Oleh Pater Kimy Ndelo, CSsR, Provinsial Redemptoris
TEMPUSDEI.ID (30 MEI 2021)
Tri Tunggal Maha Kudus, singkatnya Trinitas, pertama-tama adalah sebuah konsep iman Kristiani yang bersifat misteri. Yang namanya misteri, akal-budi, rasio atau otak pasti tidak mampu membedah atau mencerna sepenuhnya.
Evagrius dari Pontus, seorang rahib Yunani abad keempat mengatakan: “Allah tak bisa dipahami sepenuhnya dengan pikiran manusia. Jika Dia bisa dipahami sepenuhnya, lalu Dia bukan lagi Allah”.
Ini berarti dibutuhkan aspek lain dari pribadi manusia, yakni hati dan itu terkait langsung dengan keyakinan atau iman.
Karena itu perdebatan soal Trinitas antara yang percaya dan yang tidak percaya menjadi percuma karena tidak akan ada titik temu.
Diskusi atau upaya pemahaman, dengan menggunakan otak sekaligus hati, hanya bisa terjadi antara orang yang seiman.
Kedua, Trinitas adalah sebuah konsep iman tentang hakikat Allah yang dirumuskan oleh para Bapak Gereja dalam Konsili Nicea (tahun 325 M ) dan Konsili Konstantinopel (tahun 381 M). Mereka tidak menciptakan siapa Allah, tapi mendefinisikan hakikat Allah dalam bahasa manusia berdasarkan pemahaman mereka akan Kitab Suci. Inilah yang nampak dalam Kredo Konstantinopel dan diakui seluruh denominasi Kristen saat ini.
Dengan kata lain, mereka mengambil kesimpulan tentang siapa Allah berdasarkan sejarah keselamatan saat Allah menampakkan atau menghadirkan diri di dalam pengalaman hidup manusia.
Sebagai konsep pun, para Bapa Gereja di Konsili ini bukan orang pertama yang membuat rumusan ini. Misalnya pada akhir abad pertama, Clemens dari Roma sudah merumuskan dengan bahasa seperti ini: “Tidakkah kita mempunyai satu Allah, satu Kristus dan satu Roh Kudus yang dicurahkan kepada kita, dan satu panggilan dalam Kristus?”.
Yang ketiga, dan mungkin ini yang paling sulit, istilah Trinitas. Kalau diterjemahkan secara sederhana bisa menjadi “Satu Allah Tiga Pribadi”. Hubungan antara Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus digambarkan dengan istilah Homoousios yang berarti Satu Substansi atau satu hakikat ilahi.
Setara dan Sama-sama Kekal
Anggota dari Trinitas ini setara, sama-sama kekal, satu dalam esensi, kuasa dan kehendak. Ketiga-tiganya tak diciptakan dan bersifat kekal. Artinya, tidak berawal dan tidak berakhir. Skema di bawah ini bisa sedikit memberi gambaran.
Rumusan yang sangat eksplisit tentu tidak ada dalam Kitab Suci, tapi indikasi yang membenarkan konsep Trinitas tertulis di mana-mana dan tak perlu diragukan.
Perintah terakhir Yesus dalam Injil Matius sangat jelas; Baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus.” (Mat 28:28). Jika bukan karena kesatuan tiga pribadi ini lalu untuk apa Yesus memberi pesan pembaptisan yang demikian?
Indikasi lain dapat ditemukan pada saat pembaptisan Yesus di sungai Yordan. Dalam Matius3:16-17 dikatakan: Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atas-Nya, lalu terdengarlah suara dari surga yang mengatakan: “Inilah Anak-Ku yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan.” Ada Allah sebagai Bapa, Yesus sebagai Putra dan Roh Kudus pada saat yang sama dan bekerja untuk tujuan yang sama.
Dalam pembukaan Injil Yohanes dikatakan, “Pada mulanya adalah Firman, dan Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah”. (Yoh 1,1). Siapa yang dimaksud Yohanes? Tiada lain adalah Yesus Kristus sendiri.
Tentang Roh dan Firman ini sudah dinyatakan sejak awal penciptaan. “Pada mulanya Allah menciptakan langit dan bumi. Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air. Berfirmanlah Allah: “Jadilah terang.” Lalu terang itu jadi.”
Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa “ketiga pribadi” ini sudah nampak sejak awal penciptaan: Allah, Firman, Roh. Dalam istilah teologi Kristen disebut: Allah Bapa, Allah Putra dan Allah Roh Kudus.
Dalam tanda salib sederhana dengan ucapan “Dalam Nama Bapa, Putra dan Roh Kudus”, tersirat sebuah ungkapan iman akan siapa Allah itu. Allah sebagai Bapa yang mencipta dan memelihara ciptaan, Yesus sebagai Putra yang menebus dan mendamaikan dengan Allah dan Roh Kudus yang menguduskan, menguatkan, mengajar dan menuntun kita kepada Allah.
Karl Rahner seorang teolog Yesuit terkenal, pernah ditanya oleh seorang imam, bagaimana dia menjelaskan Trinitas dalam khotbahnya. Jawabannya sederhana: “Jangan! Perayaan hari ini tidak hanya menentang penjelasan tetapi juga pemahaman”.
Maksudnya, jangan berusaha menjelaskan Trinitas, tetapi terimalah, imani, rayakan dan hidupi.
Salam dan berkat Tuhan dari Biara Santo Alfonsus-Konventu Redemptoris Weetebula, Sumba, NTT.