Oleh Pater Remmy Sila, CSsR, Superior Misi Redemptoris di Samoa, Provinsi Oceania
TEMPUSDEI.ID (15 MEI 2021)
Tuhan Yesus telah naik ke surga untuk kembali kepada Bapa-Nya, Bapa kita bersama. Ia berjanji untuk mengutus Roh Kudus dari Bapa-Nya untuk menemani kita. Roh Kudus itu juga yang membarui dan memersatukan para pengikut-Nya. Untuk itu, sebagai pengikut Yesus, kita harus membuka hati untuk menerima Roh Kudus dan kuasa-Nya. Kita juga harus memiliki hati yang percaya kepada Yesus dan Gereja Kudus yang telah didirikan-Nya. Dan serentak dengan itu, kita harus siap diubah oleh Roh Kudus agar kemuliaan Tuhan semakin nampak mulai dari Yerusalem sampai ke ujung bumi. Memang banyak “harus”, dan semestinya demikian.
Kisah Para Rasul 1: 15-17. 20-26 mengisahkan proses para Rasul menggantikan posisi Yudas Iskariot. Setelah kepergian Yudas, personil “Kelompok Dua Belas” tinggal sebelas orang.
Angka “Dua Belas” sangat penting dalam sejarah keselamatan. Ini melambangkan dua belas suku Israel. Kelompok Dua Belas yang dibentuk Yesus adalah simbol Israel yang baru. Maka kekurangan ini harus segera diisi agar kelompok para Rasul tetap menjadi kelompok Dua belas. Kelompok ini dalam perkembangannya berubah menjadi kelompok para uskup dari Gereja Kudus Yesus sebagai Israel yang baru. Maka jumlahnya tidak lagi Dua Belas, namun tugas dan tanggungjawab mereka sama seperti kelompok Dua Belas, yaitu menjadi gembala umat dari berbagai bagian Gereja yang tersebar di seluruh dunia dengan segala kekhasan dan kekayaan. Dalam segala tantangan dan harapannya, Gereja tetap “Satu, Kudus, Katolik dan Apostolik”.
1 Yohanes 4: 11-16 mengisahkan kepada kita tentang pentingnya saling mengasihi sebagaimana Allah sedemikian mengasihi kita. “Jika kita saling mengasihi, Allah tetap di dalam kita, dan kasih-Nya sempurna di dalam kita” (1 Yoh 4: 12b). Dan Yesus telah mengutus Roh Kudus-Nya kepada kita masing-masing dan Roh Kudus itu tetap tinggal dalam diri kita untuk membantu kita saling mengasihi. Itulah sebabnya Minggu depan kita akan merayakan perayaan besar dan istimewa, yaitu Pentekosta, peristiwa turunnya Roh Kudus. Dalam perayaan Pentekosta, kita kembali diingatkan bahwa Yesus telah memberi kita Roh Kudus dan di dalam Roh Kudus itulah kita memiliki kekuatan untuk saling mengasihi.
Injil Yohanes 17: 11-19 mengisahkan doa Yesus agar para pengikut-Nya senantiasa bersatu seperti Ia dan Bapa adalah satu. “Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam nama-Mu, yaitu nama-Mu yang telah Engkau berikan kepada-Ku, supaya mereka menjadi satu sama seperti kita” (Yoh 17: 11). Bapa dan Putera adalah satu dan Yesus menghendaki agar kita sebagai para pengikut-Nya senantiasa juga menjadi satu.
Kedengarannya sangat ideal dan indah, tetapi dalam praktik tidaklah begitu gampang. Antara kenyataan kehendak Yesus dan kenyataan dari kehendak manusiawi kita sering bertolak belakang. “Keakuan” sering membuat kita melawan atau mengabaikan kehendak Yesus agar saling mengasihi dan hidup dalam semangat persatuan. Kita seringkali lebih senang hidup dalam semangat kebencian dan permusuhan yang menyebabkan perpecahan di antara kita.
Hanya keterbukaan untuk mendengarkan bimbingan Roh Kudus dan membiarkan diri untuk diubah oleh-Nya yang akan memampukan kita untuk hidup bersama dalam semangat persatuan. Hanya ketika kita memilih untuk hidup dalam bimbingan dan terang Roh Kudus, kita hidup dalam kebenaran iman kita. Hanya ketika kita membuka diri dan mengizinkan Roh Kudus tinggal dalam diri kita dan terus membimbing kita, kita mampu menjadi pengikut Yesus yang benar dan sejati.
Kalau kita ingin hidup dalam kebenaran iman, kita harus terus memohon Roh Kudus untuk membarui hidup kita secara total agar dunia baru dan langit baru sungguh-sungguh mulai terjadi dalam kehidupan kita kini dan di sini, bukannya nanti di akhirat. 0leh karena itu, marilah kita senantiasa berdoa: “Datanglah, ya Roh Kudus, penuhilah hati umat-Mu, dan nyalakanlah api cinta-Mu di dalam hati kami.” Amin.
Selamat hari Minggu. Tuhan memberkati