Fri. Nov 22nd, 2024

Apa Arti Sebuah Nama: Nama Baik adalah Harta Terbesar

Romo John Kota Sando dari Merauke

TEMPUSDEI.ID (18 APRIL 2021)

Sejak awal ajari anak tentang pentingnya nama baik.

Oleh Romo John Kota Sando

 

William Shakespeare seorang Pujangga besar Inggris pernah mengungkapkan: “What’s in a name? That which we call a rose by any other name would smell as sweet” (Apalah arti sebuah nama? Andaikata anda memberi nama lain kepada bunga mawar, ia akan tetap berbau wangi).

Dalam budaya timur, sebuah nama tetap mempunyai nilai dan arti yang sangat besar dan berpengaruh dalam kehidupan seseorang. Nama adalah sebuah kekuatan, pengaruh, masa depan, harga diri, reputasi, karakter, martabat bahkan sebuah doa.

Setiap orang akan selalu berusaha menjaga reputasi dan nama baik   di mata sesamanya. Karena setiap perbuatan, entah itu baik maupun buruk, akan selalu melekat erat pada nama yang disandang oleh seseorang. Reputasi dan nama baik adalah apa yang orang lain lihat pada diri kita, sedangkan karakter adalah apa yang Tuhan lihat pada diri kita.

Reputasi dan nama baik adalah apa yang kita bawa dalam hidup kita bersama dengan orang lain, sedangkan karakter adalah apa yang kita tinggalkan untuk orang lain, sehingga dapat dikenang sepanjang masa. Reputasi dan nama baik kita akan hancur, ketika kita sendiri menodai karakter dan integritas pribadi kita dengan perbuatan yang tidak terpuji. Karena reputasi dan nama baik hanya dapat dibangun melalui perbuatan baik. Bukan dengan harta, kedudukan dan popularitas.

Nama Jokowi

Bagi orang yang mencintai Presiden Jokowi, ketika mendengar nama Jokowi disebut, pasti akan merasakan sebuah kesejukan dan kebahagiaan di hati. Dia adalah pribadi yang menyenangkan, pemimpin yang berkarakter dan berintegritas tinggi, seorang negarawan sejati yang hidup dan hatinya untuk rakyat, seorang pemimpin yang cerdik dan visioner, sabar dan rendah hati, jujur dan merakyat.

Reputasi dan nama baik Jokowi begitu melekat erat di hati rakyat  Indonesia karena perbuatan baiknya. Oleh karena itu kita harus menanamkan dalam kesadaran kita bahwa reputasi dan nama baik kita hanya dapat dibangun dengan perbuatan baik. Nama baik jauh lebih berharga daripada harta, kedudukan dan popularitas.

Kitab Amsal 22:1 mengatakan, “Nama baik lebih berharga daripada kekayaan besar” dan Kitab Pengkhotbah 7:1 mengatakan, “Nama yang harum lebih baik daripada minyak yang mahal”.

Kitab Suci mengajak kita untuk melihat dan menjadikan nama Yesus sebagai kekuatan utama kita dalam membangun reputasi, karakter dan nama baik kita di hadapan Tuhan dan sesama kita. Kisah Para Rasul melengkapi nama Yesus dengan menyebut-Nya sebagai Pemimpin kepada Hidup (Kis.3:15).

Itu artinya bahwa kehidupan kita hanya mempunyai nilai dan arti kalau Yesus itu sendiri hidup di dalam diri kita dan menjadi bagian integral dari tampilan kepribadian kita.

Menyerukan Nama Yesus

Apalah artinya kita menyebut dan menyerukan Nama Yesus, kalau Yesus itu tidak pernah ada atau hidup di hati kita. Apalah artinya kita menyebut Yesus sebagai Jalan, tetapi kita tidak pernah hidup di jalan-Nya. Apalah artinya kita menyebut Yesus sebagai Terang, tetapi kita tidak pernah hidup di dalam terang-Nya. Apalah artinya kita menyebut Yesus sebagai Guru, tetapi kita tidak pernah mendengarkan Dia.

Apalah artinya kita menyebut Yesus sebagai Tuhan, tapi kita tidak pernah berbakti kepada-Nya. Apalah artinya kita menyebut Yesus sebagai Kebenaran, tetapi kita tidak sungguh percaya kepada-Nya. Pertanyaan-pertanyaan ini sungguh menantang kita, agar kita disadarkan kembali bahwa Yesus adalah sungguh Pemimpin kepada hidup, dan tanpa Dia kita tak dapat berbuat apa-apa, bahkan tidak ada apa-apanya.

Surat Pertama Yohanes, melengkapi Nama Yesus dengan menyebut-Nya sebagai Pengantara dan Pendamai (I Yoh.2:1-2). Itu artinya bahwa kita tidak akan pernah bersatu dengan Allah Bapa tanpa bersatu dengan Yesus sebagai Pengantara Tunggal Allah. Bahkan Yesus sendiri bersabda: “Akulah jalan  kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku” (Yoh.14:6).

Tidak Boleh Cari Jalan Sendiri

Kalau memang kita percaya bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan untuk bersatu Allah Bapa, maka seharusnya kita tidak boleh hidup dengan jalan kita sendiri. Seringkali kita keasyikan dengan mengikuti jalan kita sendiri, dan kita tidak sadar bahwa jalan itu menyesatkan dan membawa kita kepada jurang kehancuran.

Sebagai Pendamai, Yesus mengorbankan diri-Nya sendiri melalui sengsara dan wafat-Nya di kayu salib, agar kita yang sering tidak setia dan berdosa ini, kembali berdamai dan bersatu dengan Allah. Tanpa Yesus sebagai Pengantara dan Pendamai, kita tidak akan pernah bersatu dan berdamai dengan Allah. Karena Dia dan di dalam Dia, hidup dan diri kita ini begitu berharga di mata Allah.

Di dalam kisah perjumpaan antara Yesus dengan dua orang murid-Nya dalam perjalanan ke Emaus (Luk.24:35-48) Yesus ditampilkan sebagai teman seperjalanan kita dalam ziarah hidup ini dan sebagai Sumber Damai Sejahtera hidup kita.

Kekuatan Nama Yesus

Nama Yesus memiliki kekuatan (power) yang menggerakkan kita untuk dapat hidup berdampingan secara damai dengan orang lain sebagai saudara dan sahabat. Dengan kekuatan nama Yesus, damai sejahtera akan berbicara dan hadir secara nyata dalam kehidupan kita. Hanya orang yang mengimani Yesus yang dapat membangun damai sejahtera dalam hidupnya bersama dengan orang lain.

Peristiwa Emaus merefleksikan kepada kita bahwa Yesus tidak akan pernah membiarkan kita berjalan dan berjuang sendirian dalam ziarah hidup ini. Ia akan selalu bersama kita sampai ke tujuan.

Dengan menjadikan Yesus sebagai Sumber Damai Sejahtera,  kita diajarkan bahwa Yesus adalah satu-satunya milik kita yang paling berharga  yang harus kita jaga, cintai dan perjuangkan dalam hidup ini.

Dengan kekuatan nama Yesus yang tercatat di dinding hati dan rumah batin kita, reputasi dan nama baik kita akan tetap terjaga di hadapan Tuhan dan sesama kita. Dengan kekuatan nama Yesus, kita akan mampu menjaga agar suasana hati dan pikiran kita tetap berada dalam keadaan yang baik. Karena hidup yang baik berasal dari suasana hati dan pikiran yang baik. Hidup yang positif berasal dari suasana hati dan pikiran yang positif. Hidup yang penuh damai berasal dari susana hati dan pikiran yang penuh damai. Hidup yang penuh berkat berasal dari suasana hati dan pikiran yang penuh berkat. Dan hidup yang penuh iman berasal dari suasana hati dan pikiran yang penuh iman.

Semoga perjalanan hidup kita menjadi sebuah doa, di mana kita terus menyerukan nama Yesus karena kita percaya bahwa Yesus adalah Pemimpin kepada hidup, Pengantara dan Pemersatu kita dengan Allah Bapa, Teman seperjalanan dan seperjuangan dalam ziarah hidup ini dan Sumber Damai Sejahtera hidup kita.

Salve dan berkat Tuhan dari Merauke, 18 April 2021.

Related Post

Leave a Reply