“Sebagai orang Katolik Anda terpilih untuk melayani sebagai generasi muda penjaga masa kini dan masa depan. Pergilah kamu diutus untuk menjadi misionaris. Dalam bahasa negara, ‘kalian adalah Misionaris Pancasila’, misionaris yang menyebarkan dan mewujudkan nilai-nilai Pancasila”.
Hal tersebut disampaikan oleh Romo Y. Edi Mulyono, SJ dalam sambutannya pada Pembukaan Kursus Kepemimpinan Menengah (KKM) Pemuda Katolik DKI Jakarta (Selasa, 16/3). Romo Edi berbicara selaku Vikep Keuskupan Agung Jakarta mewakili Uskup KAJ Mgr. Ignatius Kardinal Suharyo.
Lebih lanjut, Romo Edi menjelaskan bahwa yang menjadi misionaris bukan hanya Pastor, Bruder dan Suster, tetapi seluruh Umat Allah termasuk Pemuda Katolik. Semua jelas Romo Edi adalah Misionaris Pancasila. Artinya, iman terhadap Allah Maha Pengasih dan Penyayang diwujudkan dalam sikap, tindakan, perkataan, pikiran dan kepedulian yang berperikemanusiaan, adil dan beradab, menjunjung persatuan dalam berbangsa, menjunjung demokrasi serta keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia.
Romo Edi menambahkan bahwa setelah lima tahun Keuskupan Agung Jakarta menjalankan Arah Dasar terkait ajakan mengamalkan Pancasila, kini sudah saatnya menjalankan prinsip-prinsip Ajaran Sosial Gereja (ASG) itu antara lain dengan pertama, menghormati martabat manusia sebagai gambar dan citra Allah. Kedua, mengonkretkan prinsip Bonum Commune atau kebaikan bersama. Ketiga, berpihak kepada mereka yang miskin, lemah, kecil, tersingkir dan difabel. Keempat, melaksanakan prinsip solidaritas dan subsidiaritas, dan kelima, peduli terhadap kelestarian lingkungan hidup.
Nafas Pemuda Katolik
Pastor Moderator Pemuda Katolik DKI Jakarta, Romo Adrianus Suyadi, SJ dalam materi “Ajaran Sosial Gereja: Nafas Gerakan Pemuda Katolik” mengajak para peserta mendalami ASG sebagai ajaran atau doktrin Gereja Katolik tentang martabat manusia dan hidup bermasyarakat. ASG jelasnya, didasari keyakinan bahwa Tuhan mempunyai rencana bagi ciptaan-Nya, yakni membangun Kerajaan Allah yang dipenuhi dengan kasih, perdamaian dan keadilan. “Kita dipanggil untuk terlibat aktif membangun kerajaan tersebut dalam seluruh aspek kehidupan manusia,” ujar Romo Suyadi.
Ia juga menegaskan prinsip-prinsip yang terkandung dalam ASG. Beberapa poin yang harus dipahami menurut Romo Suyadi adalah bahwa ASG berlandas pada komitmen kuat pada martabat dan harga diri setiap manusia tanpa terkecuali. Setiap pribadi manusia tandasnya, bukan hanya seorang individu yang suci, tetapi juga bersifat sosial.
Dalam hal kesejahteraan umum (Bonnum Commune) lanjutnya, manusia harus mempertimbangkan kebaikan dan kesejahteraan bagi seluruh umat manusia.
Pada sisi solidaritas–menyangkut kasih terhadap sesama, setiap orang diajak belajar mewujudkan nilai solidaritas yang berarti mencintai sesama yang memiliki aneka dimensi di dunia yang bersifat saling tergantung ini.
Tentang merawat ciptaan Tuhan, Romo Suyadi mengajak peserta untuk melindungi dan menghargai keanekaragaman ekologi, keindahan dan harta yang menopang kehidupan.
Mengenai subsidiaritas dan peran pemerintah, Romo Suyadi mengatakan negara adalah sarana untuk mempromosikan martabat manusia, melindungi hak-hak asasi manusia dan mengembangkan kesejahteraan bersama. Prinsip subsidiaritas hendaknya diwujudkan dengan sedapat mungkin mendelegasikan pengambilan keputusan di tingkat paling bawah.
Selain poin-poin di atas, Romo Suyadi juga mengelaborasi materi tentang partisipasi, kewajiban dan hak asasi manusia, penegakan keadilan sosial dan promosi perdamaian, martabat pekerja dan hak-hak pekerja.
Integrasi ASG dalam Karya
Mike Verawati Tangka, Sekjen Koalisi Perempuan Indonesia melalui materi bertajuk “Ajaran Sosial Gereja sebagai Instrumen Karya dan Kinerja Orang Muda Katolik” mengajak para peserta untuk semakin memahami peluang integrasi ASG dalam karya Pemuda Katolik.
Peluang itu menurut Mike tampak antara lain dengan keterlibatan Pemuda Katolik secara penuh dalam proses-proses demokrasi yang saat ini tengah berjalan dengan segala proses dan ujian berat. Dalam kondisi ini, Pemuda Katolik dapat mengambil ruang-ruang, rela terlibat secara konkret, apalagi saat ini masyarakat menghadapi Pandemik Korona. Pemuda Katolik juga tambah Mike, diharapkan mampu mendorong youth mainstreaming dalam proses pembangunan, karena kelompok muda diposisikan berbeda dengan kelompok lainnya.
Mike juga menyebut bahwa Pemuda Katolik dapat terlibat penuh dalam upaya-upaya global: SDG’s, Green Economic, G20, ASEAN Forum, dll. Pemuda Katolik juga berpeluang mempromosikan HAM dengan inovasi-inovasi khas millennial, sehingga turut mengedukasi masyarakat. Selain itu, Pemuda Katolik dapat keluar dari kegiatan-kegiatan yang mainstream, berinisiatif membuat ruang-ruang belajar yang terbuka dan merangkul.
Beny Wijayanto, Sekretaris Pemuda Katolik Komda DKI Jakarta