JAKARTA, TEMPUSDEI.ID (15 FEBRUARI 2021)
Sebuah berita gembira berembus dari Kementerian Agama Republik Indonesia beberapa waktu lalu. Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas pelan-pelan mulai menunjukkan bukti atas tekadnya untuk menjadi menteri bagi semua agama. Dia mulai menggagas beberapa agenda penting sebagai benih-benih pembuktian tekad tersebut.
Dia telah menginisiasi tradisi Semana Santa atau Pekan Suci di Larantuka, Flores, NTT sebagai agenda nasional. Ia juga ingin menjadikan Candi Borobudur di Jawa Tengah sebagai rumah ibadah Umat Budha di dunia.
Semana Santa atau Hari Bae adalah ritual perayaan Pekan Suci Paskah yang dilakukan selama tujuh hari berturut-turut oleh umat Katolik di Larantuka, Flores Timur. Selama ini, yang turut serta dalam perayaan tersebut, selain Umat Katolik di Flores Timur dan sekitarnya, tidak sedikit pula berdatangan Umat Katolik dari berbagai tempat dari Indonesia, bahkan dari luar negeri.
Ungkapan Semana Santa berasal dari bahasa Portugis. Semana berarti “pekan” atau “minggu” dan santa berarti “suci”.
Jadi, Semana Santa berarti Pekan Suci yang dimulai dari Minggu Palma sampai Minggu Paskah.
Selama ini, selain menjadi sarana efektif bagi Umat untuk menghayati sengsara, wafat dan kebangkitan Kristus, Semana Santa juga menjadi event yang mampu menggeliatkan ekonomi dan pariwisata di Flores.
Menyambut dengan Gembira
Banyak pihak menyambut baik inisiatif tersebut. Melki Laka Lena, anggota DPR RI dari NTT mengaku gembira atas inisiatif tersebut. Selain akan mendukung hidup beriman masyarakat setempat, juga akan menghidupkan pariwisata dan perekonomian.
Di samping itu, event tersebut akan makin memperkanalkan berbagai potensi alam, budaya, semanagat saling menghargai atau sikap toleran yang selama ini tumbuh subur di Flores atau NTT pada umumnya. “Kita dukung dan berharap Pemda, tokoh agama dan tokoh masyarakat pun menyambut baik dengan berbagai bentuk kreasi dan program yang mendukung,” ujar Melki kepada tempusdei.id.
Bupati Flotim Antonius Hubertus Gege Hajon juga mengaku menyambut dengan baik semangat dan inisiatif Kemenag tersebut.
Dirjen Bimas Katolik Yohanes Bayu Samodro telah menyampaikan harapan Menag saat bertemu Fransiskus Kopong Kung, Pr. Sang Uskup pun menyambut baik rencana tersebut, bahkan berterima kasih kepada Kemenag.
Lantas bagaimana muasal munculnya ide tersebut? Kepada tempusdei.id Yohanes Bayu Samodro menjelaskan, dalam sebuah rapat, Menteri Yaqut mengemukakan ide untuk mengangkat program dari masing-masing agama yang dapat dijadikan keunggulan Indonesia dari sektor keagamaan dan dapat dikenal dunia karena menampilkan indahnya kehidupan beragama di Indonesia. “Katolik mengusulkan prosesi Semana Santa yang berangkat dari tradisi lokal yang bercampur dengan perayaan liturgis dengan melibatkan seluruh komponen masyarakat,” demikian Bayu.
Lebih lanjut jelas Bayu. nilai kerukunan umat beragama yang muncul dari tradisi prosesi Semana Santa menarik bagi Menteri. Semana Santa merupakan kegiatan agama yang dibalut budaya lokal dan melibatkan seluruh lapisan masyarakat.
Studi Mendalam
Lebih lanjut urai Bayu lagi, karena Pandemi covid-19 masih berlangsung, maka kegiatan yang bersifat mobilisasi massa tidak dilaksanakan dalam waktu dekat. Apalagi, Bupati Flores Timur telah mengumumkan bahwa Semana Santa tahun 2020 dan 2021 tidak dilaksanakan. “Berarti masih cukup banyak waktu untuk studi lebih mendalam baik dari literatur-literatur yang ada maupun kunjungan langsung ke lokasi, misalnya bertemu dengan para tokoh agama, adat dan masyarakat, serta pemerintah daerah.”
Ditjen Bimas Katolik sendiri berharap dengan diangkatnya tradisi tersebut menjadi salah satu keunggulan kehidupan beragama Katolik khas Indonesia, maka kerukunan hidup antar umat beragama semakin tercipta di Indonesia. Selain itu masyarakat umum juga semakin mengetahui keberadaan masyarakat Katolik sebagai bagian yang tidak terlepas dari bingkai NKRI ikut membangun bangsa sejak dulu hingga selamanya.
Kerjasa dengan Masyarakat Lokal
Demi keberhasilan program Kemenag tersebut jelas Bayu lagi, Kemenag akan bekerjasama dengan pihak masyarakat lokal, termasuk pimpinan Gereja Katolik dan pemerintah daerah. “Secara sinergis akan dilakukan berbagai hal meliputi upaya kesepakatan gagasan, perencanaan teknis dan non teknis, termasuk dalam hal pembiayaan,” pungkas pria yang lincah bela diri Pencak Silat THS THM ini. (tD/EDL)