Sebuah refleksi kritis iman Kristiani
Oleh Simply da Flores, Alumnus STF Driyarkara Jakarta
TEMPUSDEI.ID (6 JUNI 2021)
Beberapa hari ini viral postingan “antique” di Medsos, yakni seorang Pastor membawa Salib, tetapi wajah Yesus diganti dengan “wajah Jokowi” – Presiden NKRI. Ada banyak tanggapan pro dan kontra. Saya tertarik menulis tanggapan pribadi sebagai seorang Kristiani atas postingan tersebut.
Berkat atau Bencana?
Dalam kehidupan bersama antar umat beragama, postingan ini bisa menjadi masalah karena inti iman Kristiani, khusunya Gereja Katolik dijadikan obyek postingan oleh penciptanya. Maksud dari “kreativitas editan” itu, hanya pembuatnya yang paling tahu.
Sebagai orang Katolik, spontan saya merasa aneh dan marah, karena inti imanku dijadikan obyek editan, apa pun maksud pelakunya. Secara hukum, kalau di NKRI, ini bentuk penghinaan, dan kriminal, tapi harus ada delik aduan. Semoga ada aduan dari otoritas gereja dan diproses secara hukum, agar tindakan seperti itu tidak terulang, oleh siapa pun, terhadap simbol iman agama mana pun dan untuk tujuan apa pun.
Secara iman, saya lalu berpikir bahwa Yesus Kristus yang kuimani, apakah perlu saya bela? Ternyata, menurutku, tidak perlu. Alasannya, dari Injil tertulis jelas bahwa Yesus Kristus yang tersalib itu mengajarkan dan memberi teladan tentang dua hal ini.
Pertama, “Ampunilah musuh-musuhmu dan berdoalah bagi orang yang menganiaya kamu”. Kedua, Saat sedang di atas salib menjelang wafat, Yesus Kristus memberi teladan dengan doa-Nya bagi semua yang menghukum diri-Nya dengan hukuman penyaliban. “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang diperbuat mereka”.
Jika Yesus Kristus, Tuhanku mengajar demikian, saat disiksa dan disalibkan, apakah saya pantas menghujat dan mengadili pembuat editan salib seperti dalam postingan viral tersebut? Patutnya hanya mendoakan pelaku, karena alasan iman dan teladan Yesus-ku.
Yang jadi persoalan adalah sosok wajah Jokowi, Presiden NKRI. Apa pun alasan pelaku, tapi jika dia seorang Indonesia, jelas ada pasal pelanggaran, karena Joko Widodo adalah Presiden NKRI. Semoga para penegak hukum, khusunya tim cyber Polri dapat menemukan pelaku dan menindaknya. Ini bencana bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, menghina pemimpin negara dan menyebar virus kebencian dan ancaman bagi toleransi dan harmoni antar agama dalam kebersamaan sebagai warga negara, yang punya Pancasila dan spirit Bhinneka Tunggal Ika. Pelaku tidak bijaksana dan tidak punya nurani serta patriotisme.
Sebagai pribadi, saya malahan merasa bahwa “kreativitas” pelaku justru jadi “pewartaan gratis” tentang Yesus Kristus, Tuhan dan Juru Selamat-ku.
Kekudusan dan ketuhanan Yesus Kristus, yang saya imani, hakikatnya tidak bertambah karena dipuji-puji, dan tidak terhina dan berkurang karena dihujat serta dicaci maki manusia mana pun. Yesus Kristus adalah Sabda Allah yang Maha Kudus, Kalam Allah, Tuhan Juru Selamat, Raja Cinta dan Samudera Kerahiman Ilahi, tidak pernah berubah Kasih Cibta-Nya selama-lamanya. Jadi, postingan aneh ini, secara iman bisa jadi berkat atau bencana, bagi yang melakukannya dan tergantung cara menanggapi yang melihat. Mungkin Yesus sendiri tersenyum atas kelakuan si pembuat.
Bagaimana Jokowi ?
Seperti yang terjadi selama ini, Jokowi sering dihujat dan berbagai sebaran kebencian diarahkan pada dirinya, sejak calon presiden hingga kini. Reaksinya sangat sahaja, karena beliau lebih pentingkan “kerja kerja kerja”, melakukan tugas mandat kepercayaan pemilih sesuai undang-undang, dibanding menanggapi semua kritik dan hujatan lawan politik. Bagi Jokowi, hemat saya, tidak ada waktu untuk gosip, hoaks, ujaran kebencian dan hinaan.
Yang jadi soal adalah jabatan yang melekat dengan diri Joko Widodo sebagai Presiden NKRI. Ada hukum yang mengatur dan ada penegak hukum. Jika pelakunya adalah WNI, atau siapa pun, kita berharap agar kejadian ini dan pelaku ditindak tegas sesuai hukum yang berlaku. Apakah penegak hukum peduli menjamin wibawa Presiden NKRI, tertibkan kelakuan orang yang membuat postingan tersebut dan menjamin toleransi – kerukunan hidup beragama di tanah air ?
Kiranya tim cyber Polri dan Kemenkominfo dapat segera mengungkap pelakunya, siapa pun dia, lalu menindak tegas secara hukum.
HUT Bung Karno dan Jasmerah
1 Juni, kita peringati hari lahir Pancasila. Sila Pertama Pancasila dengan tegas menjadi landasan kehidupan beriman bangsa kita di tanah air NKRI. Tindakan postingan tersebut, sungguh melanggar ideologi dan dasar NKRI. Apakah para pemimpin negara mau bertindak tegas? Bagaimana patriotisme kita sebagai warga negara RI, termasuk menyadari dan mensyukuri kemerdekaan NKRI ?
Hari ini, 6 Juni adalah juga peringatan HUT Bung Karno, pahlawan bangsa dan salah satu Proklamator NKRI. Salah satu ungkapan beliau yang terkenal adalah JASMERAH – jangan sekali-kali meninggalkan sejarah. Sejarah perjuangan kemerdekaan bangsa, sejarah para pahlawan yang korbankan jiwa raga untuk kita, sejarah kejadian – kasus merugikan dalam kehidupan antar umat beragama di tanah air dan dunia, sejarah lahirnya ideologi dan dasar negara NKRI, Pancasila.
Bung Karno sudah melihat jauh ke depan tentang ancaman keutuhan negara dan bangsa kita sehubungan dengan kasus SARA (suku, agama, ras, antargolongan), seperti disebutkan di lambang negara Garuda Pancasila: Bhinneka Tunggal Ika.
Bung Karno berpesan dalam pidatonya tentang agama: “… Kalau jadi Hindu, jangan jadi orang India. Kalau jadi Kristen, jangan jadi orang Yahudi. Kalau jadi Islam, jangan jadi orang Arab. Tetaplah beriman dengan kekayaan adat budaya Nusantara yang kaya raya ini…”
Ingatlah, musuh terbesar bangsa ini bukanlah dari laut, tetapi dari dalam kita sendiri, karena mabuk budaya asing dan lupa akan ajaran leluhur bangsa kita. Apalagi, ada pihak-pihak yang menggunakan kekuasaan untuk menjajah bangsa sendiri…!
Hemat saya, dengan perayaan hari lahir Pancasila dan HUT Bung Karno, sangat jelas pelajaran berharga soal tanggungjawab kita sebagai warga negara dituntut. Sikap patriotisme mengisi kemerdekaan, menghayati dan mengamalkan Pancasila, dan wajib menjaga keutuhan NKRI dalam kata dan perbuatan, serta penegakkan hukum jika ada tindakan kriminal seperti postingan pelaku yang mempermainkan Presiden – Kepala NKRI, serta inti iman Agama Katolik.
Semoga kejadian ini segera ditemukan pelakunya oleh pihak berwenang dan ditindak tegas sesuai hukum yang berlaku; sehubungan wibawa Presiden dan sekaligis toleransi agama di tanah air tercinta Indonesia.
Sepenggal Harapan dan Doaku
Tuhan Yesus, meneladani doa agungMu dari atas salib saat menderita di Golgota, demi menebus dosa kami manusia, aku berdoa bagi pelaku postingan dan para penghina agama:
“Ya Yesus, ampunilah dia dan siapa pun yang mempermainkan agama dan iman sesama, dan mencari popularitas serta uang dengan menghina sesamanya, sebab mereka tidak tahu apa yang diperbuatnya. Ganjarilah mereka dengan pengadilan Allah, sebab kami tidak punya hak menghakimi sesama. Penghakiman adalah hak dan kuasa’Mu ya Allah. Amin.”
Harapan kecilku adalah semoga segenap umat Katolik dan yang percaya kepada Yesus Kristus, tidak perlu emosi dan habiskan tenaga menanggapi kebodohan pelaku. Mari kita doakan dia – mereka yang suka menghina agama, dan kita syukuri bahwa dia sudah membantu “mewartakan” Kasih Tuhan Yesus yang tersalib. Soal hukum, semoga pihak berwenang melakukan tugasnya dengan tegas dan benar dalam tempo sesingkat-singkatnya.
Para leluhur bangsa dan segenap pahlawan, ajarilah kami semua pewaris NKRI untuk hormat dan bersyukur atas NKRI, dan mengisi kemerdekaan bangsa dengan karya bijak membangun kesejahteraan hidup bersama sesuai cita-cita Proklamasi.