JAKARTA, TEMPUSDEI.ID (1 APRIL 2021)
Hanya dua hari setelah aksi bom bunuh diri di Katedral Makassar (28/3), Tony Chen, salah satu umat Paroki St. Yakobus Jakarta mendapat penghargaan dari Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) pada 30/3.
Penghargaan diserahkan langsung oleh Komjen. Pol. Dr. Drs. Boy Rafli Amar, MH selaku Kepala BNPT dalam acara bertema “Rekonsiliasi Menuju Indonesia Damai” yang mempertemukan para korban terorisme dengan para mantan teroris.
Tony menerima penghargaan tersebut karena dinilai berkontribusi nyata dalam pembinaan keriwausahaan dan usaha kecil para korban aksi terorisme baik korban langsung maupun tidak langsung dan mitra deradikalisasi (ex napi teroris).
“Saya terlibat dalam membimbing dan mendampingi para mantan napi teroris dalam membangun bisnis, juga mereka yang terdampak langsung atau tidak langsung dari aksi-aksi teroris,” kata Tony kepada tempusdei.id.
Dalam pelayanan tersebut, Tony menggunakan bendera perusahaannya, yakni Right n Big Coaching & Consulting dan bekerjasama dengan Yayasan Pelita Harapan Bangsa (YPHB). Di sini, status R n B sebagai salah satu mitra dalam rangkaian program kerjasama YPHB – BNPT.
Menurut penjelasan Tony, rata-rata mereka melakukan usaha mikro, yakni berbagai jenis bidang usaha makanan atau kuliner, dan tersebar di banyak kota di Indonesia.
“Pendekatan yang saya lakukan adalah pendekatan kasih dan kemanusiaan, tujuannya agar mereka sejahtera. Kalau mereka sejahtera, maka mereka tidak akan mudah disusupi radikalisme dan mereka merasakan negara hadir sebab ada yang peduli,” jelas Tony lagi.
Cara yang dilakukan oleh Right n Big Coaching & Consulting, memberikan pelatihan dan pendampingan “one on one” dengan para penyintas teroris dan Mitra Deradikalisasi. Untuk itu, Coach Tony Chen siap dihubungi kapan pun jika para mitra memerlukan pengarahan terkait usahanya.
Lebih jauh Tony mengatakan, para penyintas tersebut merasa bersyukur dengan adanya pendampingan bisnis sebab ini berarti negara peduli kepada korban teroris terutama yang menderita cacat tubuh dan yang anggota keluarganya tewas di tangan teroris. “Para korban ini jadi lebih berpengharapan dan semangat mereka kembali bangkit” tambahnya.
Sedangkan para mantan teroris, mereka juga bersyukur karena masih ada yang mau menerima dan mendampingi mereka. “Karena ex napiter sulit diterima kerja di mana pun, maka satu-satunya jalan, mereka harus berwiraswasta, dan mereka mendapatkan semua pelatihan dan pendampingan berwirausaha, sehingga tujuan akhir yang diharapkan adalah agar mereka fokus di bisnis dan menutup kemungkinan mereka bergabung lagi dengan kelompok-kelompok sel teroris yang menjanjikan ‘surga’ itu,” ucap pria murah senyum ini.
Gembira Dapat Pendampingan
Terdapat empat jenis mitra deradikalisasi, yakni mantan teroris, mantan napi terorisme (ex-napiter), deportan dan returnees.
Para penyintas sangat senang mendapatkan pendampingan. “Terima kasih, Pak Tony, berkenan membantu kami khususnya saya untuk mewujudkan impian agar menjadi penyintas yang mandiri, berkualitas, berkembang dan manfaat bagi penyintas lainnya, juga bagi manusia di bidang UMKM,” ujar Dwi, salah satu korban bom Thamrin.
Syahrul Munif yang pernah bergabung dengan ISIS berkata, “Yang jelas saya merasa makin terbuka soal merintis usaha, makin terarah dan terkonsep optimis dengan adanya mentor. Terima kasih banyak buat Pak Tony Chen.” Katanya lagi, dulu dirinya jauh dari dunia usaha, kini harus membuka lembaran baru berkarya lewat UMKM, adanya kelas bisnis dari Pak Tony. “Benar-benar sangat membantu. Jozz tenan,” ujarnya.
Bersama Tony, ada pula Busman yang menerima penghargaan sejenis atas kesediaannya mempekerjakan beberapa penyintas teroris di perusahaannya.
Lawan Terorisme dengan Kasih
Atas keputusan Tony yang mau mendampingi dan membimbing para mantan teroris tersebut, banyak kerabat dan kenalannya yang mempertanyakan. “Bagaimana kalau setelah mereka sukses, mereka justru menjadi donatur aksi-aksi terorisme?” begitu pertanyaan yang dialamatkan kepadanya.
Tujuan Tony dalam keterlibatannya tersebut adalah agar orang-orang tersebut fokus ke bisnis, dan tidak fokus lagi membuat bom atau melakukan aksi-aksi teror.
Pelayanan tersebut Tony lakukan sejak bulan Juli 2020, di tengah-tengah pandemi, karena banyak yang terkena dampak ekonomi dan mereka rentan disusupi radikalisme. Dan karena masih dalam masa pandemic, pelatihannya dilakukan melalui zoom, watshap call, video call dan kunjungan bisnis dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.
Lantas, apa tanggapan Tony atas aksi bom bunuh diri di Katedral Makassar? Ia mengaku sangat sedih, namun tidak membuatnya mengurungkan niatnya membantu para mantan teroris tersebut. “Harusnya tidak berhenti pada mengutuk saja,” katanya.
Dia malah mengajak umat Katolik untuk menjadi agen-agen perubahan yang merangkul siapa pun dengan Kasih. “Kita lawan terorisme dengan kasih. Aplikasinya banyak, salah satunya, saya lakukan pembinaan dan pendampingan UMKM bagi para mitra deradikalisasi, mungkin yang lain mau membantu di bidang tertentu silakan saja, mari kita berkolaborasi” katanya.
Dia juga mengajak masyarakat untuk melakukan sesuatu walaupun sederhana. “Silakan lakukan dengan cara lain dan dengan cara yang sederhana. Pokoknya, jangan cuek terhadap situasi bangsa, tapi ikut ambil bagian walaupun sederhana dan tentu saja perlu bawa kondisi bangsa kita di dalam doa,” sarannya.
“Ketika Tuhan melahirkan kita di Indonesia, Tuhan punya rencana indah buat kita dan buat Indonesia, tetapi rencana indah itu akan nyata jika kita mau menjalankan misi kita sebagai 100% orang Indonesia dan 100% orang Katolik yang mengamalkan Pancasila dalam setiap sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.” pungkas pria yang pandai menciptakan lagu ini. (TD/EDL)