Oleh Simply da Flores, Alumnus STF Driyarkara Jakarta
TEMPUSDEI.ID (22 MEI 2021)
Pentakosta adalah perayaan turunnya Roh Kudus atas para rasul. Roh Kudus ini dijanjikan Yesus pada saat Dia terangkat ke Surga. Roh Kudus yang dijanjikan itu adalah Roh Kasih dari Allah Bapa dan Yesus, yang diutus untuk membawa Sapta Karunia dan Rahmat bagi semua umat manusia yang percaya karena membutuhkan pertolongan Kasih Allah dalam kehidupan di tengah dunia ini.
Dalam Pentakosta, Allah mencurahkan rahmat kasih sayang, kebijaksanaan dan hikmat, pengetahuan dan pengertian, tanggungjawab, keadilan, kebenaran, dan lain-lain. Rahmat itu sesuai kehendak dan sifat Allah sendiri.
Pentakosta adalah perayaan iman, deklarasi ketergantungan mutlak manusia pada Kuasa Kasih Allah, dan bukti Kasih Allah yang kekal abadi bagi manusia citra-Nya.
Masih Butuhkan Roh Kudus?
Jawaban utama atas pertanyaan tersebut ada pada setiap pribadi, sesuai pemahaman dan kesadaran spiritualnya masing-masing. Apa pun agama dan kepercayaannya, tradisi adat budayanya, semua pasti sepakat bahwa manusia membutuhkan Kasih Allah dalam seluruh kehidupannya.
Karena manusia berasal dan hidup dari Allah Sang Pencipta, tercipta di tengah alam semesta dan hidup di antara sesama dalam penyelenggaran Allah, lalu mati pun kembali kepada Allah. Maka sekali lagi, manusia tak bisa menghindar dari Kasih Allah, termasuk mereka yang tidak percaya, atheis dan murtad, serta berontak terhadap Allah.
Semua manusia terlahir sebagai ciptaan yang istimewa di antara ciptaan lainnya, tetapi juga memiliki keterbatasan dalam banyak aspek. Kemampuan fisik, emosi, pengetahuan dan ketrampilan, nilai hidup dan jiwa nuraninya berbeda-beda. Karena itu, secara kodrati semua manusia mutlak saling membutuhkan dan saling melengkapi.
Karena perbedaan itulah, lahir juga banyak masalah. Akarnya antara lain adalah perbedaan pengetahuan dan ketrampilan, perbedaan emosi dan nilai, serta kepentingan. Lalu alat-alat pemenuhan kebutuhan terbatas, di mana kemampuan memenuhi kebutuhan berbeda-beda setiap orang.
Selanjutnya, ada persoalan yang muncul karena berbeda kepentingan, ada perebutan kepentingan dan kesulitan dalam komunikasi antar pribadi dan kelompok.
Kita mengalami ada iri, dengki, dendam, permusuhan dan peperangan. Ada beraneka kejahatan sosial, politik bahkan kejahatan atas nama Allah dan demi memaksakan kebenaran agama tertentu dari pelakunya.
Hemat saya, akar persoalannya adalah perbedaan kemampuan diri, lalu keterbatasan pengetahuan dan pemahaman serta nilai, sehubungan dengan hal kodrati azasi manusia. Apalagi keterbatasan cara berkomunikasi antar pribadi dan kelompok. Lebih khusus lagi, soal pemahaman dan kesadaran akan Kasih Allah Sang Pencipta, Penyelenggara dan Tujuan segenap ciptaan. Manusia dan alam semesta adalah misteri dari Allah Sang Maha Misteri.
Upaya manusia menciptakan aturan dan hukum adat budaya, etika dan moralitas, hukum agama, hukum positif di setiap negara dan organisasi dunia adalah upaya untuk menjamin relasi yang harmonis antar manusia yang berbeda-beda. Isi utama semua aturan dan hukum adalah sehubungan dengan hak dan kewajiban, baik pribadi, kelompok maupun posisi sebagai warga sebuah negara, anggota satu organisasi dan umat sebuah agama dan kepercayaan.
Inilah masalah yang mengiringi seluruh sejarah peradaban manusia hingga zaman milenial ini, dan sepanjang masa.
Karena itu, kebutuhan manusia kepada Rahmat Kasih Allah – Roh Kudus sepanjang sejarah, pada hakikatnya adalah mutlak. Kita selalu hidup dalam Kasih Allah dan selalu membutuhkan pertolongan Kasih Allah – Roh Kudus.
Kemajuan IPTEK, Modernitas, Digital Milenial: Berkat atau Bencana
Keutamaan manusia dengan akal budi, menghasilkan pengetahuan dan teknologi adalah sebuah berkat. Manusia memakai akal pikiran untuk membuat kehidupannya semakin mudah, manusiawi dan bermartabat. Namun, faktanya ada juga penyalahgunaan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang berakibat merusak diri sendiri, menjadi sumber masalah bagi sesama dan merusak alam, bahkan menghujat Allah.
Ada hasil Iptek seperti bahan kimia, senjata dan alat berat, yang bisa disalahgunakan untuk mengorbankan manusia lain dan menghancurkan alam. Dibutuhkan kebijaksanaan dan tanggungjawab terhadap sesama dan alam.
Namun, perbedaan kepentingan, kewenangan dan selera, bisa membuat manusia dan kelompok tertentu brutal dan menjadi penjahat, karena merasa diri paling benar. Bahkan merasa menjadi tuan atas segala hal dan Tuhan bagi semua orang. Allah Sang Pencipta pun dianggap “tidak berdaya”, maka merekalah yang merasa diri paling mampu membela dan menolong Allah dengan kesombongan, uang, iptek dan kekuasaannya. Ada juga yang menggunakan nama Allah dan agama untuk kepentingan bisnis, mengumpulkankumpul harta dan kekuasaan politiknya.
Khusus tentang teknologi informasi digital milenial, menurut saya, ini adalah sebuah berkat. Bahkan karya Kasih Allah – Roh Kudus, yang memberi pencerahan bagi manusia untuk kemudahan kehidupan. Hal yang sama untuk semua hasil Iptek sebelumnya. Namun, penggunaan hasil Iptek itu sangat tergantung pada keputusan manusia. Apakah untuk menjadi semakin manusiawi, bermartabat dan memberi kebahagiaan dalam relasi mutlaknya dengan sesama, alam dan Allah.
Inilah tagihan alamiah kodrati, kewajiban hakiki dari manusia di hadapan Sang Pencipta. Setiap orang terpanggil untuk kewajiban azasi kodrati itu, Allah Sang Pencipta menantikan kesadaran, penghayatan dan pengamalan kita.
Kita manusia yang memiliki agama dan kepercayaan, dimensi spiritual kodrati, kiranya melihat hasil Iptek sebagai berkat dan menggunakannya dengan tanggungjawab dan bijaksana. Karena menyadari keterbatasan kita, maka kita harus selalu bersyukur kepada Allah, bahkan memohon bimbingan Kasih Allah – Roh Kudus, agar bisa bersyukur, bijaksana dan bertanggungjawab selama hidup kita.
Doa dan Harapan
Semua kita, sesuai agama dan kepercayaan masing, kiranya sepakat untuk selalu memohon dan mengandalkan Kasih Allah – Roh Kudus dalam perjuangan kehidupan di dunia ini.
Kita berharap untuk bisa memahami dan menghayati panggilan kodrati hakikat diri sebagai manusia. Kita ciptaan dan citra Allah, fitrah Allah, khalifah Allah dan nur Allah di tengah dunia.
Kita manusia terlahir, bukan untuk menjadi pemangsa sesama, pembunuh dan penjahat bagi orang lain dan perusak alam lingkungan. Kita manusia diharapkan menjadi sahabat bagi sesama, homo homini socius. Kita bukan serigala bagi sesama – homo homini lupus.
Hakikatnya, kita manusia adalah sesama saudara. Kita sama karena dari Sang Pencipta yang sama, hidup menghirup udara yang sama di alam ini, sama darahnya: manusia. Berbeda dan beraneka ragam untuk saling melengkapi dan saling mengasihi, kita menampakkan kebesaran Kasih Allah Yang Maha Kaya – Maha Sempurna.
Karena sesama saudara itu, kita manusia senantiasa membutuhkan Kasih Allah – Roh Kudus setiap saat dan sepanjang masa. Siapa pun dia, apa pun agama dan kepercayaannya, kapan pun dan di mana pun.
Selamat merayakan Pentakosta bagi umat Kristiani