TEMPUSDEI.ID (14/1/21)
Sebagai mantan pembimbing tesis Komjen Listyo di Program S2 Kajian Ilmu Kepolisian UI, sekitar 20 tahun lalu, dan kemudian diikuti dengan berbagai interaksi setelahnya, Prof Adrianus Meliala mengaku mengenal Listyo, calon tunggal Kapolri yang Presiden Jokowi, sebagai perwira polisi yang tidak suka banyak bicara, cenderung pemalu, ada juga yang menyebutnya dingin, namun fokus dalam bekerja.
Adrianus kepada tempusdei.id menyebut tidak kesulitan membimbing Listyo hingga lulus ujian karena dirinya cepat menangkap kehendak pembimbing dan menuangkannya dalam tulisan yang runtun. Dan kemampuan ini tambah Adrianus akan menjadi kekuatan Listyo dalam bertugas: cepat menemukan masalah dan mengatasinya dengan tenang dan tuntas.
Dengan kemampuan itu pula dia mampu menghadapi penolakan yang muncul pada awal-awal menjadi Kapolda Banten. Penolakan itu kemudian hilang dengan sendirinya.
Lanjut Adrianus memberi contoh, ketika menjabat Kadiv Propam, masalah berat dapat ia selesaikan dengan baik. “Misalnya, ketika puluhan Anggota Brimob BKO yang terlibat pemukulan saat Demonstrasi 20 sd 22 Mei 2020 di Kantor KPU dan Bawaslu, dapat ditangani tanpa gejolak,” kata Adrianus menyebut contoh lain.
Terkait tugasnya sebagai Kabareskrim, menurut amatan Kriminolog UI ini menyebut, Listyo tercatat dapat membereskan kasus Djoko Chandra sekaligus melakukan penegakkan hukum atas beberapa perwira tinggi Polri yang terlibat, yang notabene adalah rekan seangkatannya.
“Bung Listyo menurut saya adalah antitesa Tito. Sebagai Kapolri, Tito memiliki segalanya: ketenaran, pengalaman hebat, reputasi akademik dan konsep canggih untuk memimpin Polri. Pada masanya, Kapolri Tito cenderung ingin mengubah Polri. Bung Listyo sebaliknya. Dengan kepribadian yang rendah hati dan dengan kecenderungan menjadi orang yang tekun di belakang meja, maka nampaknya ia akan membawa Polri mengalir menghadapi permasalahan satu persatu dan menyelesaikannya. Ciri kepemimpinan pragmatis ini menjadi efektif jika didukung kesejawatan yang kompak di kalangan Polri dan, jangan lupa, dukungan penuh dari Presiden Jokowi,” jelasnya.
Adrianus menilai, dalam 4 tahun sisa masa kepemimpinannya, semakin terlihat Presiden Jokowi ingin membereskan satu persatu pekerjaan rumah yang ada. “Daripada menciptakan hal-hal baru berbasis konsep canggih di mana, salah-salah, menyisakan persoalan baru bagi penggantinya kelak, Presiden Jokowi lebih cenderung menghadapi permasalahan di depan mata satu per satu,” urainya.
Dalam konteks ini tambah mantan anggota Kompolnas ini, ada kemiripan kepribadian dan gaya bekerja antara keduanya. Tak heran menurutnya, Presiden Jokowi merasa nyaman bekerja bersama dengan pria yang biasa dia panggil Bung Listyo itu, sejak menjabat Kapolres Solo, lalu lanjut sebagai ajudan.
Soal agama, menurut Adrianus tidak menjadi masalah. Polri mempunyai banyak cara untuk melakukan tindakan tegas terhadap organisasi massa radikal berbasis agama, misalnya, tanpa perlu Bung Listyo selaku kapolri menjadi jengah.
“Mengulangi lagi sebutan terkait karakter yang bersangkutan, ke depan, Polri kelihatannya akan dingin saja menghadapi pelanggar hukum, tak perduli latar belakangnya,” pungkas Adrianus. (tD)