Rencana dan Kehendak Sang Maha Pencipta – Sang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Hemat saya, banyak masalah dalam kehidupan kita saat ini, akarnya adalah sangat kurangnya – bahkan hilangnya bersyukur (Terima – Kasih), dalam pemahaman, kesadaran dan tingkah laku kita; baik secara pribadi maupun bersama dalam keluarga dan berkelompok. Ketika seseorang dan atau satu keluarga dan kelompok hanya mau terima, tetapi tidak mau Kasih – memberi – berbagi (kepada sesama dan alam lingkungan) – maka saat itulah masalah mulai timbul, laku beranak pinak. Jika kepada sesama dan alam lingkungan saja kita tidak Kasih – memberi – berbagi, sangat pasti bahwa kepada Sang Pencipta juga kita lupa dan abaikan. Karena pada hakekatnya, setiap pribadi hanya bisa Kasih – berbagi kepada sesama dan alam lingkungannya jika dirinya sadar – tahu – mau dan melakukan syukur kepada Sang Maha Pemberi kehidupannya; entah apa pun keyakinan – kepercayaan, adat, agama-nya. Isi dan makna dari bersyukur adalah terima kasih. Semoga kita sekalian semakin sadar dan mampu bersyukur, dalam jiwa, hari nurani dan pikiran, dan terlahir dalam perkataan dan perbuatan sehari-hari, sebagai sumber kekuatan untuk berziarah mengalami waktu dan ruang menuju ajal – akhir hayat di dunia ini.
Syukur atas Tahun 2020, dan semoga diberkahi menyambut Tahun Baru 2021, untuk mengisi ruang dan waktu yang baru dengan SYUKUR, sehingga hidup kita masing-masing menjadi Berkah – Berkat bagi sesama dan alam lingkungan. Di sanalah damai tumbuh bersemi, melahirkan Sorga di atas bumi bagi semua ciptaan Sang Maha Cinta dan Maha Misteri.
“Ya Allah, syukur kepada-Mu atas segala berkah kehidupan ini, jadikanlah aku pembawa berkat serta pribadi yang selalu tahu dan mampu bersyukur….Amin”

Shalom! Selamat bagi segenap Saudari-saudara kehidupan.

Related Post

Leave a Reply