Oleh Simply da Flores, Alumnus STF Driyarkara Jakarta
Hari ini, 13 Juli 2021, ketika membuka handphone, saya membaca sebuah berita dari seorang biarawati yang menyebutkan “Rm. Prof. Dr. Mudji Sutrisno, SJ meninggal dunia”. Begini berita yang dikirimkan: “RIP Romo Prof Dr. Muji Sutrisno, SJ, Lahir 12 Augt 1954 – 12 Juli 2021 (66th) pukul 10.45 Wktu Rs Mitra Husada Jkt”.
Saya terkejut, karena beberapa hari lalu beliau sehat dan kami masih saling berkirim WA.
Ketika saya konfirmasi berita tersebut kepada pengirim, ternyata, dia juga “hanya” melanjutkan informasi dari grup WA yang dia ikuti. Lalu, karena tidak percaya, saya menghubungi beberapa pihak untuk mendapat informasi yang pasti, meski saya sudah sempat share “berita duka” tersebut ke teman lainnya.
Beberapa saat kemudian, muncul kejelasan informasi dari tempat tinggal Romo Mudji, disertai foto terbaru Romo Mudji hari ini.
Informasi dari Romo Rektor Kanisius mengatakan: “Bapak Ibu dan rekan-rekan yang terkasih, menanggapi berita yang saat ini beredar berkaitan dengan Romo Mudji Sutrisno, SJ. Kami dari Komunitas Kolese Kanisius (tempat tinggal Rm. Mudji) menginformasikan bahwa berita itu tidak benar. Puji Tuhan Romo Mudji sehat dan masih beraktifitas di Komunitas Kolese Kanisius.
Berikut ini adalah foto bersama Romo Koko yang diambil pada hari selasa, 13 Juli 2021 pukul 10.00. Saling mendoakan dan mari kita jaga Kesehatan kita bersama keluarga. (Romo Heru Hendarto, SJ – Rektor Kolese Kanisius)”.
Beberapa hari sebelum berita hoaks ini, ada juga sebaran artikel berjudul YOU CAN HELP, yang menyebut nama Romo Mudji sebagai penulisnya. Romo mengklarifikasi bahwa artikel itu bukan tulisannya.
Mengapa Ada Hoaks Itu?
Apa maksud berita hoaks tersebut? Hanya penyebar dan Tuhan yang tahu pasti. Secara normal, alasannya dapat diduga bahwa ada hubungan yang “tidak harmonis” dengan Rm. Mudji, entah apa itu.
Secara teknologi digital, mereka yang berkompeten kiranya bisa melacak asal muasal “berita kematian”, karena jejak digital bisa ditelusuri. Semoga pihak berwajib berkenan melakukan tindakan tegas untuknya.
Kejadian seperti ini, kiranya memberi pelajaran penting dalam kehidupan bersama, bahwa media informasi digital bisa disalahgunakan untuk menyebarkan informasi yang tidak sesuai fakta. Keluarga, masyarakat, umat, para sahabat Romo Mudji benar-benar dibuat kaget.
Anomali Sosial Milenial
Menurut saya, tindakan membuat berita bohong tentang kematian seseorang, adalah sebuah kelainan atau anomali sosial. Semua orang pasti mati, termasuk penyebar berita tersebut. Apa pun alasannya, kejadian ini mengindikasikan adanya suatu gejala tidak normal dalam diri pelaku, yang mungkin juga tidak sendirian.
Untuk Romo Mudji, ini pertanda bahwa harus lebih waspada dan hening sejenak. Apakah ada pihak yang merasa dirugikan atau tersakiti dalam kurun waktu akhir ini? Apakah kegiatan Romo, karya seni budaya, serta relasi sosial keseharian ada persoalan dengan pihak penyebar berita bohong itu? Sekali lagi, kiranya Romo Mudji bisa hening sejenak dan menemukannya, lalu tetap waspada. Jangan sampai ada rencana sadar untuk kematian Romo dari pihak tertentu.
Absurditas Milenial
Mempermainkan informasi Kematian, ujaran kebencian, radikalisme, terorisme dan pembunuhan adalah beberapa fakta yang menggugat eksistensi manusia pada zaman milenial, yang ditandai dengan kemajuan teknologi informasi digital.
Akibat booming informasi digital, tawaran hedonistik dan semua serba instan didukung oleh kemajuan teknologi digital, sadar atau tidak, membawa pergeseran prinsip hidup, spiritualitas, moralitas dan nilai sosial dalam kehidupan zaman now.
Manusia cenderung individual dan hedonistik, nilai kehidupan kabur dan bergeser, uang dan kenikmatan menjadi orientasi, lalu harkat martabat manusia pun semakin cenderung sebatas fungsional pragmatis.
Kematian dan nyawa orang lain hampir menjadi bahan permainan dan seperti sampah diperlakukan, ukurannya adalah uang dan kenikmatan.
Berita bohong tentang kematian orang lain, pengrusakan kubur bersalib di Solo oleh anak-anak dan penggantian Corpus Yesus di Salib dengan raga Jokowi, adalah contoh tentang perubahan nilai di atas. Kematian menjadi bahan mainan dan ejekan, bahkan simbol keagamaan sesama dijadikan obyek ejekan dan hinaan oleh sekelompok orang. Lalu, secara umum pun reaksinya biasa saja, bahkan jadi bahan tertawaan seperti lelucon lain di Medsos.
Inilah bentuk absurditas milenial yang sangat didukung oleh kecanggihan teknologi informasi digital, dan manusia terbawa dalam atmosfer digital yang bebas nilai.
Booming kemajuan teknologi informasi digital telah menelan semua keterbatasan manusia dalam menerima informasi, apalagi kritis dan mencerna informasi. Raksasa seribu wajah dan sejuta tangan teknolog telah mencengkeram dan meremukkan eksistensi manusia secara personal dan global. Apakah masih mungkin manusia beradaptasi dan mengendalikan teknologi ciptaannya?
Harapan dan Doa
Dari kejadian yang menimpa Romo Mudji, juga berita hoaks dan ujaran kebencian yang menggunakan media sosial, kita berharap penegak hukum, khususnya tim cyber Polri, bertindak tegas demi menjamin keamanan warga negara, individu, kelompok dan bangsa ini.
Kita bisa berdoa dan saling mengingatkan dalam keluarga dan komunitas masing-masing, agar bisa bijaksana menggunakan media komunikasi. Kita berjuang memberikan informasi yang benar dan baik, untuk kedamaian hidup bersama.
Sedangkan kepada para penegak hukum, kiranya diberi kekuatan dan ketegasan dalam menerapkan aturan demi menjamin hak dan kewajiban setiap orang, sebagai manusia dan warga negara. Dengan demikan, kejadian yang buruk tidak terulang kembali.