Oleh Romo John Kota Sando, Dari Merauke
Alkisah, sejumlah pengembara berkeliling dunia dengan tujuan besar, ingin bertemu Tuhan. Ternyata mereka tidak menemukan. Lalu mereka mendaki gunung tertinggi di dunia, karena berpikir Tuhan pasti ada di sana. Ternyata, Tuhan juga tidak ada di sana.
Akhirnya dalam sebuah mimpi, Tuhan berkata kepada salah seorang dari mereka, “Kamu tak perlu mencari Aku di atas puncak gunung itu. Karena sesungguhnya aku berada di tengah dunia yang kamu pijak ini. Di dunia tempat bekerja dan berjuang bersama manusia, hadir dalam kegembiraan, keprihatinan, ketakutan dan kecemasan manusia. Ingatlah, ketika kamu melihat orang miskin, Aku ada di sana. Ketika kamu mendengar jeritan tangis orang-orang menderita, di situ Aku ada. Bahkan di dalam hatimu sendiri, Aku senantiasa ada.”
Cerita ini menyadarkan kita bahwa hidup beriman itu membutuhkan kepekaan untuk merasakan kehadiran dan keterlibatan Tuhan secara konkret dalam kehidupan kita. Antena batin kita harus memiliki kepekaan untuk dapat menangkap signal-signal kehadiran Tuhan dalam keseharian hidup kita.
Segala bencana dan tragedi kehidupan yang manusia alami tak lepas dari rusaknya “antena” batin manusia, sehingga tidak lagi menyadari kehadiran Allah dalam keseharian. Akibat manusia tenggelam dalam kubangan lumpur dosa yang mencelakakan dirinya sendiri. Karena Tuhan selalu ada bersama manusia, maka Dia pun tahu segala sesuatu tentang diri kita. Dia tidak tinggal jauh dari kita, bahkan ada dalam pikiran dan hati kita. Dia juga ada dalam ketakutan dan kecemasan kita, dalam derita dan air mata kita, dalam kegembiraan dan kebahagiaan kita.
Kisah pembaptisan Yesus memunculkan lebih dari satu pertanyaan dalam benak kita: “Kalau Yesus itu Tuhan, mengapa Ia harus dibaptis? Pendosakah Yesus itu, sehingga Ia minta dibaptis? Kalau Yesus itu Tuhan, mengapa bukan Allah Bapa yang membaptisnya sendiri, tetapi justru oleh seorang yang bernama Yohanes Pembaptis?”
Melalui bacaan Injil kita menemukan jawaban lewat peristiwa terkoyaknya langit dan hinggapnya Roh Allah di atas Yesus dalam bentuk burung merpati (Mrk.1:10). Peristiwa terkoyaknya langit adalah tanda yang menyatakan turunnya Allah ke dunia melalui Putera-Nya Yesus Kristus untuk memasuki kehidupan manusia dan melebur diri-Nya dalam keseharian dan perjuangan hidup manusia.
Yesus dibaptis dengan cara “ditenggelamkan” berarti Yesus dilibatkan dalam semua persoalan dan suka duka kehidupan manusia. Melalui pembaptisan Yesus, janji Allah kepada manusia terwujud bahwa Ia adalah Allah yang selalu menyertai manusia: “Firman Allah menjadi manusia, dan diam di antara kita” (Yoh.1:14).
Peristiwa pembaptisan Yesus menegaskan bahwa Allah tetap setia mencintai manusia dan tak pernah mengingkari janjiNya: “Demikianlah firman yang keluar dari mulut-Ku: Ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia, tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya” (Yes.55:11).
Melalui peristiwa pembaptisan Yesus, Allah mewartakan kepada seluruh dunia, bahwa Yesus adalah sungguh Putera-Nya. Pengukuhan Yesus sebagai Putera Allah dibuktikan lewat peristiwa terkoyaknya langit dan turunnya Roh Allah dalam bentuk burung merpati, serta terdengarnya suara dari surga: “Engkaulah anak yang kukasihi, kepadaMulah Aku berkenan” (Mrk.1:10-11). Kuat kuasa Allah Bapa menyertai Putera-Nya Yesus Kristus dalam tugas dan karya penyelamatan-Nya di dunia ini dan kuasa dunia tidak akan pernah mengalahkan-Nya.
Oleh karena itu sebagai umat beriman kita harus menyadari bahwa iman terhadap Yesus akan memampukan kita mengalahkan kuasa dunia yang sering membelenggu kita dengan rantai dosa. Iman akan Yesus mengalahkan segalanya dan membawa keajaiban. Tentang hal ini dalam bacaan kedua (I Yoh. 5:1-9) Rasul Yohanes menegaskan: “Tidak ada orang yang dapat mengalahkan dunia, selain dia yang percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah” (I Yoh.5:5). Iman terhadap Yesus akan menjadikan kita sebagai pemenang atas tantangan kehidupan ini. Iman akan Yesus akan membuat mereka yang tak berdaya menjadi bangkit dan percaya.
Pada Pesta Pembaptisan Tuhan, marilah kita memperbarui komitmen iman kita bahwa dengan peristiwa “terkoyaknya langit”, Allah turun ke dunia dan meleburkan diri-Nya dalam kehidupan manusia melalui kehadiran Putera-Nya Yesus Kristus. Seringkali iman kita menjadi lemah dan akhirnya memberontak kepada Tuhan ketika kita menghadapi cobaan hidup yang berat.
Kalau kita percaya bahwa Yesus selalu ada bersama kita, maka kita harus menghadapi semua tantangan dan cobaan itu dengan jiwa besar.
Memiliki semangat iman yang teguh dan selalu berpikir positip sangat diperlukan dalam situasi ini, agar kita jangan terjebak dalam “jalan pintas” yang merugikan diri kita sendiri. Percayalah bahwa Tuhan akan mengoyak pakaian kecemasan dan ketakutan kita dan menggantikannya dengan hidup yang optimis dan penuh suka cita.
Kita harus mengambil hikmah positif dari setiap beban hidup yang kita alami karena Tuhan ada di sana. Maka ketika kita menghadapi persoalan yang berat tetaplah bersyukur, sebab di situlah iman kita bertumbuh dan berkembang lebih maju. Tetap bersyukur tatkala berjumpa dengan masalah akan membuat kita lebih dewasa dalam menghadapi kesulitan dengan sikap iman yang benar. Ketika kita berbuat salah tetaplah bersyukur, karena hal itu memberikan kita banyak pelajaran berharga bahwa dosa tidak akan pernah membuat kita hidup bahagia. Bahkan ketika kita gagal tetaplah bersyukur, karena itulah cara Tuhan mengajarkan kepada kita arti kesungguhan dan kerja keras.
Andalkanlah penyertaan Tuhan, maka segala kesulitan kita akan berubah menjadi berkat atas kehidupan kita.
Semoga dengan peristiwa pembaptisan Yesus, iman kita diteguhkan. Amin