TEMPUSDEI.ID (2 MARET 2021)
Suster Ann Nu Thawng, begitu nama biarawati dari Kongregasi St. Fransiskus Xaverius, Keuskupan Myitkyina, negara bagian Kachin di Utara Myanmar. Ia merasa tidak tahan dengan aksi brutal pasukan keamanan Myanmar dan dengan heroik datang seorang diri menemui para tentara penjaga kemanan. Ia berlutut dengan berlinang air mata dan memohon agar mereka tidak menembak dan menangkap para demonstran.
Di negeri ini, terjadi demontrasi di mana-mana pasca kudeta junta militer atas pemerintah yang sah. Dalam kudeta ini militer secara sepihak telah membatalkan hasil Pemilu yang diselenggarakan secara damai dan adil pada 8 November 2020.
Dengan pakaian biaranya, ia bersimpuh dan menangis sembari memohon para tentara agar tidak bertindak brutal membunuh anak sebangsa mereka yang melakukan demonstrasi.
Dalam beberapa foto yang dibagikan di Twitter oleh Uskup Agung Yangon, Uskup Agung Charles Maung Bo, seorang kritikus vokal atas kudeta militer sebagaimana dikutip dari surat kabar The Catholic Leader, 1 Maret 2021, Suster Thawng, muncul sendirian di depan polisi anti huru hara yang berlapis tameng baja.
“Hari ini, kerusuhan telah parah di seluruh negeri. Polisi menangkap, memukuli, dan bahkan menembaki masyarakat. Dengan penuh air mata, biarawati Ann Nu Thawng memohon para polisi untuk berhenti menangkap para pengunjuk rasa. Sekitar 100 pengunjuk rasa bisa melarikan diri dari polisi karena suster itu,” cuit Kardinal Charles Maung Bo di Twitter pada Senin, 1 Maret.
“Kedamaian itu mungkin. Damai adalah satu-satunya cara. Demokrasi adalah satu-satunya cahaya ke jalan itu,” kicau Twitter Kardinal Bo, yang merupakan ketua Konferensi Waligereja Myanmar.
Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), polisi Burma telah melepaskan tembakan dan membunuh setidaknya 18 orang dan melukai lebih dari 30 orang dalam skala nasional pada 28 Februari lalu.
Editor surat kabar online Katolik pertama di Myanmar “Gloria News Journal”, Joseph Kung Za Hmung, menyebut tindakan Suster Thawng mengejutkan banyak orang. Setelah melihat permohonan suster itu, para polisi menghentikan tindakan mereka. Joseph menambahkan bahwa Suster Ann Nu Thawng saat ini menjadi teladan bagi para pemimpin Gereja. ”Para Uskup dan imam dipanggil untuk keluar dari zona nyaman mereka dan mengikuti keberaniannya sebagai contoh,” ujar Joseph.
Banyak umat non-Katolik juga memuji keberanian Suster Thawng. Dia pun viral di media sosial di seluruh dunia. “Lebih dari 100 demonstran berlindung di biaranya. Tindakan ini menyelamatkan mereka dari pemukulan brutal dan penangkapan oleh polisi,” sebut Joseph. (tD/das)