TEMPUSDEI.ID (21 JULI 2021)
Kabar duka datang lagi. Kali ini dari Yeremias Jena Langotukan, SS, M. Hum, M.Sc, dosen Fakultas Kedokteran Universitas Katolik Indonesia (Unika) Atma Jaya Jakarta. Jena meninggal dunia akibat terpapar coronavirus deseas 2019 (Covid-19) pada Rabu (21/7).
Pria asal Lembata, Nusa Tenggara Timur, yang sehari-hari menjadi dosen tetap Bidang Etika, Bioetika, dan Filsafat Ilmu Unika Atma Jaya itu, terpapar Covid-19 sejak 10 Juli lalu dan dirawat di Rumah Sakit Atma Jaya Pluit, Jakarta.
Jena lahir di Atawatung, Lembata, 23 Agustus 1969. Belajar dua tahun di SDK Yos Sudarso Atawatung, kemudian lanjut di SD Inpres Lamahora dan tamat tahun 1983. Ia tamat SMP Negeri Lewoleba dan SMA Negeri Nubatukan. Kemudian masuk Tahun Postulan Serikat Salesian Don Bosco di Fuiloro, Lospalos dan Novisiat SDB di Fatumaca, Baucau Timor Timur.
Studi Sarjana Filsafat dia tempuh di STF Driyarkara Jakarta selama tahun 1991-1994, diikuti Tahun Orientasi Pastoral di SMA Seminari Don Bosco Fatumaca. Kembali ke STF Driyarkara untuk menyelesaikan Sarjana Filsafat sebelum melanjutkan studi Teologi di Don Bosco Center for Studies di Manila, Filipina.
Pendidikan Magister Filsafat dia selesaikan di STF Driyarkara, Master of Science bidang Bioetika di Universiteit Katholieke Leuven, Belgia. Ketika mengembuskan napas terakhirnya, dia sedang menulis disertasi tentang “Etika Kepedulian” di STF Driyarkara Jakarta.
Sejak 2009 Jena menjadi dosen tetap bidang Etika, Bioetika, dan Filsafat Ilmu di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta.
Hingga kini, Jena sudah menulis empat buku masing-masing Santo Yohanes Bosco: Rasul Kaum Muda, Merajut Hidup Bermakna, Narasi Filosofis Pencerah Kehidupan, Wacana Tubuh dan Kedokteran: Sebuah Refleksi Filosofis, dan Filsafat Ilmu: Kajian Filosofis atas Sejarah dan Metodologi Ilmu Pengetahuan. Karya-karya ilmiahnya telah terbit dalam banyak jurnal ilmiah di Indonesia dan di luar negeri. Tulisan populernya tersebar di Suara Pembaruan, Media Indonesia, Kompas, dan Mingguan Hidup.
Kepergiannya mengejutkan banyak pihak, termasuk mereka yang tergabung dalam Grup WA Ata Lembata yang berisikan orang-orang Lembata yang tersebar di seluruh dunia.
Ansel Deri, admin grup Ata Lembata merasa sangat kehilangan sosok yang rendah hati itu. Dr Justin Laba Wejak merasakan kehilangan yang sama. Jena, kata Justin, adalah seorang yang cerdas, kritis dan memiliki kepekaan sosial yang tinggi.
Justin menunjuk tindakan Jena membuatkan video protes terhadap tindakan pemerintah Kabupaten Lembata menggusur sejumlah tanaman Pandan di pantai Pasir Putih Mingar pada tahun 2020 sebagai contoh kepekaan sosial Jena. “Dari situ saya melihat bahwa dia punya kepedulian ekologis yang cukup tinggi untuk melindungi alam dan flora,” kata Justin, dosen Kajian Asia di The University of Melbourne, Australia.
Rasa kehilangfan yang sama diutarakan oleh H. Sulaeman L Hamzah, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indoensia Daerah Pemilihan (Dapil) Papua kelahiran Lewotolok, Ile Ape.
Berard Krova mengenang Jena sebagai figur kriris dan terbuka. “Beliau sangat terbuka dengan pemikiran-pemikiran demokratis,” kata Krova.
Selamat pulang, Jena. Beristirahatlah dalam Damai Abadi karena kerahiman Tuhan. (tD)