Fri. Nov 22nd, 2024
Eleine Magdalena

Eleine Magdalena, Penulis buku-buku renungan best seller

Kadang-kadang ada pengusaha Katolik berpikir bahwa mustahil mempertahankan sikap jujur kalau mau mendapat untung banyak. “Kalau jujur sendirian itu namanya konyol”, demikian kata seorang bapak.

Benarkah supaya bisnis bisa besar dan lancar orang mau tidak mau harus memakai cara-cara yang tidak jujur? Ikut arus walaupun merugikan orang lain?

Dalam Injil Yoh 3:13-17 kita tahu bahwa Yesus datang untuk menyelamatkan dunia. Setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal. Sabda Tuhan ini adalah jaminan bagi kita yang percaya dan mau hidup taat pada kehendak-Nya.

Yesus datang untuk membawa keselamatan tidak saja di akhirat nanti, tetapi juga di dunia ini. Ia ingin memberi yang terbaik kepada setiap orang. Sebagai murid-Nya, kita berpegang pada kehendak-Nya.

Bukan hanya kita yang mau untung dalam berdagang, orang lain pun ingin mendapat keuntungan. Agar tidak ada yang dirugikan, kita perlu menerapkan prinsip-prinsip bisnis “ala Katolik”.

Bagaimanakah prinsip bisnis “ala Katolik” itu? Berbisnis mencari laba dengan selaku berdasakan kasih ilahi.  Kasih kepada sesama tetaplah menjadi landasannya. Prinsip kasih dalam berbisnis, mengapa tidak? Bukankah kita sebagai pelanggan akan datang kembali ke toko yang pemilik atau karyawannya menawarkan barang/jasa dengan mempertimbangkan kepentingan pembeli? Jika demikian, apakah kita perlu takut jatuh bangkrut jika berdagang ala Katolik? Malahan sebaliknya, pengusaha atau pedagang yang memperjuangkan kepentingan pelanggan dan mempertimbangkan kebaikan banyak orang akan meraih sukses yang besar dan langgeng. Semua orang suka diperlakukan dengan baik dan adil.

Tuhan membawa hukum yang menyelamatkan secara sejati. Setiap orang yang bekerja atau berdagang dengan mengutamakan kepentingan sesama secara wajar dan adil akan mempunyai pelanggan setia dan mendapat kepercayaan di hati masyarakat. (Menemukan Tuhan Dalam Hidup Sehari-hari, 2012)

 

 

Related Post

Leave a Reply