Fri. Nov 22nd, 2024

Alma Linggar Jonarta, Pencipta Lagu “Doa Komuni Spiritual”, Seorang Dokter dari UGM

Alma Damian (Foto: FB Alma Damian)

Lagu “Doa Komuni Spiritual” telah menemani Umat dalam saat-saat sulit akibat pandemi Covid-19. Lagu ini mucul di saat yang tepat dan menjadi nutrisi iman Umat.

TEMPUSDEIID (3/2/21)

Sejak Misa live streaming menjadi pilihan akibat merebaknya virus korona, Umat Katolik mulai mengenal yang namanya “Komuni Batin”. Mereka yang tidak bisa hadir dalam Misa tatap muka atau off line, tentu saja tidak bisa menerima komuni secara langsung.

Dan untuk memenuhi atau mengobati kerinduan mereka menyambut tubuh Kristus, mereka mendaraskan Doa Komuni Batin. Dalam mendaraskan doa tersebut, mereka yakin bahwa mereka telah menyantap tubuh Kritus yang mereka rayakan dalam Misa. Inilah yang disebut “Komuni Batin”.

Doa yang merupakan hasil permenungan pendiri Kongregasi Redemptoris Santo Alfonsus Maria de Liguori ini begitu menyentuh hati umat, apalagi kalau didaraskan dengan penghayatan yang utuh.

Lagu “Doa Komuni Spiritual”

Setelah beberapa minggu umat “hanya” mengikuti Misa secara daring atau live streaming dan menyambut Tubuh Kristus secara spiritual, muncul sebuah lagu berjudul “Doa Komuni Spiritual” yang diciptakan oleh Dr drg Alma Linggar Jonarta, seorang dokter dan dosen UGM Yogyakarta.

Serta-merta lagu ini menjadi sangat akrab di telinga Umat, bahkan kemudian sering disenandungkan sambil melakukan kegiatan lain. Liriknya diambil dari teks “Doa Komuni Batin” Santo Anfonsus dengan sedikit penyesuaian. Sangat terasa lirik dan melodi mewakili perasaan dan kerinduan umat pada komuni kudus.

Alma, begitu dosen pada Departemen Biologi Oral Faktulas Kedokteran Gigi Universitas Gajah Mada biasa dipanggil. Damian  yang merupakan nama pelindungnya yang ia dapatkan saat menerima Sakramen Krisma, ia patrikan pada setiap karyanya. Makanya jadilah Damian Alma.

Alma Damian

Istri dari drg Agus Sri Gunarto merasa bahwa proses pembuatan lagu tersebut sama seperti proses pembuatan lagu-lagunya yang lain. Baru belakangan ia menyadari ada sesuatu yang lain. Apa itu?

“Saya baru menyadari bahwa ada invisible hands yang berperan dalam pembuatan lagu itu setelah melihat respon yang terjadi,” tutur Alma yang menempuh pendidikan sampai doktoral di UGM ini kepada Warta Kota.

Jelas Alma, hanya dalam 24 jam setelah lagu yang dinyanyikan oleh Asriuni Pradipta  itu diunggah di kanal youtube Komsos Keuskupan Agung Semarang pada 19 Maret 2020, viewernya sudah ribuan dan bertambah setiap hari.

Ribuan umat merespon lagu itu sebagai musik yang indah dan mewakili kerinduan mereka terhadap komuni kudus dalam Sakramen Ekaristi.

Banyak yang Tersentuh

Banyak orang tersentuh atau terharu, bahkan seperti merasakan pelukan Tuhan. TEMPUSDEI.ID meminta pendapat beberapa umat dan imam. “Saya sangat terharu setiap mendengar lagu Doa Komuni Spiritual,  apalagi dengan kondisi pandemi saat ini. Saya merasakan Tuhan Yesus sangat dekat dengan saya dan menyatu dengan diri saya. Hanya kadang-kadang saya sedih karena saya merasa saya manusia berdosa, Tuhan tidak layak datang pada saya, tetapi Tuhan Mahapengasih dan Mahapengampun. Dia akan selalu mengasihi umat-Nya,” kata Kresensia Harianja, dirigen dan pelatih koor dari Gereja Santa Clara, Bekasi Utara.

Sarmauli, juga dari Gereja Santa Clara, mengaku sangat menyukai lagu tersebut. “Aku suka dengan lagu komuni batin dengan lirik dan melodinya. Tapi mungkin bisa dicoba dengan tempo yang sedikit lebih lambat dan lebih lembut, karena kita diajak untuk hening,” ungkap wanita bersuara merdu ini.

Suryani Gultom yang sejak awal Misa tatap muka “ditiadakan” selalu ikut Misa live streaming ini mengatakan, lagu Doa Komuni Spiritual  sangat membantunya menghayati saat-saat komuni. “Rasanya seperti meresap dalam hati dan bersyukur bahwa Tuhan selalu hadir dan menyertai hidup kita,” ungkap ibu dengan satu putri ini.

Sementara itu, Romo Aloysius Susilo yang telah menciptakan banyak lagu juga mengakui keindahan lagu tersebut. “Lirik dan melodi bagus. Pas dan cocok untuk mendukung suasana komuni batin. Membuat umat jadi lebih khusyuk. Lagunya semi pop rohani. Tapi ga masalah. Yang penting membantu umat untuk mengungkapkan imannya. Terutama yang begitu rindu menyambut komuni, tapi tidak bisa karena situasi pandemi Covid-19,” ujar pencipta lagu Betapa Indahnya ini.

Pendapat agak berbeda dikatakan oleh Romo Sri Danto, Ketua Komisi Liturgi Keuskupan Agung Jakarta. Romo Danto mengaku, secara pribadi dia kurang cocok dengan lagu tersebut. “Kalau saya pribadi kurang cocok, karena melodinya buat saya terlalu mendayu-dayu. Sehingga ketika berdoa, kita tidak dibawa akan persatuan dengan Yesus, namun lebih menikmati melodi itu.”

Meski begitu, Romo Danto mengakui, walau liriknya agak berbeda dengan teks aslinya, namun melodinya manis, indah, agak pop. Banyak umat yang senang mendengarnya. “Syairnya yang berasal dari doa mudah dicerna dan melodinya mudah ditangkap oleh umat,” tambahnya.

Sulih Jiwa Bermusik

Alma mengaku, dirinya bukanlah musisi professional. “Saya bukan musisi profesional, hanya memuaskan hobi dengan cara membuat lagu-lagu rohani. Mengarang lagu sebagai sulih jiwa bermusik saya setelah tidak punya banyak waktu lagi terjun langsung sebagai penyanyi kor maupun organis gereja,” tuturnya kepada Warta Kota.

Alma menuturkan, sejak dulu ia memang senang menulis, baik narasi maupun puisi sehingga punya kepekaan pada “rasa” setiap kata atau diksi. Dalam membuat notasi Doa Komuni Spiritual, ia berusaha menimbang rasa atau sense dari setiap kata atau frasa.

Ia mencontohkan ketika memasukkan nada minor saat musiknya masuk lirik  Karena sekarang aku tak dapat menyambutMu dalam Sakramen Ekaristi… sebagai tanda kerinduan.

Pada bagian akhir lagu, Alma memungkasi musiknya dengan nada mayor sebagai ungkapan pengharapan.

Dengan lagu tersebut, Alma ingin ikut merawat harapan Umat di tengah pandemi. Menurutnya, Umat tidak perlu menyesali kenyataan tidak bisa menerima komuni secara langsung.

Alma bahkan mengimani bahwa kejadian pandemik ini merupakan bagian dari penyelenggaraan ilahi atau providential Dei yang di luar nalar manusia.

Ia mengajak Umat untuk melihat nilai lain di tengah pandemi ini, terutama bahwa Tuhan setia mendampingi Umat-Nya. “Komuni spiritual adalah cara yang paling masuk akal dan aman, tentu dalam perspektif pengetahuan medis saya,” tuturnya. (EDL/tD/WK/SHA)

Related Post

Leave a Reply