TEMPUSDEI.ID (13 JULI 2021)
Jumlah anggota masyarakat yang terjangkit Covid-19 meningkat tajam. Tidak ada lagi tingkat umur yang luput. Remaja yang selama ini disebut memiliki daya tahan tubuh yang lebih bagus, sehingga tidak terlalu mudah terjangkiti, kini sudah banyak yang terkena. Korban pun berjatuhan di mana-mana.
Dalam kondisi semacam ini—dan melihat karakteristik virus ini—tidak bisa tidak, Pemerintah dan masyarakat harus siap dan langsung mengambil tindakan konkret untuk menghambat laju dan daya rusak virus tersebut. Tidak ada banyak waktu untuk berdebat, apalagi untuk menebar provokasi.
Sebagai orang beragama dan beriman, kita percaya bahwa Tuhan bekerja melalui orang-orang yang dianugerahi kapasitas dan pengetahuan untuk mengidentifikasi virus ini, pun menemukan cara-cara menghadapinya. Bahwa sampai saat ini para ahli belum menemukan obat pembunuh Covid-19, iya. Namun berbagai cara untuk “menghadapi” yang kita kenal dengan Prokes, berbagai ramuan “obat” atau vitamin, semuanya lahir dari otak dan hati yang diterangi oleh Tuhan.
Menghadapi Pandemi jenis ini, “kekompakan” dan sikap disiplin menjadi “obat” paling andal. Jika tidak kompak dan tidak disiplin, maka virus ini akan menyebar ke mana-mana sampai ke rumah masing-masing. Ia lalu dengan kejam memusnahkan siapa pun. Sekali lagi, korban sudah berjatuhan di mana-mana.
Salah satu benteng pertahanan adalah pemerintahan tingkat RT. Kepemimpinan yang baik di tingkat ini akan diikuti oleh warganya dengan tulus. Sebuah ungkapan klasik mengatakan “Contoh kepemimpinan yang baik adalah memimpin dengan contoh yang baik”. Yakinlah! Para pengurus RT bukanlah orang-orang yang tanpa kerjaan sehingga mencari kesibukan mengurusi korona ini.
Realitas di pemerintahan tingkat RT tentu saja merupakan refleksi dari atau merefleksikan tingkat pemerintahan di atasnya, sampai ke tingkat tertinggi, yakni Presiden.
Tidak ada Pemerintah yang ingin dianggap gagal dalam era pemerintahannya. Pemerintahan Jokowi misalnya, sebelum korona muncul telah memiliki program pembangunan yang tersua dalam Nawacitanya. Program ini dimaksudkan untuk menyejahterakan rakyat agar ketika masa pemerintahan berakhir, mereka bisa mengangkat kepala karena berhasil mengemban amanah.
Maka sangat tidak masuk akal kalau ada yang menganggap korona ini sekabar akal-akalan. Dari sisi mana pun, tudingan ini bisa dibantah. Bahwa ada masalah-masalah yang muncul dalam berbagai kebijakan dan pelayanan, itu semua tidak bisa menjadi alasan pembenar untuk memvonis secara kejam bahwa Pemerintah zalim. Kekeliruan atau kesalahan yang muncul, masih bisa diperbaiki. Saluran kritik terbuka lebar di era digital ini. Di sinilah dibutuhkan sedikit kecerdasan untuk membedakan mana kritik, fitnah, makian dan hujatan.
Perlu Disirami dan Disiangi
Kembali kepada pemerintahan tingkat RT. Dari berbagai informasi, banyak aparat RT telah berusaha melakukan tugasnya dengan baik, tentu tidak sempurna. Harus diakui ada juga yang abai. Ada yang berusaha dan berhasil mengajak warganya secara persuasif untuk patuh pada Prokes demi keselamatan bersama.
Sebagai misal, aparat RT tempat kami tinggal, yakni RT 1 dalam lingkungan RW 17) di Perumahan Taman Kebalen Indah, Bekasi Utara.
Selain rajin mengimbau warganya untuk tidak abai terhadap Prokes, ketika ada warganya yang terjangkit virus korona, Anton Sadewa selaku Ketua RT bersama pengurus meminta seluruh anggota keluarga tersebut untuk menjalani masa isolasi mandiri selama 14 hari.
Lalu bagaimana keluarga-keluarga tersebut memenuhi kebutuhan makan minum dan kebutuhan lain? Dia meminta warganya bersolidaritas membantu keluarga yang terjangkit dengan mengirimkan makanan secara bergantian. Puji Tuhan dan Alhamdulillah, tidak ada warga yang menolak, bahkan dengan gembira melakukan ajakan tersebut.
Secara berangsur-angsur keluarga yang menjalani Isoman sudah terbebas dan sudah boleh keluar rumah karena anggota keluarga yang positif Covid-19 sudah sembuh. Kesembuhan ini ditandai dengan surat yang dikeluarkan oleh pihak berwenang, juga oleh koordinasi ketua RT.
Kami adalah salah satu keluarga yang menjalani masa Isoman selama 14 hari dan merasakan pelayanan yang baik dari pengurus RT.
Solidaritas dan kepedulian semacam ini adalah kekuatan di akar rumput yang patut disirami dan selalu disiangi agar tumbuh subur sebagai modal untuk saling menolong di kala berkesusahan.
Ya, RT kami sudah melakukan pesan sebuah ungkapan “bertolong-tolonglah menanggung bebanmu” atau “menangislah bersama yang menangis, tertawalah bersama yang menangis”. Bagaimana dengan pengurus RT-mu? Terima kasih, Mas Anton dan teman-teman se-RT.
Salam sehat selalu.
Emanuel Dapa Loka