REVOLUSI MENTAL
Menghadapi ganasnya pandemi
Kemarin ketika dicanangkan lelaki kurus ringkih itu
sangat banyak yang mencibir,
mengejek, tak acuh, tak gubris,
bahkan menghujat karena terdengar
saat ada kompetisi politik
Revolusi Mental?
Hari ini ketika pandemi mengganas
merenggut nyawa tak pandang umur,
profesi, adat budaya, agama
dan status sosial di seluruh dunia
Revolusi Mental bukanlah jargon politik
dan hanya soal kompetisi kalah menang jabatan
Revolusi Mental adalah solusi tunggal
jika masih memilih kehidupan aman terjaga dari wabah
Revolusi Mental menagih kesadaran
dari dalam jiwa nurani
Kemauan dengan akal waras
dan emosi normal agar tubuh sehat
terlindungi dari virus ganas mematikan – korona
Revolusi Mental melahirkan cara berpikir waras sahaja
atas hakikat manusia dalam diri sendiri
dan dalam sesama saudara
bahwa kata dan perbuatan harus bijaksana
di tengah alam semesta
dan di hadapan Sang Pencipta
Revolusi Mental menjadi gerakan
dari dalam setiap pribadi
dengan totalitas jiwa raga
mau kembali kepada asal dan tujuan sejati
dari mana kita datang
bagaimana harus hidup di dunia
ke mana akan kembali
mengapa tercipta di bumi
di antara sesama dan alam lingkungan ini?
Revolusi Mental adalah doa insani
pada saat pandemi karena sadari
ketakberdayaan diri di hadapan alam ini
dan ketakmampuan melawan kuman
tak kasat mata raga
tetapi ganas mematikan itu
lalu arahkan seluruh pribadi berdoa kepadaNya:
“Ya, Sang Pencipta, sujud mohon ampun-Mu.
Sembah minta perlindungan-Mu..
kasihanilah diriku yang berdosa ini….”
Revolusi Mental
menghentikan iri dengki dendam
karena sadari kelemahan diri sendiri
menebar senyum,
kata santun dan perilaku kasih sayang
karena terimakasih kepada sesama
dan alam lingkungan serta syukur kepada Allah
Revolusi Mental merangkul pandemi,
mengobati luka semesta,
bersalaman dan berpelukan
dengan kematian sebagai asal
dan sumber tenaga kehidupan
dalam misteri Kasih Sayang Sang Maha Misteri
HUT Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
Kelimutu – Ende, 5 Juli 2021