JAKARTA, TEMPUSDEI.ID (18 JULI 2021)
Warga Diaspora Lembata Sedunia menyatakan duka mendalam atas berpulangnya Bupati Lembata Eliaser Yentji Sunur di Rumah Sakit Siloam Kupang, Sabtu (17/7).
“Lembata kehilangan seorang pemimpin di tengah kerja keras pemerintah dan masyarakat mencegah dan menangani persoalan virus korona dan pengungsi banjir bandang Ile Ape dan Kedang. Beliau orang baik. Semoga isteri dan anak-anaknya diberi kekuatan menghadapi peristiwa ini,” ujar Ansel Deri, admin grup whatsapp Ata Lembata, dalam keterangan tertulisnya kepada tempusdei.id (Sabtu, 17/7 sore).
Sementara itu, admin grup lainnya, Dr. Justin L. Wejak, mengatakan tidak terlalu kaget mendengar berita meninggalnya Bupati Lembata tersebut. Alasannya, beberapa minggu belakangan almahrum dikabarkan terpapar Covid-19. Justin justru heran karena di tengah masa pandemi, Bupati masih sering berpergian keluar daerah termasuk ke Jakarta, Sumba dan Labuan Bajo.
Di Australia, ujarnya memberi contoh, perjalanan dinas ke luar daerah betul-betul dibatasi. “Oleh karena itu, jika betul Pak Bupati meninggal akibat Covid-19, maka semoga tragedi ini menjadi pembelajaran bagi semua pihak untuk lebih waspada. Selamat jalan, Pak Bupati, semoga engkau mendapatkan tempat yang layak dalam keabadian,” ujar dosen dan peneliti di Universitas Melbourne, Australia tersebut, Sabtu (17/7).
Selama Eliaser Yentji Sunur menjabat Bupati Lembata, Ansel Deri mengaku bertemu sang Bupati dua kali dan membicarakan beberapa hal terkait pembangunan Lembata, khususnya pembangunan Lembata menuju 20 tahun otonomi tahun 2020.
Ansel menjelaskan, kesempatan itu terjadi saat menunggu pesawat ke Kupang usai mendamping Viktor Laiskodat dan Jos Nae Soi saat kampanye Pilgub lalu. Kesempatan lain adalah saat Almahrum mendampingi rekan-rekan caleg Golkar berkampanye Pileg di Boto, Desa Labalimut. Almarhum ketika itu, mengajak Ansel duduk di deretan kursi paling depan bersama Sr Bonifortis SSpS, pemimpin Komunitas SSpS Santo Joseph Boto.
“Saat itulah saya meminta agar Pak Bupati memperhatikan ruas jalan Lewoleba menuju Lamalera melalui APBD II. Kalau kemampuan APBD II terbatas, saya meminta beliau agar berkomunikasi dengan Gubernur NTT Pak Viktor Laiskodat dan Wakil Gubernur Pak Jos Nae Soi agar kalau berkenan jalur jalan ke Lamalera yang merupakan destinasi wisata internasional dibantu dengan APBD NTT. Apalagi, Pak Gubernur dan Pak Wagub juga sudah berkomitmen memperhatikan ruas jalan itu. Pak Wagub juga malah bicara langsung soal ini saat bertemu langsung masyarakat di Desa Belabaja, kampung saya,” kata Ansel Deri, mantan Tenaga Ahli Viktor Laiskodat di DPR RI.
Jelas Ansel lagi, saat merayakan HUT ke-21 Otonomi Lembata tahun 2021, pihaknya sempat ingin meminta kesediaan Bupati Yentji untuk memberi catatan atas buku Membangun Tanpa Sekat, catatan reflektif Ata Lembata (warga Lembata yang tersebar di seluruh dunia). “Namun, nyaris semua pejabat yang dihubungi tak menyimpan nomor kontak almarhum,” kata Ansel.
“Saat itu kami minta Menteri Komunikasi dan Informatikan RI, Pak Johnny G Plate, memberikan Kata Pengantar. Buku itu saya kirimkan langsung kepada Pak Bupati Yentji. Buku ini bentuk syukur dan rasa cinta kami sebagai sesama anak Lembata,” jelas Ansel Deri yang juga editor buku tersebut.
Bagi jurnalis kelahiran kelahiran kampung Kluang, Desa Belabaja (Boto), Lembata saat ini sangat membutuhkan pemimpin untuk memajukan daerah dengan kemampuan APBD II yang sangat minus. Ansel merasa kehilangan. (tD)